PRESIDEN JOKOWI LEBIH TAKUT JIKA RAKYATNYA TERKENA EFEK BERKERUMUN COVID 19 DARIPADA TAKUT KEPADA PENGUNDANG KERUMUNAN & YANG BERKERUMUN ITU, “MANTAP, GASPOL PAK DHE ..!”
KoranJokowi.com, Bandung : Saya lupa sumbernya namun ini adalah pengantar dari sebuah tulisan tentang JAKA TINGKIR (JOKO TINGKIR). Disana ditulis kan bahwa akan menjadi tidak mudah bagi seorang pemilik otoritas untuk menyerahkan kekuasaan kepada pihak lain yang bukan pilihannya.
Yang lebih menyakitkan lagi jika penyerahan kekuasaan tersebut melalui pergulatan kekerasan yang memaksanya menyingkir dari wilayah pusat pemerintahannya.
Hasrat untuk terus melakukan perlawanan dipastikan terus memuncak bahkan menjadi pembenaran yang sebenarnya Itu atas nama dendam dan kebencian.
Dan hanya penguasa yang memiliki sikap negarawan sejati yang mampu mengantisipasinya, JLeebb !
Adalah Raden Mas Karebet yang di masa mudanya dipanggil Jaka Tingkir lalu yang kemudian hari bernama Abiseka Hadiwijaya sang pemimpin peralihan kekuasaan dari kesultanan Demak Bintoro ke kesultanan Pajang.
Perpindahan itu menandai peralihan corak kekuasaan politik yang cukup kentara namun Jaka Tingkir mampu menguasai 40 ekor buaya siluman yang kemudian dijadikannya sahabat mengarungi sungai menuju Kerajaan Pajang Demak.
Sudara – sudara,Perjuangannya tidak sampai situ, panjang dan berliku-liku, hingga akhirnya dia menjadi raja. Ditangannya pula rakyat dan kerajaannya makmur dan setelah cukup berbakti ,JOKO TINGKIR pun memilih menjadi Pandita dan mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
Itu dahulu, namun pastinya ada kesamaan suasana yang dijalani Presiden Jokowi sejak Pilpres 2014 hingga saat ini, setelah mendapat amanah dari lebih 80 juta rakyat melalui 9 parpol pendukung beliau pun banyak melakukan Perubahan juga memberantas Korupsi yang merugikan negara hingga Rp.2000 trilyun di periode 2004-2014 lalu (?).
Dan sejak itulah beliau dicemooh atas-nama pembenaran sekelompok orang yang tidak ‘menyukainya’ karena merasa terancam mereka tidak dapat lagi ‘berpesta’.
Juga saat Pandemi Covid 19 yang hampir berjalan satu tahun ini, mereka masih terus berupaya menjatuhkan Presiden Jokowi dengan aneka cara yang juga ‘irasionil’ alias tidak masuk akal.
Presiden Jokowi tetap tenang namun mereka lupa kadang-kala banyak langkah bidak catur Jokowi yang mereka tidak bisa baca, sehingga mereka pun semakin ‘frustasi’.
Dalam hiruk-pikuk Kembalinya Rizieq Shihab pun beliau masih tenang menjadi Irup Hari Pahlawan di Kalibata lalu, juga saat jalan tol Dan bandara ‘dikuasai’ sekelompok orang. Beliau masih tetap nyaman karena percaya kepada Struktur dibawahnya, baik Kapolri, Mendagri,TNI, para Kepala Daerah Dsb.
Namun saat dirasa telah mengganggu kenyamanan, beliau pun tidak memanggil Kapolri, Menkopolhukam dsb sebagai ‘kepanikan’, beliau tetap down.
Hingga akhirnya saat Rapat Terbatas mengenai Laporan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Senin (18/11), di Istana Merdeka, Jakarta lalu.
Beliau dengan nada dingin mengatakan bahwa “Keselamatan rakyat di tengah pandemi COVID-19 saat ini merupakan hukum tertinggi. Oleh sebab itu, penegakan disiplin terhadap protokol kesehatan sudah semestinya dilakukan dengan tegas !”
Beliau paham bahwa biaya recovery rakyatnya karena Pandemi Covid 19 sebesar Rp.600 trilyun lebih adalah nilai besar yang harus dipertanggung-jawabkan kepada Allah. Maka wajar jika beliau terusik dikala para Struktur dibawahnya NATO – NOT ACTION TALK ONLY.
Mari Kita review lagi pernyataan Joko Tingkir. Maaf.Jokowi ini. “Saya ingin tegaskan bahwa keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. Pada masa pandemi ini telah kita putuskan pembatasan-pembatasan sosial termasuk di dalamnya adalah pembubaran kerumunan. Penegakan disiplin protokol kesehatan harus dilakukan karena tidak ada satupun orang yang saat ini memiliki kekebalan terhadap virus corona yang cepat bisa menularkan ke yang lainnya di dalam kerumunan.Kita tidak butuh lagi sekadar imbauan, tapi harus diikuti dengan pengawasan dan penegakan aturan secara konkret di lapangan.Saya juga minta kepada Menteri Dalam Negeri untuk mengingatkan, kalau perlu menegur, kepala daerah baik gubernur, bupati, maupun wali kota untuk bisa memberikan contoh-contoh yang baik kepada masyarakat, jangan malah ikut berkerumun” tutur Joko Tingkir, Egh..Jokowi lagi.
Jabatan Presiden yang diemban Jokowi tersisa 4 tahun lagi, persiapkan saja dengan baik siapa penggantinya. Nanti kita tarung lagi secara konstitusi. Jangan rusuh , jangan keroyokan dan jangan cengeng. Bisa bisa Tuhan marah. Ahahah... (Red-01/Foto.ist)
Be the first to comment