
WAWANCARA IMAJINER : JENDERAL AGUM GUMELAR MARAH KEPADA GATOT NURMANTYO HINGGA SIAPA YANG BAYAR TAGIHAN !?
KoranJokowi.com, Bandung : “Siap kang,kalau pun Jenderal tidak mengenal saya secara dekat namun saya adalah idola beliau, juga saat saya tergabung sebagai Relawan Jenderal saat maju menjadi Gubernur Jawa Barat tahun 2008 lalu,, posko saya disekitar Pasteur, Karang Tengah dsk”, jawab saya saat mendapat telepon dari ajudan pribadi Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Agum Gumelar, M.Sc (13/10)
Singkat ceritera permohonan saya untuk wawancara ekslusif pun terealisasi disebuah resto kawasan jalan Pasteuur, Bandung. Beliau bahkan sudah tiba 7 mmenit dari waktu ‘janjian’ Malu banget saya !
“Kalau kamu tentara sudah saya suruh push-upp 100 kali,tau!”, kata beliau sambil tersenyum, saya mengangguk , memberi hormat. Tidak lama kopi-pahit dan cemilan ala sunda pun tersedia dimeja kami; Kopi, Bajigur, pisang rebus, sukun goreng dan ubi lembu rebus kesukaan beliau.
“Pakai maskermu, dan saya minta jangan merokok selama ngobrol dengan saya”, kata beliau karena bungkus rokok saya jatuh dari saku jacket. Saya mengangguk lagi. Kemudian bergulirlah ngobrol ini ditemani ajudan pribadinya yang duduk dimeja lain.
Berikut catatannya :
1.Beliau kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 17 Desember1945; mantan Menteri Perhubungan pada Kabinet Gotong Royong tahun 2001-2004, lulusan Akademi Militer Nasional Magelang tahun 1969 juga pernah ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) pada 17 Januari 2018.
Beliau juga Dalam Pilpres 2004, dicalonkan oleh PPP sebagai calon wakil presiden bersama Hamzah Haz sebagai calon presiden, dengan meraih suara 3,01% (>3.569.861) dari total jumlah suara > 122.2 juta DPT saat itu.
2.Jabatan lain yang pernah diemban beliau adalah Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Kabinet Kerja (2018–2019), Ketua Komite Normalisasi PSSI (2011), Ketua Umum KONI Pusat (2003–2007), Menteri Perhubungan Kabinet Gotong Royong (2001–2004), Menteri Koordinator Politik, Sosial dan Keamanan Kabinet Persatuan Nasional (2001), Ketua Umum PSSI (1999–2003), Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi Kabinet Persatuan Nasional (2000–2001), Menteri Perhubungan Kabinet Persatuan Nasional (1999–2000), Gubernur Lemhannas (1998–1999), Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus tahun 1993-1994, dsb
3.Selasa, 5 Februari 2019 bersama lebih dari 60 warga komplek Cijantung beliau mendeklarasikan BRAVO CIJANTUNG sekaligus mendukungan Presiden Jokowi menjabat kembali ditahun 2019-2024. Beliau mengakui melakukan ini sebagai ‘pembuktian’ sekaligus menampik adanya isu bahwa warga Cijantung semua mendukung Paslon Prabowo- Sandi.
4.Beliau memang hadir dalam acara pertemuan para tokoh dan ulama menggelar doa bersama di Hotel Sahid, Jakarta, Sabtu (3/10/2020). Yang dihadiri oleh Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Jenderal (Purn) TNI Ryamizard Ryacudu,Wasekjen MUI Ustadz Zaitun Rasmin, Budayawan Ridwan Saidi, Perwakilan PA 212, Muzakir Manaf dari Aceh, Muh. Asdar dari Sulawesi Selatan, politisi PKS Mardani Ali Sera, Adhie Massardi, KH. Abah Roudh Bahar, Ustadz Haikal Hassan bersama Sekretaris Jenderal Forum Rekat Indonesia, Fristian Griec dan tokoh-tokoh lainnya.
“Iya saya hadir disana, kita semua ini berharap untuk negara ini degan doa, doa ini akan diterima dan insa Allah kita yang hadir di sini orang yang relatif bersih, Insya Allah doa kita bisa diterima. Insya Allah Tuhan akan memberikan jalan yang lurus kepada bangsa dan negara ini”, kata beliau
“Di acara itu Jenderal menegur Gatot Nurmantyo?”, tanya saya.
“Bukan menegur, beda itu, saya hanya mengingatkan saja bahwa kasus sejumlah purnawirawan TNI yang berziarah di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Kamis (1/10/2020) lalu itu kurang baik jadinya bagi publik apalagi dalam situasi pandemi Covid 19 ini. Saya melihat para purnawirawan tersebut terlihat sangat memaksa untuk masuk dan melakukan deklarasi di halaman TMP Kalibata kan?, saya adalah Ketua Umum Persatuan Purnawirawan Warakawuri TNI-Polri (PEPABRI) kan?, jadi tidak seharusnya purnawirawan TNI bersikap memaksa seperti itu. Terus terang saja saya merasa prihatin dan bahkan kesal melihat kejadian itu. Terutama untuk mereka yang kemarin mengenakan baret merah dengan gagah perkasa. Saya ini mantan Danjen Kopassus,
Seharusnya mereka itu menjadi prajurit baret merah yang dicintai dan mencintai rakyat. Ini malah kejar-kejaran dengan mahasiswa. Apa itu?, Jadi cara-cara seperti kemarin itu, mohon maaf ya, sebagai prajurit Baret Merah,juga sebagai mantan Danjen saya ingin koreksi, tidak seperti itu. Jangan terlalu murah meneriakkan Komando di tempat-tempat yang tidak tepat,” katanya kemudian terhenti karena diingatkan ajudannya bahwa beliau ada giat lain.
Beliau kemudian berdiri dan menyalami saya pamit, saya menyalami namun ada perasaan kurang nyaman dihati. “Kenapa bengong?, itu semua ‘bill-nya’-nya sudah dibayar semua oleh ajudan. Itu makanan yang tersisa daripada mubazir, bungkus saja dan bawa pulang ya? ”, katanya seakan tahu yang ada dipikiran saya. Saya pun mengangguk-angguk dan bangkit mengantar beliau hingga halaman parkir. ‘Yess ! (Red-01/Foto.ist)
Be the first to comment