Kabar Purwakarta (5), APAKAH BUNG KARNO ,IR.DJUANDA & PRESIDEN JOKOWI TAHU JIKA KUALITAS AIR DAN DEBIT WADUK JATILIHUR PURWAKARTA SEMAKIN BURUK ?
Ir H Djuanda (Kiri)
KoranJokowi.com, Kab. Purwakarta : Waduk Jatiluhur yang terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat ini dikenal pula sebagai Waduk Ir. H. Juanda yang merupakan waduk terbesar di Indonesia yang dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Prancis Compagnie française d’entreprise, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3/tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.
Konon di Waduk Jatiluhur terdapat 33 ribu unit KJA – Kramba Jaring Apung hingga tahun 2020 lalu ,entah sekarang berapa?
Waduk ini membendung aliran Sungai Citarum di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Bendungan Jatiluhur sendiri merupakan bendungan yang membentuk waduk dengan genangan seluas ± 83 km2 dan keliling waduk 150 km pada elevasi muka air normal +107 m di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan Luas daerah tangkapan Bendungan Jatiluhur adalah 4.500 km2.
Dengan panjang sekitar 269 km mengaliri areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektar. Citarum merupakan sumber dari denyut nadi perekonomian Indonesia sebesar 20% GDP (Gross Domestic Product) dengan hamparan industri yang berada di sepanjang sungai Citarum. Citarum sungai terpanjang dan terbesar di propinsi Jawa barat.
Dengan 6 unit turbin berdaya 187 MW, PLTA Waduk Jatiluhur setiap tahunnya mampu memasok tenaga listrik sebesar 1.000 kwh. Selain itu Waduk Jatiluhur juga difungsikan sebagai sumber air untuk kebutuhan irigasi. Di sekitarnya ada 242.000 hektar sawah yang menggantungkan kebutuhan airnya dari waduk ini.
Jauh sebelum tahun 1957 , sekitar 5.002 penduduk dari 14 desa harus direlokasi karena menempati area pembangunan Waduk Jatiluhur, karena kebutuhan area sekitar 8.300 hektar, dengan anggaran lebih dari USD 230 juta dan rampung tahun 1969.
Saya tidak tahu apakah Ir. Soekarno dan PM Ir H Djuanda menyetujui jika waduk ini kemudian menjadi tujuan wisata, karena sejak periode tahun 90-an waduk ini pun sarat dengan aneka fasilitas rekreasi seperti hotel, restoran, sarana olahraga, waterboom, playground, hingga area camping ground?
Saya tidak tahu apakah Ir. Soekarno dan PM Ir H Djuanda tahu jika kemudian waduk ini dikenal misterinya MBAH JAWER, makhluk gaib dengan ‘jawer’ didahi yang kerap minta korban?
Saya juga tidak tahu apakah Ir. Soekarno dan PM Ir H Djuanda jika saat ini kualitas air dan debit jatiluhur semakin ‘buruk karena ‘sampah wisata , limbah KJA dan padatnya eceng gondok’?
Pastinya Ir. Soekarno dan PM Ir H Djuanda sejak awal paham jika manfaat waduk itu juga akan dirasakan oleh > 9 juta penduduk di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum untuk kehidupan, sebagian besar (87%) digunakan untuk irigasi sementara sisanya untuk kebutuhan domestik dan air industri
PERTANYAAN AKHIR KITA,
Apakah Presiden Jokowi tahu bahwa saat ini beredar isu bahwa Air yang berasal dari Waduk Jatiluhur yang merupakan sumber air bersih terbesar yang digunakan untuk air minum warga DKI Jakarta nilai besi (Fe) baik yang ada di perairan Waduk dan juga setelah outlet Waduk Jatiluhur telah melebihi batas baku mutu yang telah ditentukan . Isu lainnya adalah air waduk menimbulkan bau yang kurang enak serta menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Oleh karena itu berdasarkan PP RI No. 20 Tahun 1990, kadar (Fe) dalam air minum maksimum yang dibolehkan adalah 0,3 mg/lt, dan kadar mangan (Mn) dalam air minum yang diperbolehkan adalah 0,1 mg/lt. Itu isu yang beredar
Semoga tidak seperti itu dan semoga Presiden Jokowi tidak kesana untuk memeriksa isu ini, Amin.
Ahahahaha…
-BERSAMBUNG-
(Red-01/Saehudin-Foto,its)
Lainnya,
1 Trackback / Pingback