Sumber Bencana Bagi Masyarakat Kitaran Toba – (19), “ GARA GARA PT. TPL , IKAN & KERBAU PUN IKUT MENDERITA !”
Koranjokowi.com, Jakarta : Kalimat terakhir pada bagian ke 18:… Ihan ( ikan Batak), ikan Semah yang digunakan dalam keperluan ritual adat bagi masyarakat Sihaporas, kini nyaris punah akibat aktifitas TPL. Bersambung ke bagian 19….. Untuk memotret dampak kehadiran PT. Toba Pulp Lestari (TPL) di Provinsi Sumatera Utara terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitar pabrik di Sosor ladang dan diareal konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) areal konsesi mereka yang terbesar di 13 kabupaten .
DAMPAK SOSISAL EKONOMI TPL BAGI MASYARAKAT DISEKITAR PABRIK PULP DI SOSOR LADANG DAN KONSESI HUTAN TANMAN INDUSTRI MEREKA ( oleh : SInta Simbolon,Hengki Manalu, Samuel Purba dan Abdon Nababan/sebagai koordinator)
Tim kecil ini menggunakan data dari berbagai sumber serta hasil pengamatan yang dilakukan oleh KSPPM, AMAN Tano Batak, dan gerakan tuntut Acta 54 ( GTA54 ) tentang 5 hal perubahan pendapatan kesempatan berusaha dan mata pencaharian , mutu pelayanan Pendidikan dan Kesehatan serta mutu lingkungan hidupnya.temuannya seperti berikut :
+ Gagal menciptakan lapangan kerja : Data yang tersedia dan hasil observasi terhadap kehadiran pabrik pulp di Sosor Ladang kecamatan Parmaksian , tidak menunjukkan adanya pembukaan lapangan kerja bagi warga yang hidup turun temurun disana. Baik karyawan tetap maupun buruh harian Lepas . yang bekerja di pabrik ini mayoritas pendatang dari luar Parmaksian. Karyawan berstatus, asistenpun tak ada di Kecamatan Porsea. Semula mitra lokal TPL, banyak warga sekitar pabrik, lambat laun mereka tersingkir karena digantikan oleh pendatang dari luar daerah. Tidak meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.
+ Gagal meningkatkan taraf hidup masyarakat : Secara umum, kehadiran pabrikTPL di Sosor Ladang tidak meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Mata pencaharian utama mereka sejak dahulu sampai sekarang tidak banyak berubah., yaitu Bertani dan berdagang.Dibidang pertanian yang terjadi justru penurunan produktifitas lahan sawah.Sebelumnya sawah didaerah ini mampu menghasilkan gabah 30 kaleng/rantai. Sejak TPL hadir angka ini berkurang menjadi 20 kaleng/rantai. Menurut para petani penurunan poduktifitas sawah ini , disebabkan oleh sumber air untuk pengairan ( irigasi) yang kian berkurang, cuaca tidak lagi mendukung, dan kerusakan padi akibat hama tanaman yang makin meningkat dikarenakan pabrik yang di Sosor Ladang.
Segelintir saja warga disekitar pabrik yang menjadi Buruh Harian Lepas(BHL) perusahaan.Namun kesejahteraannya juga tidak disebut layak,rerata gaji BHL sudah bagus menerima Rp. 1,6 juta/bulan bersih; Pendapatan yang tidak lebih baik dari warga lainnya.Para BHL ini selalu mengeluh bahwa pendapatannya tidak cukup untuk menyekolahkan anak nya ke Perguruan tinggi. Perusahaan memang mempunyai program bantuan untuk pengembangan pertanian. Tapi hasilnya tidak cukup nyata untuk meningkatkan taraf hidup petani disekitar pabrik. Bantuan-bantuan dari perusahaan kepada mereka selama ini hanya untuk pencitraan
Kondisi sosial masyarakat yang stagnan ini nyata dari penampakan Rumah mereka yang tidak banyak berubah selama 30 tahun terakhir.
+Memusnahkan mata pencaharian :Bukan hanya penurunan produktifitas lahan sawah yang terjadi. TPL juga menghilangkan mata pencaharian yang sebelumnya sangat penting bagi masyarakat. KSPPM mencatat hilanganya mata pencaharian beternak kerbau. Dahulu masyarakat di Sosor Ladang juga hidup dari beternak kerbau. Mata pencaharian ini pun punah karena lokasi parjampalan (pengembalaan-red)telah menjadi peruntukan bangunan TPL. Didaerah ini , seperti kata Sindar Manurung warga berusia 70 tahun , dulu kata dia kepala keluarga minimal memiliki 10 ekor kerbau. Sekarang ini tinggal kenangan .
Nasib yang sama juga dialami para petani pembudidaya ikan, dulu daerah ini dikenal sebagai penghasil ikan bermutu tinggi. Para petani ikan tidak dapat lagi memproduksi ikan seperi itu.Pencemaran udara oleh limbah gas juga mengganggu tanaman buah-buahan dan tanaman kehutanan. Produksinya nyata turun drastis.
+ Tidak memperbaiki layanan Pendidikan dan Kesehatan masyarakat: TPL tidak memberi kontribusi nyata dalam peningkatan layanan Pendidikan dan Kesehatan masyarakat sekitar pabrik. Pemerintahlah yang berperan banyak selama ini. Layanan Pendidikan dan Kesehatan masyarakat masih menjadi masalah serius di kitaran pabrik . TPL memang aktif mempromosikan bantuan beasiswa dan bantuan Pendidikan lainnya lewat bebagai media massa. Tapi menurut masyarakat penerimanya adalah para siswa dan mahasiswa dari luar Parmaksian dan daerah Porsea lainnya. Berdasarkan hasil observasi GTA 54, sebelum tahun 1990 masyarakat petani mampu mengkuliahkan anaknya hingga ke Pula Jawa. Sejak TPL hadir tak ada lagi petani terdampak yang sanggup melakukannya.
+ Memperburuk lingkungan hidup dan mutu kehidupan :Sejak pabrik TPL Sosor Ladang beroperasi mutu lingkungan hidup dikawasan ini terus memburuk. Hal-Hal berikut ini sebagai faktanya. Setiap hari disekitar Sosor Ladang tercium bau limbah TPL, munculnya teratur yakni sekitar pukul 10.00 dan pukul 02.00, kadang pada sore hari juga. Dari jarak 100 meter ke pabrikpun aroma tak sedap itu sudah menusuk hidung. Sungai dan sumur tidak layak pakai lagi. Dahulu disekitar Sosor Ladang orang masih gampang menemukan ikan pora-pora dan Ihan. Kini sudah tidak ada lagi ikan di sungai. Air sumur diSosor Ladangpun tak bisa lagi di konsumsi , sehingga masyarakat terpaksa harus membeli air gallon untuk dimasak dan diminum.
APAPUN KAMI TUNGGU KEHADIRAN PRESIDEN JOKOWI KE TOBA SESEGERA MUNGKIN SEBAGAIMANA JANJI BELIAU SAAT MENERIMA KEHADIRAN TIM 11 LALU …
( Ring-o/Foto.ist)
Lainnya,
1 Trackback / Pingback