Tokoh Muda NU “Umah Hanifah HT. S.Sos.”: Kampanyekan Teologi Islam Rahmatan Lil Alamin untuk Perangi Radikalisme dan Terorisme!
Jakarta, Koranjokowi.com
“Sudah saatnya Kita umat Islam Indonesia, khususnya Nahdhatul Ulama, yang mayoritas berwawasan teologis Islam Rahmatan Lil Alamin menyatakan sikap tegas dan proaktif untuk melawan segala bentuk pemahaman dan praktek radikalisme dan Intoleransi. Sudah saatnya kita proaktif mengkampanyekan ajaran ajaran Islam yang rahmatan lil alamin dengan menebar dakwah, literasi, narasi, dan perbuatan yang sejuk, harmonis, damai, toleran dan penuh kasih sayang.
Saya siap bekerjasama dengan semua komponen bangsa dan organisasi masyarakat maupun lembaga Pemerintah dalam menangkal dan memerangi penyebaran paham radikalisme yang merebak di kalangan masyarakat.”demikian diungkapkan tokoh muda Nahdathul Ulama, Umah Hanifah HT. S.Sos., yang juga Pimpinan Majelis Taklim Bunaya Nayong Krukut, Depok, kepada beberapa orang jurnalis yang mewawancarainya. (23/8/20).
“Bagi saya, NKRI yang berlandaskan Pancasila itu sudah “Harga Mati”. Bagi saya juga “Teologi/Paham Islam Rahmatan Lil Alamin itu sudah “Harga Mati” bagi umat Islam Indonesia dan bagi NKRI. Islam Rahmatan Lil Alamin itu filsafat hidup umat Islam Indonesia.”tegas Umah Hanifah lebih lanjut.
Apa itu Islam Rahmatan Lil Alamin? Apa pandangan dan pendapat Umah tentang “Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin”?tanya awak media kepada Umah Hanifah.
Jawab Umah Hanifah:
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Artinya, eksistensi dan kehadiran/kelahiran Islam (Nabi dan pengikut-pengikutnya) di dunia ini adalah untuk menjadi rahmat, berkat, kebaikan dan kebajikan bagi alam semesta dan semua mahluk hidup. Kehadiran Nabi Muhammad SAW dan umat Islam adalah untuk menjadi rahmat, kebaikan, berkat dan kenikmatan bagi semua umat manusia. Islam hadir untuk memberi rahmat bagi semua manusia dan seluruh alam.
Konsep teologis Islam Rahmatan Lil Alamin adalah implementasi dari Firman Allah SWT. Jadi bersifat perintah Allah SWT dari ayat 107 surat al-Anbiya (21) :
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Islam rahmatan lil ‘alamin adalah Aktualisasi dan implementasi ajaran Alquran bahwa Islam itu Agama yang humanis, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, demokrasi dan hak-hak asasi manusia. Alquran mewajibkan umat Islam untuk menghargai/menghormati semua manusia sebagai ciptaan Allah. Semua manusia adalah makhluk mulia dan bermartabat di hadapan Allah. Karena itu semua manusia anak cucu Adam-Hawa wajib dimuliakan/dihargai,- sebagaimana ditegaskan di dalam Allquran: Walaqad karramna bani Adam… (Allah memuliakan anak cucu Adam/QS al-Isra’/17:70).
Di Ayat ini (QS al-Isra’/17:70) tidak ada mengatakan Allah SWT memuliakan umat Islam, tetapi siapa pun dia itu manusia, semuanya adalah anak-cucu Adam-Hawa, tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa, dan kewarganegaraannya, wajib bagi umat Islam untuk memuliakannya.
Karena itu, Islam tidak mentolerir segala bentuk terorisme, radikalisme dan kekerasan. Atas nama apa pun dan untuk tujuan apa pun, radikalisme, terorisme dan kekerasan tidak ada tempatnya di dalam Islam. Allah SWT menegaskan di dalam Alquran: La ikraha fi al-din (Tidak ada paksaan dalam kehidupan beragama/QS al-Baqa rah/2:256).
Karena itu juga, Islam juga melarang segala bentuk usaha memperjuangkan suatu prinsip/kebenaran dengan cara mencelakakan diri sendiri atau orang lain, seperti melakukan bom bunuh diri atas nama Agama ataupun Allah SWT, sebagus apa pun alasan itu,- sebagaimana firman Allah: Wa la tulqu bi aidiyakum ila al-tahallukah (jangan menceburkan diri kalian ke dalam kehancuran QS al-Baqarah/2:195).”
