Melawan Lupa – (18), “ORANG SUNDA PIMPIN JAKARTA DENGAN PANCASILA & JADI NAMA JALAN. LENGKAP SUDAH !”

Melawan Lupa – (18), “ORANG SUNDA PIMPIN JAKARTA DENGAN PANCASILA & JADI NAMA JALAN. LENGKAP SUDAH !”

KoranJokowi.com, Bandung : Kami mewakili Relawan Jokowi, khususnya teman teman di KoranJokowi.com mendukung penuh pemberian nama mantan Gubernur DKI Jakarta ke-7 periode thn. 1966 – 1977 , mantan Menteri Perhubungan Laut Indonesia ke-16  thn. 1963 – 1966, Menko Kompartemen Kemaritiman Indonesia ke-1 thn. 1964 – 1966 dan mantan Ketum PSSI thn. 1977 – 1981 , yaitu  ….. Letnan JenderalKKO (Purn.) Ali Sadikin untuk nama jalan pengganti jalan Kebunsirih, Jakarta Pusat.

Apalagi hal ini telah diusulkan dan dibahas saat rapat paripurna DPRD DKI Jakarta memperingati HUT ke-494 DKI Jakarta pada Juni 2021 lalu. Sebagaimana kita tahu,  Jalan Kebon Sirih membentang dari perempatan Jalan Abdul Muis sampai perempatan Jalan Menteng Raya, seberang Tugu Tani, Jakarta Pusat.


Saat tahun 1966 dirinya menjabat Gubernur DKI Jakarta, APBD DKI hanya Rp. 266 juta, Bang Ali memanggil seluruh SKPD/ Kadis-nya, apalagi saat itu inflasi sedang tinggi namun beliau harus mendukung penuh program pemerintah pusat (Pres. Sukarno).

Bang Ali Sadikin, kelahiran Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927 yang memang sejak kecil bercita-cita menjadi pelaut ini sangat profesional mengolah kekurangan2 yang ada, ia tidak pernah berkeluh kesah, Dia ingat sebelum dilantik menjadi Gubernur, satu kalimat dari Sukarno yang demikian berbekas. ” ‘Ada sesuatu yang ditakuti dari Ali Sadikin,  orang yang keras. Saya kira dalam hal mengurus kota Jakarta Raya ini, baik juga ‘een beetje koppigheid (sedikit keras kepala), Ali. Saya tahu kamu, dan kamu mampu pimpin Djakarta”, titik.

Ia dilantik sebagai Gubernur DKI  tanggal 28 April 1966. Selama sebelas tahun (1966 -­ 1977), ia berupaya memoles Jakarta dengan kreativitas yang tinggi dan sikap yang tegas. Sejak awal menjabat Gubernur DKI, Ali secara intensif keluyuran ke semua penjuru kota, menjelajahi jalanan dan gang-gang kumuh. Ia mendatangi pedagang di pinggir jalan, pengemis, dan penghuni gubuk-gubuk liar.

Jakarta pada masa itu amat kumuh. Pasar yang becek, jalanan berlubang setinggi lutut, serta timbunan sampah ada di mana-mana. Sistem angkutan kota runyam, gedung sekolah bobrok, dan fasilitas mandi-cuci-kakus tanpa air tersebar di mana-mana. Begitu buruknya situasi Jakarta sehingga para diplomat asing menyebutnya sarang wabah disentri.

Saling curiga di antara lapisan masyarakat juga belum surut menyusul tragedi 30 September 1965. Birokrasi seolah lumpuh di segala lini. Sementara itu, inflasi mencapai 600%, urbanisasi tak terbendung, dan penganggur membanjir. Kriminalitas merajalela diantara jumlah penduduk > 4,6 juta jiwa.

