
#Melawan Lupa – (3), ‘PELURU TIDAK MENGENAI BUNG KARNO KARENA JIMAT DARI HABIB MUDA SEUNAGAN, ACEH ?”
#MelawanLupa jilid 3
LUPA adalah ketidakmampuan mengingat pesan (pengetahuan dan pengalaman) yang pernah dilihat, didengar, dirasakan dan dialaminya. Lupa milik semua orang, tidak seorangpun di dunia ini yang terbebas dari lupa, yang membedakan seseorang dari lainya adalah tingkat kelupaan atau derajat ingatan setia seseorang, ada seseorang sering atau selalu lupa dan ada pula seseorang yang sesekali saja lupa, selebihnya ingat.
Yang repot adalah sesuatu hal yang dipaksakan untuk LUPA (Forgetting), di bangsa dan negara besar ini dipaksa LUPA karena ‘pesan sponsor politik, Ahahahah…
Saya mohon maaf jika terlalu memaksakan siapapun untuk TIDAK LUPA atas hadirnya rubrik #MELAWANLUPA ini, dan mari kita sama sama memaksakan melawan ‘Retroactive interference , sulitnya mengingat informasi lama karena masuknya informasi baru. Ahahahah…
——————— .
KoranJokowi.com, Bandung : Tanggal 14 Mei 1962 lalu, terjadi percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno tepat saat beliau shalat Idul Adha di lapangan rumput antara Istana Negara dengan Istana Merdeka, Jakarta. Tiba tiba terdengar beberapa letusan laras pendek dari jarak 4 baris dibelakang Presiden, namun tidak sebutir pun melukai, peluru peluru itu ‘meleset, bahkan mengenai bahu Ketua DPR saat itu, Zainul Arifin, dua anggota Detasemen Kawal Pribadi (DKP) Presiden, yaitu Soedrajat dan Soesilo juga Jenderal AH Nasution yang berdiri di sebelah kiri Presiden.
Singkat ceritera, setelah tertangkap, saat sidang , sipenembak yang berjumlah tiga orang, yaitu Sanusi, Kamil, dan Jaya Permana yang semuanya merupakan anggota DI/TII terlatih mengaku mereka suruhan seorang pemimpin pesantren di Bogor H Muhamad Bachrum sebagai otak pembunuhan yang telah memberikan undangannya sebagai akses ke-3 rekannya masuk Istana untuk ikut shalat
Saat sidang, ke-3 pelaku mengatakan bahwa mereka kesulitan menembak Presiden kalau pun jarak dekat karena seperti melihat Presiden dalam 2 tubuh, atau ada seseorang lagi disana yang mirip dengan Bung Karno. ‘Wow !
Beberapa waktu kemudian Presiden Sukarno berceritera bahwa selain dilindungi oleh Allah SWT, dia merasa dilindungi juga oleh ‘Jimat’ pemberian Habib Muhammad Yeddin bin Habib Muhammad Yasin, atau Habib Muda Seunagan, atau Abu Peuleukung.
Hal itu disampaikan Presiden kepada Gubernur Aceh saat itu – Ali Hasjmy, dia selamat karena Allah SWT dan Jimat berupa kalung dan sebuah siwah atau mahkota berlapis emas yang diberikan di Meulaboh, Aceh sebelumnya. Presiden memang akrab dengannya, ulama dan tokoh kharismatik Aceh asal Nagan Raya ini.
Sebagai suka cita Presiden pun memberikan sebuah jeep Landrover untuk Abu Peuleukung guna perjuangannya demi syiar agama Islam dan perjuangan menjaga NKRI
Kini Nagan Raya adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Aceh dengan luas sekitar 3.362 Km2 , jumlah penduduk sekitar 147.037 jiwa yang tersebar di daerah perbukitan dan dataran yang subur, beribukota Suka Makmue ini memiliki destinasi wisata yang akan membuat semua orang berdecak kagum.