Ungkap Umah Hanifah,”Islam masuk ke Nusantara dengan dakwah penuh damai, melalui para pedagang dan melalui usaha dakwah para sufi pengembara. Lewat dakwah damai para sufi ini, itu yang membuat Islam berkembang secara luas di Nusantara ini. Islam di Indonesia dikembangkan dan disiarkan dengan dakwah damai. Islam Indonesia tidak disiarkan dengan perang atau pedang. Karena itu Tidak ada jejak dan peran Khilafah di Nusantara. Tidak ada itu jejak khilafah seperti yang dipropagandakan oleh kelompok pendukung Khilafah Islamiyah ala Taqiyyuddin An-Nabhani, yakni Hizbut Tahrir. Film Jejak Khilafah di Nusantara karya HTI adalah propaganda manipulatif untuk memutarbalikkan sejarah Islam Nusantara yang berwatak Islam Rahmatan Lil Alamin, yang tujuannya ingin mengelabui masyarakat Islam yang tidak paham sejarah.
Selama berabad-abad, spirit (roh) Islam Rahmatan Lil Alamin yang menjadikan Nusantara ini menjadi kawasan yang damai, humanis, aman, harmonis, tenteram dan sentosa. Tidak ada perang atau konflik atas nama agama. Tidak ada perang antar sekte. Apalagi perang antar agama! Itu berkat paham Islam Rahmatan Lil Alamin dan Pancasila yang membuat NKRI bisa tetap bersatu, rukun, harmonis, penuh toleransi, jauh dari konflik sektarian dan perang agama.”
Tegas Umah Hanifah lagi:
Misi dan Dakwah Islam kontemporer harus dilakukan dengan Spirit bahwa Islam itu Rahmatan Lil Alamin. Islam itu agama misioner. Tetapi kita harus Berdakwah dengan santun, damai, etis, bijak, kontekstual, rasional dan dialogis.Bukan berdakwah dengan bahasa atau sentimen kebencian dan permusuhan kepada sesama umat ciptaan Allah SWT.
Kita harus menyampaikan dan memperkenalkan Islam melalui cara-cara yang luhur dan bijaksana. Kita tidak boleh memaksakan iman kita, paham kita atau kehendak kita kepada orang lain. Allah SWT menegaskan: In na ka la tahdi man ahbabta wa (QS al-Qashash/28:56).”
“Sampai sekarang, mayoritas umat Islam Indonesia adalah Islam yang menjiwai dan mengimplementasikan doktrin Islam Rahmatan Lil Alamin! Akan tetapi, dalam 1-2 dekade terakhir ini, ada gerakan dan propaganda dari kelompok-kelompok radikal dari Timur Tengah. Kelompok-kelompok radikal ini, yang ingin mendirikan Negara Khilafah, yang di negara-negara Timur Tengah sendiri, ditolak, dilarang atau ditentang ideologi Khilafah itu! Ideologi atau paham Khilafah itu sangat berbahaya bagi NKRI, sangat berbahaya bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Dan sangat berbahaya bagi Islam itu sendiri. Ideologi Khilafah sangat berbahaya bagi kedamaian, perdamaian, ketenteraman, ketertiban, harmoni sosial dan peradaban bangsa. Ideologi dan praktek Khilafah akan menghancurleburkan NKRI menjadi kawasan konflik seperti di wilayah-wilayah konflik di Timur Tengah! Karena ideologi Khilafah itu suatu sistem kekuasaan yang sangat otoriter, diktator, diskriminatif, anti demokrasi, anti pluralisme, anti filsafat, anti HAM dan anti dialog!
Kita lihat sejak awal orde reformasi gerakan-gerakan radikal Muslim dari Timur Tengah secara massif kembali bermunculan tidak hanya di Jawa, namun juga berkembang ke Sulawesi dan Ternate, Maluku. Peristiwa Bom Bali I 12 Oktober 2002, Bom Bali II 1 Oktober 2005 dan aksi-aksi pemboman lainnya, membuktikan betapa Indonesia sudah menjadi “medan perjuangan” atau “medan perang” bagi kaum radikal.
Kita, umat Islam Indonesia yang cinta damai, rasional dan berpikiran moderat, – sangat mengkhawatirkan perkembangan pemahaman dan pemikiran kaum takfiri, radikal dan Khilafah. Kelompok radikal dan Khilafah ini telah mengusik “stabilitas sosial” dan “Kedamaian” masyarakat Muslim Nusantara yang dulunya bangga dengan sejarah Islamisasi Nusantara dengan cara damai, kontekstual dan menghargai budaya lokal.
Sudah saatnya kita proaktif melawan penyebaran wabah radikalisme dan paham Khilafah di NKRI tercinta ini. Demi NKRI Kita harus menghentikan virus radikalisme di tengah masyarakat.
“Kami siap berjuang all-out untuk merevitalisasi Spirit Islam yang Rahmat Lil Alamin demi melawan paham paham radikal dan Khilafah, dan demi NKRI harga mati,’
Kita harus proaktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam rangka mengedukasi masyarakat tentang bahaya dan pencegahan radikalisme dan Khilafahisme. Kita harus proaktif mewacanakan wawasan kebangsaan dan narasi-narasi Islam Rahmatan Lil Alamin yang cinta damai melalui media.”tutup Umah Hanifah dengan penuh antusias, mengakhiri wawancara dengan awak media.
(Hotben)
Be the first to comment