FOTO-FOTO JADUL JAKARTA TEMPOE DOELOE
Salemba
FOTO-FOTO JADUL JAKARTA TEMPOE DOELOE
Pasar Senen Tahun 1961
FOTO-FOTO JADUL JAKARTA TEMPOE DOELOE
Terminal Cililitan

Ia menggebrak, berteriak, dan membentak aparat pajak agar mengerahkan pendapatan pajak. Ia menuntut kerja keras  dari jajaran birokrat yang melayani kepentingan publik. Dengan sikap keras, ia mendisiplinkan sedikitnya 30 ribu pegawai kota praja. Kerja kerasnya sedikit demi sedikit membuahkan hasil. ‘Hoooreeee….. !!

Bang Ali  banyak sekali membuat terobosan. Baik Kebijakan – kebijakan kontroversial dan kebijakan – kebijakan yang positif. Salah satu contoh kebijakan kontroversial yang dibuat oleh beliau adalah mengizinkan pembangunan proyek – proyek hiburan malam. Selain itu, ia memperbolehkan adanya hiburan berupa perjudian di kota Jakarta. Dalam setiap kegiatan perjudian, selalu dipungut pajak dan hasil dari pungutan pajak tersebut dipergunakan untuk membangun kota serta membangun Kompleks Kramat Tunggak. Ahahaha….

Masalah kriminalitas juga menjadi perhatiannya. Bang Ali juga tak segan turun dalam operasi penggerebekan pencopet di terminal bus. Mereka (pencopet) disuruh berbaris, ditamparinya mereka satu persatu kemudian mereka diundang ke balaikota , ngopi dan duduk bareng. Sebagian ada yang dipulangkan ke daerah asal dengan sukarela atau dibina Dinsos untuk pengenalan profesi yang dimiliki/diklat kerja.

Saya tidak tahu apakah diantara mereka ini ada yang menjadi Transmigran karena di periode tahun 1970-1974 jumlah transmigran meningkat tinggi > 70.000 orang

FOTO-FOTO JADUL JAKARTA TEMPOE DOELOE
Pasar Senen Kramat
FOTO-FOTO JADUL JAKARTA TEMPOE DOELOE
Bunderan Sarinah, 1970

Bagi Kami, Bang Ali  merupakan pemimpin yang punya banyak terobosan, konsisten, dan berprinsip teguh. Kepada siapapun dia kerap mengatakan pentingnya menegakkan kerangka bernegara Pancasila termasuk kepada Presiden (Suharto, BJ Habibi, Gus Dur, Megawati, SBY ) sebelum beliau wafat di RS Gleneagles, 20 Mei 2008 di Singapura, Selasa sekitar pukul 16.30, dalam usia 82 tahun, meninggal karena sakit lever dan komplikasi penyakit paru-paru. ‘RIP !!

Sulit mencari tokoh seperti Bang Ali, maka wajar saja jika kita memberikan penghargaan sebagai nama jalan di DKI Jakarta. Apa salah ?

(Red-01/Foto.ist)

Lainnya,

KORAN JOKOWI.COM KANGEN BUNG KARNO DAN ALI SADIKIN  – (2): (CERITERA 3 LAKI – LAKI INDONESIA: ALI SADIKIN, KH. BUYA HAMKA & KH.M.NATSIR. WAITRESS CANTIK HINGGA BANJIR BANDANG JALAN PASTEUR BANDUNG) – KORAN JOKOWI

KORAN JOKOWI.COM KANGEN BUNG KARNO DAN ALI SADIKIN, “Cilaka 12 !” – (1) – KORAN JOKOWI

Melawan Lupa – (17), “BOM BALI 2002, BOM TERORIS GEMPARKAN DUNIA. SIAPA SPONSORNYA ?” – KORAN JOKOWI

 

Tentang Koran Jokowi 4116 Articles
MEDIA INDEPENDEN RELAWAN JOKOWI : *Alumni Kongres Relawan Jokowi 2013 (AkarJokowi2013), *Aliansi Wartawan Non-mainstream Indonesia (Alwanmi) & Para Relawan Jokowi Garis Lurus lainnya.

1 Trackback / Pingback

  1. Melawan Lupa - (19), Brigjen Pol Timbul Silaen, "DIHIMPIT NAMUN TIDAK LARI, MAULIATE !" - KORAN JOKOWI

Tinggalkan Balasan