Mari kita #MELAWAN LUPA,
Ketika proklamasi dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945, berita tersebut tiba di Seunagan, Nagan Raya, Ace. Pada saat itu, Wedana Aceh Barat, Abdullah Dariya, yang pernah dipenjarakan bersama dengan Bung Karno diberitahukan agar mengibarkan bendera merah putih di daerahnya. Karena keberadaan pasukan Jepang yang masih menjaga daerahnya, ia meminta bantuan Habib Muda Seunagan agar dapat mengibarkan bendera merah putih di kawasan Seunagan dan Habib Muda Seunagan menyanggupinya dengan mengibarkan bendera tersebut di daerah Jeuram.
Adapun tokoh-tokoh yang hadir ketika pengibaran bendera tersebut diantaranya adalah: Habib Muda Seunagan, Zakariya Yunus, Toke Nyaklah Hamzah, Guru Muhammad Jamin, Teungku Idris Padang, Haji Nyak Dolah Ilahm dan Mahyuddin Asyik dari kalangan pemuda. Adapun pengibaran bendera ini adalah pengibaran bendera merah putih pertama kali di seluruh Aceh.
Mengatasi Pemberontakan DI/TII
Ketika pada tahun 1953 diproklamasikan berdirinya Darul Islam oleh Teungku Daud Beureueh, Habib Muda Seunagan bersama dengan Abuya Muda Waly dan Teungku Hasan Krueng Kalee mengeluarkan pernyataan tidak setuju dengan gerakan tersebut. Pernyataan tersebut dilandasi pada hukum Islam yang memandang pemberontakan kepada pemerintah yang sah adalah haram. Apalagi Teungku Daud Beureueh pernah menerima keberadaan Indonesia dan pernah bekerja untuk pemerintah Indonesia.
( X Teungku Daud Beureueh )
Bersama dengan masyarakat Peuleukung dan sekitarnya, Habib Muda Seunagan kemudian membentuk Organisasi Pagar Desa (OPD) untuk menghadapi pasukan DI/TII yang mengganggu rakyat. Organisasi ini dipimpin oleh Ceh Nanggroe, salah seorang murid Habib Seunagan.
Untuk mengatasi DI/TII, pemerintah mengirimkan tentara untuk menumpas mereka, agar tepat target, Habib Muda Seunagan mengeluarkan sebuah Kartu Identitas yang menyatakan bahwa nama yang tertera pada kartu tersebut adalah murid Habib Muda Seunagan dan tidak terlibat dalam DI/TII. Karena jasa-jasanya tersebut maka pada tahun 1958 Habib Muda Seunagan diundang ke Istana Negara oleh Presiden Sukarno.
Mengatasi Pemberontakan PKI
Ketika PKI memberontak pada tahun 1965, Habib Muda Seunagan mengajukan permintaan kepada Kasdam Iskandar Muda, Kolonel A. Kohar Imam Khormen agar tentara hanya menangkap gembongnya saja karena rakyat sebenarnya banyak yang terjebak, hanya karena menerima bantuan peralatan pertanian sudah dituduh sebagai anggota PKI.
SIAPA BELIAU?
Beliaulah, Habib Muda Seunagan atau Abu Peuleukung , seorang ulama dan pejuang yang berasal dari daerah Seunagan, Nagan Raya, Aceh. Yang hidup pada masa penjajahan Belanda hingga masa kemerdekaan Indonesia. Selain di ladang politik, ia juga seorang ulama lintas generasi yang berperan di Aceh Barat, Gayo Lues, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan bagian Aceh lainnya. ISalah satu peninggalannya yang sampai saat ini dinikmati masyarakat Nagan Raya yaitu saluran irigasi untuk sawah petani diberi nama “Lhung Abu” sepanjang 25 kilometer
Habib Muda Seunagan wafat pada 14 Juni 1972 dan dimakamkan di Mesjid Peuleukung yang dibangunnya sendiri. Ia berpesan sebelum wafatnya agar makamnya dibuka sepanjang tahun dan membolehkan siapapun untuk berziarah tanpa memandang agama dan suku bangsa mereka. Karena jasa-jasa Habib Muda Seunagan maka Pemerintah RI menganugerahi Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama kepada Habib Muda Seunagan sebagai seorang pejuang kemerdekaan.
Al Fatehah…
(Red-01/Foto.ist)
Sebelumnya,
#Melawan Lupa – (1): FUSTUN FUSTUN, LUTHFI HASAN ISHAAQ PUN DITINGGAL SENDIRI ! | KORAN JOKOWI
Be the first to comment