
Melawan Lupa – (16),
“HANYA JENDERAL BATAK INI YANG BERANI BENTAK BUNG KARNO “
KoranJokowi.com, Profil :
Dalam beberapa sumber disebutkan dahulu kala di Sumatera Utara bagian timur pernah ada mantan copet yang mengangkat diri menjadi Jenderal Mayor. Ini karena dia punya lumayan banyak pasukan di masa revolusi ketika melawan Belanda. Namanya Timoer Pane. Dia bukan tentara, melainkan Laskar Napindo yang tunduk kepada Partai Nasional Indonesia yang didirikan Presiden Soekarno. Tentu saja itu hanya sebatas klaim.
Karakter Timoer Pane lalu dianggap sebagai pengilham Asrul Sani yang menulis cerita untuk film Nagabonar (1987). Jika di dalam film Nagabonar dan Mariam mengaku diri jadi Jenderal di zaman Revolusi, maka di dunia nyata, orang Batak yang benar-benar diangkat menjadi jenderal di awal sejarah TNI diantaranya adalah Tahi Bonar (TB) Simatupang, dsb. Tahi Bonar Simatupang (TBS) adalah orang Batak pertama yang betul-betul menjadi Jenderal Mayor.
MAU TAHU ‘GALAKNYA TB SIMATUPANG?
Pertengahan Juli 1952. Kala itu, TB Simatupang sedang menjabat Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) yang demikian di sayang Presiden Sukarno , komunikasi diantara mereka demikian dekat layaknya adik-kakak. ‘Suatu waktu ‘ujug ujug , Kolonel Bambang Supeno – Komandan Candradimuka menemui Presiden Soekarno dan meminta agar segera mencopot Kolonel AH Nasution dari jabatannya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Alasan Supeno, banyak perwira yang tak setuju dengan langkah Nasution yang menyertakan militer Belanda dalam meningkatkan mutu tentara di Indonesia.
Demi terjaganya situasi kondusif kalau pun TNI saat itu sedang ‘gerah, Soekarno merestui langkah Supeno. Namun dengan syarat agar para panglima di daerah juga setuju dengan bukti tanda tangan para panglima yang menyetujui pencopotan AH Nasution.
Setelah itu, Kolonel Supeno langsung bergerilya mengumpulkan tanda tangan para panglima tentara di daerah. Akhirnya, tanda tangan beberapa panglima tentara pun didapatkan. Surat berisi tanda tangan para panglima tentara di daerah pun lantas dibawa Supeno ke TB Simatupang.
Saat menerima surat itu, Simatupang gusar dan berang dengan langkah Supeno karena tidak terkordinasi. Tidak lama setelah itu, Supeno dicopot dari jabatannya.
Dan Jenderal Batak yang sebenarnya ‘kalem ini pun menemui Presiden Soekarno di Istana Negara ditemani Menteri Pertahanan – Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan AH Nasution, awalnya perbincangan berlangsung biasa saja. Terjadi perdebatan sengit antara Simatupang dan Soekarno. Jenderal Batak itu pun sampai tersulut emosinya. Pun Bung Karno, juga sama emosinya. ‘Ahahaha…
Dalam pembicaraan itu, Soekarno berterus terang bahwa dia memang memberi sinyal restu atas langkah Kolonel Supeno. Dan dengan lantang TBS, dengan terlebih dahulu memberikan ‘hormat kepada Presiden Sukarno, kemudian berkata. “Selama saya Kepala Staf Angkatan Perang, saya tidak akan biarkan itu terjadi.”
Sontak mata Presiden ‘melotot, beliau pun ‘ngomel dalam bahasa Belanda. Sri Sultan HB IX & AH Nasution terpaku dalam kursi mereka, tidak menyangka jadi seperti ini situasinya. Ahahahah.
Karena ‘deadlock, pertemuan pun bubar. TBS pun keluar dari ruangan tanpa menyalami Soekarno, namun dia tetap memberi hormat militer. Dan, ‘Braaakkk.… pintu pun dibantingnya.
Sukarno menghargai sikap TBS.
Toh hubungan keduanya pun tetap baik.
Teman teman Relawan Jokowi, tahun 1940 , TBS masuk di KMA (Koninklijke Militaire Academie) yang berlokasi Bandung, KMA ini akademi militer milik Kerajaan Belanda yang mencetak calon perwira. Sejatinya KMA ini berlokasi di Breda, Belanda. Namun ketika Belanda diduduki oleh Jerman pada tanggal 14 Mei 1940, Pemerintah Kerajaan Belanda kemudian memutuskan untuk memindahkan akademi militernya ke Hindia Belanda tepat pada tanggal 1 Oktober 1940. Dan tahun 1942 TBS lulus dengan predikat Taruna Mahkota Perak karena berprestasi di bidang teori militer.
TBS dipercaya Presiden Soekarno sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KASAP) setelah Panglima Besar Jenderal Soedirman wafat pada tahun 1950. Ia menjadi KASAP hingga tahun 1953. Jabatan KASAP secara hierarki organisasi pada waktu itu berada di atas Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, Kepala Staf Angkatan Udara dan berada di bawah tanggung jawab Menteri Pertahanan
Sepertinya ada ‘kecemburuan dari oknum TNI lain yang melihat kedekatan TBS dengan ‘Si Penyambung Lidah Rakdjat ini, you know lagh. ‘Ahahaha…
Presiden Soekarno menghapuskan jabatan KSAP pada tahun 1953. kemudian pada tahun 1954–1959, Bonar diangkat sebagai Penasihat Militer di Departemen Pertahanan RI. Setelah nonaktif dari kemiliteran, Bonar menyibukkan diri dengan menulis buku dan mengajar di SSKAD – Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, sekarang Seskoad, dan Akademi Hukum Milter/AHM). Dia sangat menyadari waktunya di militer akan segera berakhir. Untuk itu ada hal yang ingin dilakukannya sehingga perannya di militer bisa berlanjut, yaitu dengan menyiapkan Doktrin dan Kader melalui tulisan dan membekali perwira-perwira di sekolah militer. Akhirnya dia resmi dipensiunkan dari dinas militer pada tanggal 21 Juli 1959 dalam usia 39 tahun dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal.
TBS wafat tahun 1990 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada tanggal 8 November 2013, TBS diberikan gelar Pahlawan Nasional dan namanya menjadi salah satu nama jalan besar di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Dan Pada tanggal 19 Desember 2016, Presiden Jokowi menyetujui figur TBS dijadikan gambar di pecahan uang logam rupiah baru, pecahan Rp. 500.
‘Rest In Peace, Jenderal , Amin.
(Red-01/Foto.ist)
Lainnya,
Be the first to comment