
Melawan Lupa – (15), THOMAS CUP : “TANPA TJOA KENG LIN, FERRY TETAP IKUT THOMAS CUP THN.1958 ?”
KoranJokowi.com, Bandung : Kejuaraan bulu tangkis internasional nomor beregu putra, Piala Thomas atau Thomas Cup, adalah kompetisi tertua yang diadakan International Badminton Federation (IBF). Awalnya, pada periode 1949-1982, kejuaraan prestisius ini digelar setiap tiga tahun sekali.
Pada tiga edisi awal, timnas bulu tangkis Malaysia menjadi rajanya dengan sukses menjuarai tiga kejuaraan Piala Thomas secara beruntun. Namun pada edisi keempat, kita, Indonesia, tetangga serumpun mereka, berhasil mematahkan tradisi itu di tahun 1958 lalu.

Saat itu , Indonesia mampu melaju sampai babak penantang (challenge round) dengan mengalahkan Denmark (6-3) dan Thailand (8-1) pada. Di babak penantang yang berlangsung di Singapore Badminton Stadium, Gullemard Road, Singapura, pada 15 Juni 1958, Indonesia mampu menggebuk juara bertahan Malaysia dengan hasil akhir 6-3.
Pada hari itu pukul 10 malam, atlet bulu tangkis kenamaan Indonesia, Ferry Sonneville, memenangi partai keenam dari sembilan partai yang harus dimainkan.

Ferry mengalahkan pemain Malaysia, Teh Kew San, dalam rubber set dengan poin akhir 18-16. Selain Ferry, ganda putra timnas bulu tangkis Indonesia, Tan King Gwan dan Njoo Kiem Bie, juga sukses mengalahkan pasangan Malaysia, Johnny Heah dan Lim Say Hup dengan long-set (7-15, 15-5, 18-15).
Keduanya saat itu dijuluki “Ghost Double“ karena backhand service-nya membingungkan pemain lawan

Atlet Indonesia lain, Tan Joe Hok, juga mencuri perhatian karena tidak terkalahkan dalam ajang tersebut.
SIAPA FERRY ?
Bernama lengkap Ferdinand Alexander Sonneville , kelahiran tgl. 3 Januari 1931, Ferry juga dikenal sebagai salah satu pelopor seni beladiri Judo dan Jujutsu (Jiu-Jitsu) di Indonesia. Pada tahun 1953 ia turut mendirikan Judo & Jiu-Jitsu Club Djakarta (kemudian berubah menjadi Jiu-Jitsu Club Indonesia-JCI), dan sampai akhir hayatnya menjabat sebagai Ketua Umum pada klub tersebut.
Semasa mudanya, ia rela mengorbankan kuliahnya di Amerika untuk memperkuat tim Indonesia meraih Piala Thomas pertama kali pada 1958. Ia ikut berjuang dan berjaya merebut dan mempertahankan Piala Thomas tiga kali berturut-turut 1958, 1961 dan 1964. Ia menjadi Kapten bermain/Pelatih Indonesia (1958, 1961 dan 1964).
Selain dalam beregu, Ferry yang memiliki rambut putih sejak usia 19 tahun, itu juga mengukir prestasi di nomor perseorangan, dengan menjuarai Belanda Terbuka (1955-1961), Glasgow (1957), Prancis Terbuka (1959-1960), Kanada (1962), serta runner up All England (1959) dikalahkan Tan Joe Hok di final.
Ferry Sonneville meninggal dunia di Rumah Sakit MMC Kuningan, Jakarta Selatan, pukul 05.20 WIB, Kamis 20 November 2003. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) ini, tutup usia akibat kanker darah (leukemia) yang telah diderita selama satu setengah tahun.
Donasi untuk Ferry Sonneville
Gelar Piala Thomas yang diraih ini bisa dibilang bayaran setimpal bagi rakyat Indonesia yang secara tidak langsung ikut berjuang. Karena sebelumnya, timnas bulu tangkis Indonesia hampir tidak bisa membawa salah satu kekuatan terbaiknya, Ferry Sonneville, ke Singapura.
Sebelum kejuaraan dimulai, Ferry sedang kuliah di jurusan ekonomi di Nederlandse Economische Hoogenschool (NEH), Rotterdam, Belanda. Ferry ingin memperkuat timnas, tetapi ia ingin perjalanan pulang-perginya ditanggung Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Ada konflik di internal PBSI terkait pemulangan Ferry di mana salah satu alasannya biaya tinggi yang harus dikeluarkan PBSI.

Beruntung, seorang pembaca Star Weekly dari Bogor, Tjoa Keng Lin, menginisiasi pengumpulan dana untuk Ferry. Pada akhir bulan Maret 1958, Star Weekly pun memuat pengumuman donasi agar Ferry bisa pulang dan memperkuat timnas. Penggalangan dana mendapatkan respons cukup baik bisa dilihat dari profil donaturnya tidak hanya dari perorangan, tetapi juga dari beberapa perusahaan.
Donasi pun ditutup pada pertengahan bulan Mei di mana dana yang terkumpul sebesar Rp 40.025, sedikit jauh dari target awal yakni Rp 50.000. Meskipun begitu, Ferry tetap tiba bertepatan ditutupnya donasi untuknya.
Sehari sebelum menuju Singapura, Ferry menulis surat yang berisi ucapan terima kasih kepada redaksi – yang dimuat dalam Star Weekly edisi 7 Juni 1958 – atas penggalangan dana yang telah dilakukan.

Walaupun sudah ditutup, para donatur tetap menyalurkan uangnya untuk Ferry. Star Weekly terbitan 21 Juni 1958 mengabarkan donasi yang terkumpul ialah sebesar Rp 40.545 dan langsung diserahkan pada PBSI Jakarta. Pesona Ferry tidak berhenti sampai di Piala Thomas 1958, karena setahun kemudian ia kembali mengukir prestasi di ajang All England.
Ferry saat itu mengukuhkan dirinya sebagai orang Indonesia pertama yang menjuarai turnamen tersebut.
‘Jangan Lupa !
(Red-01/Foto.ist)
Lainnya,
Melawan Lupa – (14), “GADUH, SUKARNO & JALAN MUSTAFA KEMAL ATATURK !?” – KORAN JOKOWI
1 Trackback / Pingback