
SUKARNO & LAKI LAKI YANG TIDAK PERNAH MENGELUH !!
KoranJokowi.com, Bandung : Ayahku Alm.HMU.Suwendi, FSAI,FLMI pernah berceritera bahwa Indonesia hanya mempunyai 1 – Wimanjaya Keeper Liotohe (WKL), kelahiran Tahuna, Kepulauan Sangihe, 9 Mei 1933 yang sebetulnya adalah seorang guru, namun pengagum alm. Presiden Soekarno. Yang menyerahkan hidup-matinya untuk Sukarno yang dicintainya.
Tahun 1994 WKL menerbitkan buku berjudul, ‘Prima Dosa: Wimanjaya dan Rakyat Indonesia Menggugat Imperium Suharto yang terdiri atas tiga jilid. Buku ini tebalnya lebih dari 400 halaman, terbagi dalam 25 bab. Sampulnya dari karton manila, sementara isinya diperbanyak dengan fotokopi. Menurut penulisnya, hal ini disebabkan karena tidak ada penerbit yang mau menerbitkannya.
Prima Dosa berisi daftar kesalahan (dosa) Presiden Soeharto dengan pemerintahan Orde Barunya dan kemudian Buku ini diikuti dengan kelanjutannya, Prima Dusta.
Para kroni Soeharto sontak mencari tahu siapa WKL, sekaligus pastinya ‘carmuk. WKL pun sontak jadi inceran intel bahkan Ketua MUI, Hasan Basri mendesak agar Wimanjaya tidak dilepaskan dari tuntutan hukum “meskipun misalnya ternyata ia tidak waras.” Hasan Basri mengatakan bahwa Wimanjaya telah menghina Presiden Soeharto dan seluruh umat Muslim di Indonesia. ‘Ahahaha….
Akibat penerbitan bukunya itu, pada 13 April 1994, Wimanjaya ditangkap polisi, sementara bukunya dilarang beredar bahkan dibumi hanguskan. Usai lepas dari sel. Pada tahun 1997, Wimanjaya mencalonkan dirinya sebagai Wakil Presiden. Karena hal ini pula ia pun kembali dipenjara pemerintah Orde Baru. Usai keluar sel, bukannya tobat WKL bahkan mendirikan “Partai Prima”.
Kehidupan WKL memang unik dan penuh misteri, kerap dia diancam pembunuhan termasuk bakal di tembak sniper ketika mendarat di Bandara Soekarno Hatta. Ini juga karena saat pidato HUT RI disebuah tempat , WKL habis-habisan ‘menyerang Suharto sebagai pelanggar Hak Asasi Manusia banyak terjadi di Indonesia.
WKL juga pernah hendak diracun ‘seseorang hingga 7 kali, semua dia serahkan kepada Tuhan, termasuk saat mengikuti sebuah sidang di Jakarta, usai diberi minum mineral seseorang, tubuhnya lemah, dia pasrah jika harus mati disana, namun tiba-tiba ada seorang tukang kelapa muda yang memberikannya minum, sembuhlah dia seketika. “Semua berkat Tuhan”, katanya.
Ayah saya yang akrab saya panggil ‘Papih, sejak buku itu terbit hingga beliau meninggal 11 Januari 2020 lalu tidak juga bisa membeli dan kesulitan mendapatkan buku WKL itu, ke-dua laki-laki itu memang satu sikap , Pengagum Sukarno dan susah diatur sejak jadi aktivis ITB tahun 1960-an lalu. Al-fatihah ..(Red-01/Foto.ist)
Be the first to comment