UNESCO GRUDUK SD KANISIUS MAGELANG, KEREN !

UNESCO GRUDUK SD KANISIUS MAGELANG, KEREN !

Koranjokowi.com, Jakarta :

See the source image

United Nations Educational Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) merupakan organisasi PBB yang bergerak
dibidang pendidikan, keilmuan dan Kebudayaan yang berdiri pada 16
November 1945 di London Britania raya. Indonesia menjadi anggota Unesco
27 Mei 1950. Keanggotaan ini tidak terlepas dari pandangan politik luar
negeri yang bebas dan aktif serta pandangan bahwa multilateral menjadi
sandaran Indonesia dalam mengembangkan kerjasama global.

Baru-baru ini
Rombongan UNESCO hadir menyapa para siswa di sekolah “SD Kanisius
Kenalan” yang terletak di lereng Gunung Menoreh kawasan Borobudur,
Kabupaten Magelang. Apa yang disaksikan di SD Kenalan ini menjadi salah
satu elemen penting dalam kolaborasi sektor pendidikan dan kebudayaan.
Kegiatan ini jadi wujud nyata yang ditempuh dari berbagai pihak, yakni Global
Compact Network (IGCN) dan KUPUKU Indonesia atau sarana pengembangan
kapasitas dan berbagi pengalaman untuk para guru, orangtua dan kepala sekolah yang
dapat membebaskab mereka dari keterbatasan biaya,waktu,tempat dan ijin untuk
memperoleh pengetahuan serta ketrampilan untuk mulai berubah,, Jabar Masagi,
merupakan program yang bertujuan menguatkan pondasi generasi muda di Jabar
dengan nilai-nilai Pendidikan karakter. Sound of Borobudur, ini merupakan Gerakan
yang berfokus pada revitalisasi warisan bangsa,khususnya Candi Borobudur.Karenanya
dukungan dari berbagai pihak diperlukan agar misi kebangsaan tersebut dapat terwujud
bersama dengan UNESCO,”ujar Trie

See the source image
Trie Utami hadir mewakili Sound of Borobudur mendampingi kunjungan dari
perwakilan UNESCO di SD Kenalan , Trie Utami merupakan penggagas utama Sound
of Borobudur yang merupakan ‘Gerakan Kebangsaan’ melalui bidang budaya.
Dalam keterangan tertulisnya, Trie Utami menyampaikan, ada apa di SD
Kenalan? Kenapa UNESCO merasa perlu untuk datang dan mengunjungi
sekolah yang berada di perbukitan Menoreh Borobudur itu?. “Ketika dunia
tersadar kata Trie Utami bahwa sistem pendidikan berbasis Sience
Teknologi Enginering Math (STEM) tidak menjadikan dunia sebagai tempat
hidup yang lebih baik,” papar Trie Utami yang akrab disapa Iie. UNESCO
berkesempatan untuk menyaksikan secara langsung lanjut Trie, bagaimana
sebuah proses pendidikan yang memiliki kontrak sosial,” ujarnya lagi. “Ruang
pendidikan dibuka, tak hanya di ruang kelas, lingkungan dan masyarakat
menjadi bagian dari rangkaian proses pembelajaran,” imbuh dia.
“Perang, korupsi, kelaparan, kemiskinan, eksploitasi alam dan berbagai
masalah, menjadi realita dunia saat ini. Karena pendidikan berbasis budaya

dan kemanusiaan, terpinggirkan, ditinggalkan dan tidak dianggap penting,”
urai dia.mNun jauh di perbukitan Menoreh, menurut Iie, SD Kenalan justru melakukan
suatu proses pendidikan yang dapat menjadi contoh bagi dunia. Sebuah
tawaran nyata yang bisa menjadi solusi global. “Mereka yang akan menjadi
pelopor, pengampu dan tauladan kehidupan. Cerdas dalam bidang sains dan
teknologi, cerdas secara sosial dan cerdas berbudaya,” kata dia.
“Mereka tak hanya pandai mengukur tingkat keasaman sumber air desa
sambungnya , namun peka terhadap orang-orang tua, namun gembira
bermain musik sambil menari dan tertawa bahagia,” kata dia. Trie
Utami menambahkan, pekerjaan besar ini dilakukan secara intensif dan
sistemik selama belasan tahun, dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang
gigih dan rendah hati, Yosef Onesimus Maryono, atau biasa dipanggil Pak
Simus.

