
CANDI MUARA TAKUS SAKSI KEJAYAAN KERAJAAN SRIWIJAYA DAN MISTERI SEJARAH YANG HILANG
KoranJokowi.com, Kab. Kampar, Riau: : Saat kunjungan KoranJokowi ke lokasi wisata Situs Candi Muara Takus adalah sebuah situs candi Buddha yang terletak di di desa Muara Takus, Disktrik XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia. Situs ini berjarak kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru.
Kawasan Candi Muara Takus tercatat dan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Candi Muara Takus berdasarkan Sistem Registrasi Cagar Budaya Nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penetapan ini pada kategori Kawasan Cagar Budaya dengan No.RegNas: RNCB.20030304.05.000453 yang disertai pula dengan Surat Keputusan Penetapan yaitu SK Menteri No. KM.9/PW.007/MKP/2003 tanggal 4 Maret 2003. Surat Keputusan ini bersamaan dengan penetapan Balai Kerapatan Tinggi Siak dan Istana Siak Sri Indrapura
Koranjokowi mencoba menemui Zulkifli – Juru pelihara candi Muaratakus, bekerja dari tahun 2001 sampai saat ini mengatakan “Candi Muara Takus adalah situs candi tertua di Sumatera, merupakan satu-satunya situs peninggalan sejarah yang berwujud candi di Riau. Candi yang bersifat Buddhis ini merupakan bukti bahwa agama Buddha pernah mengembang di kawasan ini, Candi ini dibuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Berlainan dengan candi yang hadir di Jawa, yang dibuat dari batu andesit yang diambil dari pegunungan. Bahan pembuat Candi Muara Takus, khususnya tanah liat, diambil dari sebuah desa yang bernama Pongkai, terletak kurang lebih 6 km di sebelah hilir situs Candi Muara, ”Ungkap nya
Situs Candi Muara Takus dikelilingi oleh tembok berukuran 74 x 74 meter, yang terbuat dari batu putih dengan tinggi tembok ± 80 cm, di luar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer, mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir Sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat beberapa kontruksi candi yang disebut dengan Candi sulung /tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka.
Para berbakat purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan situs candi ini didirikan. Hadir yang mengatakan zaman keempat, hadir yang mengatakan zaman ketujuh, zaman kesembilan bahkan pada zaman kesebelas. Namun candi ini diasumsikan telah hadir pada zaman keemasan Sriwijaya, sehingga beberapa sejarahwan menganggap kawasan ini merupakan keliru satu pusat pemerintahan dari kerajaan Sriwijaya.
Zulkifli menjelaskan candi ini pernah dijadikan Sriwijaya sebagai pusat peradaban dan kota suci untuk menjalankan ritual keagamaan. Dia pun berani menyatakan bahwa cikal bakal atau moyangnya Sriwijaya berasal dari candi ini Sadar pernyataan ini bisa saja menuai kontroversi, apalagi selama ini Kerajaan Sriwijaya diklaim Palembang, Sumatra Selatan, pernah berdiri kokoh di sana dengan beberapa bukti autentiknya
“Kalau berbicara Seribu Jaya atau Sriwijaya di Muara Takus pusatnya. Dinasti luar menyebutnya dengan Sriwijaya, tapi Sriwijaya yang mana dulu,” sebut Zulkifli. Selama ini, tak banyak yang tahu ada candi di Riau, apalagi Bumi Lancang Kuning dikenal sebagai pusat kebudayaan Melayu. Biasanya, keberadaan Candi Muara Takus hanya disinggung sedikit di buku sejarah, dengan ditunjuknya Candi Muara Takus sebagai puncak perayaan Hari Waisak Nasional. Berharap perhatian pemerintah terutama Kampar, kian besar terhadap masyarakat sekitar.
Di akhir cerita Zulkifli menjelaskan kepada relawan “ di pemukiman penduduk ditemukan lagi bangunan candi pak, yang sekarang jadi permasalahan untuk pemugaran karena status kepemilikan lahan itu masih simpang siur. Ada yang mengatakan lahan ini milik PLN, ada juga yang mengatakan lahan ini milik masyarakat setempat, jadi sampai sekarang status itu tidak jelas, sedangkan komplek muaratakus itu ada 135 hektar dan sebagian di tanami sawit oleh warga setempat. Tolong Pemkab Kampar harus tegas dalam kepemilikan status lahan, agar tidak simpang siur dan penemuan candi di pemukiman warga agar dapat pemugaran. Penemuan candi di pemukiman warga adalah cagar budaya yang harus di lestarikan, “tutupnya.
(Jack Evans/Zainimar)
Be the first to comment