
Kabar Jakarta (62),
“Implementasi Laudato Si Dalam Kurikulum Merdeka Belajar”
Koranjokowi.com, Jakarta :
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) pengertian kurikulum merdeka belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Di sini, para pelajar (baik siswa maupun mahasiswa) dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari sesuai dengan bakat dan minatnya.
Dilansir dari laman kurikulum.kemdikbud.go.id, Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi murid. Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah: (1). Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil Pelajar Pancasila. (2). Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi. (3). Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Laudato Si mencoba mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar tersebut melalui Kompendika ( Komunitas Peduli Pendidikan Katolik), suatu wadah yang bermanfaat yang menurut Dr. Andang L.Binawan, SJ sebagai pengajar di Sekolah Tinggi Driakara, Jakarta, adalah untuk :
1.Bagi anggota nya( Kompendika-red) : dapat mengembangkan kompetensi pedagogi,sosial,kepribadian, professional dan kerohanian berdasarkan iman katolik.
2.Bagi Lembaga Pendidikan :Dapat meningkatkan mutu Pendidikan melalui kegiatan kerohanian,seminar pelatihan berdasarkan iman katolik.
3.Bagi Guru, orangtua, dan pemerhati Pendidikan: Dapat memperolah dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan kompetensi pedagogi,sosial,kepribadian, professional dan kerohanian berdasakan iman katolik.
4.Bagi peserta didik : Dapat memiliki sifat kepemimpinan,melayani dan menjadi agen perubahan dalam bidang pengetahuan, ketrampilan dan karakter berdasarkan iman katolik
Adapun program kompendika lanjut Dr.Andang adalah terbagi dua yaitu (1)Internal : Kerohanian,(a) Identitas dan karakteristik, standar dan tolok ukur Pendidikan katolik di Indonesia.(b) Dokumen konsili Vatikan II:Gravissimum educationis 12 artikel. Pengembagan diri (a) Menyusun buku ceritera anak-anak, nara sumbernya : Hilda , M.Pd (b)Fliped Classroom nara sumber, Rini, M.Sc,M.Ed, Ph.D Program ke (2)lanjut romo DR. Andang yaitu Ekternal : Kerohanian,seminar Pendidikan, pelatihan Pendidikan,Pendampinan perorangan kelompok, dan lembaga pendidikan
Pemateri dalam webinar Implementsi Laudato Si dalam Kurikulum Merdeka Belajar antara lain : Rm.Dr.Andang L.Binawan,SJ, Pengajar di STF Driakara Jakarta. Dr, Nancy Susana M.Pd, Catafina Nuswantari,M.Pd, Shinta Natalini,S.Si, M.Pd dan Agustinus Srinoto,S.Pd. yang dimoderatori oleh Naniek
Nara sumber berikutnya adalah, . Dr. Nancy Susana M.Pd, ahli pendidikan , seorang dosen dan pemimpin sebuah Perguruan Tinggi swasta di Jakarta. Dia akan menjelaskan bagaimana mengimplementasikan Laudato Si dalam kurikulum merdeka belajar. Seperti yang dijelaskan Romo DR.Andang tadi kata Nancy bahwa Laudato Si merupakan ensiklik kedua dari Paus Fransiskus yang mengkritik konsumerisme dan pembangunan yang tidak terkendali dan menyesalkan kerusakan lingkungan dan pemanasan global.Nancy melanjutkan dengan mengacu pada defenisi Pendidikan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara ( UU. Sisdiknas No 20/2003)
Mengapa pendidikan dapat menjadi sarana untuk mewujdkan Laudato Si? tanya Nancy. Kalo kita mengacu pada defenisi Pendidikan diatas tadi ujar Nancy, Pendidikan itu dapat merubah perilaku menjadi lebih baik. Untuk menjaga kelestarian lingkungan dan sebagai rumah kita. Laudato Si (211) Menghimbau agar 1)memberi informasi 2) menanamkan kebiasaan baik.3)mendorong perilaku yang berdampak langsung dan signifikan untuk pelestarian lingkungan. Kurikulum Merdeka belajar lanjut Nancy, berbasis kompetansi ini kata dia ,( Pengetahuan, sikap dan Ketrampilan ).Ketika saya kata Nancy membuat buku kerangka kurikulum modul ajar Kelola plastik untuk Bumi Lestar. Ada buku untuk siswa dan ada buku untuk guru. Sebagai penutup paparannya Dr. Nancy Susana M.Pd mengajak (1)“ Mari kita mewujudkan Laudato Si melalui kurikulum.(2) Marilah kita Menyusun Kurikulum operasional Laudato Si berbasis Laudato Si dan menerapkannya dalam proses pembelajaran tutup Nancy.