Trie Utami juga menyampaikan, tanpa keuletannya, mustahil sistem
pendidikan di SD Kenalan dapat menjadi contoh proses belajar yang
berbudaya dan memiliki kontrak sosial dengan masyarakat dan kontrak
moral dengan lingkungan. Trie Utami juga memaparkan, anak-anak belajar
mengenal landscape dimana mereka hidup dan tinggal. Peserta didik diajak
untuk peka terhadap alam, belajar menengarai lingkungan: hutan – sumber
air – pohon dan cara alam bekerja.

Anak-anak diajak untuk mengenal pasar, berkenalan dengan masalah sosial,
peka terhadap sistem kemasyarakatan dan belajar untuk menjadi bagian dari
masyarakat itu sendiri. Mereka menjadi lebih perduli terhadap lingkungan
tempat mereka hidup dan berkehidupan ujar Trie. “SD Kenalan mendidik
anak-anak mengenal tahapan hidup, mulai dari Landscape – Lifescape –
Cultural Scape (Bentang Alam – Bentang Kehidupan – Bentang Budaya),”
kata Trie Utami.

Dijelaskan lebih detail oleh Srie Utami, dari model pendidikan semacam
itulah akan lahir manusia yang beradab – berbudaya dan berketuhanan.
“Mereka yang akan menjadi pelopor, pengampu dan tauladan kehidupan.
Cerdas dalam bidang sains dan teknologi, cerdas secara sosial dan cerdas
berbudaya,” kata dia.
“Mereka tak hanya pandai mengukur tingkat keasaman sumber air desa,
namun peka terhadap orang-orang tua, namun gembira bermain musik sambil
menari dan tertawa bahagia,” kata dia.
Trie Utami menambahkan, pekerjaan besar ini dilakukan secara intensif dan
sistemik selama belasan tahun, dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang
gigih dan rendah hati, Yosef Onesimus Maryono, atau Pak Simus.
Trie Utami juga menyampaikan, tanpa keuletannya, mustahil sistem
pendidikan di SD Kenalan dapat menjadi contoh proses belajar yang
berbudaya dan memiliki kontrak sosial dengan masyarakat dan kontrak
moral dengan lingkungan.

“Apa yang disaksikan di SD Kenalan, menjadi salah satu elemen penting
dalam kolaborasi pendidikan dan kebudayaan yang akan ditempuh oleh
Indonesia Global Compact Network ( IGCN ), Kupuku Indonesia atau sarana
pengembangan kapasitas dan berbagi pengalaman untuk para guru,
orangtua dan kepala sekolah yang dapat membebaskan mereka dari
keterbatasan biaya,waktu,tempat dan ijin untuk memperoleh pengetahuan
serta ketrampilan untuk mulai berubah, dan Jabar Masagi yang merupakan
program yang bertujuan menguatkan pondasi generasi muda di Jabar
dengan nilai-nilai Pendidikan karakter. Serta Sound of Borobudur,hal ini
merupakan Gerakan yang berfokus pada revitalisasi warisan
bangsa,khususnya Candi Borobudur.Karenanya dukungan dari berbagai
pihak diperlukan agar misi kebangsaan tersebut dapat terwujud bersama
dengan UNESCO,” tutup Srie Utami.

(Ring-o/Foto.ist)

Lainnya,

Unesco Thn.2022, Ella Fitzgerald. | ISTANA NEWS

Kabar BANYUWANGI – (25),  “RELAWAN JOKOWI KAB. BANYUWANGI DUKUNG IJEN GEOPARK – UNESCO, AMIN ! ” – KORAN JOKOWI

GeoPark Ciletuh Sukabumi Jawa Barat _ (1), “NU AING !” – KORAN JOKOWI

UNESCO – (1),  UNESCO Creative Cities Network (UCCN) & 4 Kota terpilih 2014-2021 | ISTANA NEWS

UNESCO –  (2), CILETUH – PALABUHANRATU UNESCO GLOBAL GEOPARK (Indonesia) “Tanah Pertama di Pulau Jawa Bagian Barat”

 

Tentang Koran Jokowi 4159 Articles
MEDIA INDEPENDEN RELAWAN JOKOWI : *Alumni Kongres Relawan Jokowi 2013 (AkarJokowi2013), *Aliansi Wartawan Non-mainstream Indonesia (Alwanmi) & Para Relawan Jokowi Garis Lurus lainnya.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan