#Melawan Lupa – (2), ” WARTAWAN TIMOR LOYALIS SUKARNO  YANG DISEBUT ANAK ‘BELANDA HITAM “

#Melawan Lupa – (2), ” WARTAWAN TIMOR LOYALIS SUKARNO  YANG DISEBUT ANAK ‘BELANDA HITAM “

——————— .

#MelawanLupa jilid 2

LUPA adalah ketidakmampuan mengingat pesan (pengetahuan dan pengalaman) yang pernah dilihat, didengar, dirasakan dan dialaminya. Lupa milik semua orang, tidak seorangpun di dunia ini yang terbebas dari lupa, yang membedakan seseorang dari lainya adalah tingkat kelupaan atau derajat ingatan setia seseorang, ada seseorang sering atau selalu lupa dan ada pula seseorang yang sesekali saja lupa, selebihnya ingat.

Yang repot adalah sesuatu hal yang dipaksakan untuk LUPA (Forgetting), di bangsa dan negara besar ini dipaksa LUPA karena ‘pesan sponsor politik, Ahahahah…

Saya mohon maaf jika terlalu memaksakan siapapun untuk TIDAK LUPA atas hadirnya rubrik #MELAWANLUPA ini, dan mari kita sama sama memaksakan melawan  ‘Retroactive interference ,  sulitnya mengingat informasi lama karena masuknya informasi baru. Ahahahah…

——————— .

KoranJokowi.com, Bandung : Francisca Casparina Fanggidaej lahir di Noël MinaTimor16 Agustus 1925 ,  tokoh pergerakan Indonesia wanita yang juga seorang guru bahasa Inggris dan penerjemah. Ia juga bekerja sebagai wartawan untuk Radio Gelora Pemuda Indonesia.

Dia putri dari  pasangan Magda Mael dan Gottlieb Fanggidaej. Ayahnya bekerja sebagai kepala pengawas Burgerlijke Openbare Warken (BOW), sekarang Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Hal inilah yang membuat status keluarganya dianggap sama secara hukum dengan orang Belanda. Dia merasa terganggu dengan sebutan sebagai anak “BELANDA HITAM”

(Illustrasi BOW)

Perempuan remaja kritis ini pastinya marah karena Belanda telah memaksakan agar keluarganya berbeda dengan saudara saudara lainnya,  dia tidak perlu itu karena sebutan BELANDA HITAM adalah rasis. Dia sadar tengah diadu-domba dengan sekitarnya. Kalau pun banyak keistimewaan yang didapat dari Belanda, dia tidak perlu itu. Dengan ijin yang berat dari ke-2 orang tuanya, ia pun hijrah ke Surabaya. Membuka jaringan luas.

Hak melawannya pun dapat tersalurkan  saat menjadi seorang delegasi Pemuda Republik Indonesia dalam Kongres Pemuda Indonesia I di Yogyakarta  pada 6 –10 November 1945, dia merasakan kepuasan bathin dapat berkumpul dengan sesama aktifis yang komit kepada nasionalism. Namun usai Kongres , ia tidak bisa kembal ke Surabaya karena meletusnya pertempuran antara rakyat dan pemuda Surabaya melawan pasukan NICA.

Ia pun bergabung dengan  Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) dan kemudian menjadi anggotanya. Ia aktif dalam perjuangan untuk kemerdekaan, dengan mengadakan kampanye penerangan kepada rakyat tentang arti kemerdekaan dan kolonialisme

Saat Pesindo  berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia,  Francisca memilih mengundurkan diri dari organisasi ini. Di tahun 1957, ia terpilih sebagai anggota DPRGR/MPRS   (Sekarang, DPRRI)  mewakili wartawan. Sebagai anggota delegasi parlemen, ia berkunjung ke Kuba pada 1960 dan 1953, serta berjumpa dengan Fidel Castro di sana.

Pada 1964, ia menjadi penasihat Presiden Soekarno dalam kunjungannya ke Aljaziar. Pada tahun 1965 ia berkunjung ke Chili sebagai anggota delegasi Indonesia dalam Kongres Organisasi Wartawan Internasional di sana.  Pada waktu itulah meletus tragedi G30S, sehingga ia DIPAKSA  rejim Suharto untuk tidak dapat kembali ke Indonesia.

Perlakuan rejim kepada Presiden Sukarno saat itu dianggap melebihi batas kemanusiaan hingga waktu meninggal tahun 1970, namun dia dan teman teman aktifis tidak dapat melakukan apa apa karena semua akses tertutup dan terdampar dinegara orang. Selain terdampar di Tiongkok juga di Belanda hingga tahun 1985.

…. Bagi Perempuan aktifis, Jurnalis anti Orba ini. Stigma komunis dan kedekatannya dengan Sukarno yang membuatnya tak bisa pulang ke tanah air pasca 1965 itu ia terima sebagai resiko perjuangan, dan ia meyakini Yesus senantiasa melindunginya ….

Di Belanda, Francisca menjadi anggota Komite Indonesia-Belanda, dan ikut mendirikan Stichting Azië Studies (Yayasan Studi Asia)Pada tahun 2003 untuk pertama kalinya ia dapat kembali ke Indonesia untuk menemui keluarganya, setelah hampir empat puluh tahun hidup di pengasingan.

Dia  meninggal di UtrechtBelanda13 November 2013 pada umur 88 tahun, oh ya… dia juga  adalah oma (nenek)  dari aktor terbaik Indonesia Reza Rahadian, pemeran Presiden BJ Habibie lalu.

Apapun,

‘REST IN PEACE, OMA !

(Red-01/Foto.ist)

Sebelumnya,

#Melawan Lupa – (1): FUSTUN FUSTUN, LUTHFI HASAN ISHAAQ PUN DITINGGAL SENDIRI ! | KORAN JOKOWI

Tentang Koran Jokowi 4107 Articles
MEDIA INDEPENDEN RELAWAN JOKOWI : *Alumni Kongres Relawan Jokowi 2013 (AkarJokowi2013), *Aliansi Wartawan Non-mainstream Indonesia (Alwanmi) & Para Relawan Jokowi Garis Lurus lainnya.

1 Trackback / Pingback

  1. #Melawan Lupa - (3), 'PELURU TIDAK MENGENAI BUNG KARNO KARENA JIMAT DARI HABIB MUDA SEUNAGAN, ACEH ?" | KORAN JOKOWI

Tinggalkan Balasan