Nara sumber berikut adalah, Catarina Nuswantari,M.Pd : Catarina adalah guru Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) Bunda Mulia Jakarta Utara.
Saya akan sharingkan pengalaman secara sederhana di Paud Bunda Mulia, tempat saya bekerja ujar Catarin, Gerakan dan penanaman cinta lingkungan berikut ini kata dia beberapa RPP yang dibuat oleh Guru seperti Kompetensi Dasar( KD) di sekolah kami,KD 1.1. mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaannya.KD1.2 Menghargai diri sendiri,orang lain dan lingkungan sekitar sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan,KD 3.8, mengenal lingkungan alam (hewan , tanaman ,tanah , air.dll). ada tiga metode yang kami pakai lanjut Catarina, yaitu. (1).Routines(pembiasaan),(2) Rules( aturan), (3)Reward(apresiasi) .
Routin ( pembiasaan) adalah kegiatan memperkenalkan perilaku mencintai ciptaan Tuhan
Rules ( Aturan)membuat peraturan sederhana untuk mendisiplinkan anak – anak.
Reward ( apresiasi) meberi apresiasi atau hadiah bagi siswa yang memperlihatkan kemampuan dalam melaksanakan semua kegiatan di sekolah.
Selanjutnya nara sumber berikut ialah Shinta Natalini,S.Si, M.Pd sebagai guru Tarakanita Gading Serpong.Judul sharingnya adalah : “memelihara Bumi dari sekolah “ dilakukan dalam empat Langkah strategis inplementasi Nilai-nilai Ketarakanitaan,yaitu (1) integrasi dalam semua mata pelajaran,(2)Kegiatan terprogram,(3)Pembiasaan dan (4) Keteladanan, Kalo integrasi semua mata pelajran, tentu semua nilai terintegrasi khususnya mata pelajaran Kewirausahaan , membuat eco enzyme di rumah masing-masing, Kegiatan terprogram termasuk Pendidikan karakter Tarakanita,pengolahan sampah, daur ulang,penghijauan, gerakan anti plastik dan styrifoam serta gerakan hemat energi.Disini terdapat nilai keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Peran orangtua juga sangat besar dalam menanamkan nilai karakter. Pembiasaan, monitoring guru. Dan bimbingan wali kelas, Kemudian Keteladanan dari semua guru,karyawan serta warga sekolah .
Pembicara terakhir adalah, Agustinus Srinoto,S.Pd, sebagai owner bank sampah, sebagai inisyator Bank sampah, dengan memberi judul : ‘Bank sampah sebagai wujud pertobatan diri menjaga eko system”
Pertanyaan pertama yang disampaikannya ialah Mengapa harus memilah sampah ? masalah sampah merupakan masalah klasik, semua masyarakat semua negara. Pemilahan sampah dan dijemput oleh Grap. Komitmen Bersama untuk suatu Perubahan Agus Sriono mengajak semua yang hadir ini,untuk suatu perubahan (1) mengurangi sampah,(2)Memilah sampah,(3) Memanfaatkan sampah.(4) Mendaur ulang sampah, dan (5) menabung sampah. Sebagai penutup paparannya , Agustinus Sriyono memberi semboyan “Sampahku Tanggung jawabku”tutup Agustinus Srinoto,S.Pd
(Ring -o/Foto.ist)
Lainnya,
Be the first to comment