MUSLIM SHOLAT DI GEREJA ?

MUSLIM SHOLAT DI GEREJA ?

Koranjokowi.com, Bandung :

Kala itu, Selasa, 28 Mei 2019, komunitas Nasrani dan Muslim menggelar sarasehan dan buka bareng membangun kerukunan umat beragama di Gereja Paroki Theresia, Majenang Kabupaten Cilacap. Ceritanya, usai berbuka puasa bersama, Ahmad Tohari – Budayawan , sastrawan,  seorang tokoh NU, menjadi imam dalam salat di gereja itu.

Nah ini kini kembali menjadi viral , dipersoalan, diperdebatkan, goreng sana, goreng sini, macam betul saja.

See the source image

 Tohari dan sejumlah muslim lainnya salat dengan latar belakang patung Yesus dan Bunda Maria. Jika waktu lalu jadi viral , kini muncul lagi. Apanya yang salah ?

“Kebetulan, saya salat di bumi Allah yang di situ didirikan gereja. Itu saja,” ucapnya.

Ahmad Tohari mengatakan ia salat di gereja bersama sejumlah panitia dan pembicara dalam sarasehan dan buka bersama. Rupanya, panitia memang menyediakan ruang khusus di bagian dalam gereja untuk peribadatan umat Muslim bukan ditempat ummat nasrani ibadah

SIAPA AHMAD TOHARI ?

Ahmad Tohari adalah alumnus SMAN 2 Purwokerto, yang juga pernah kuliah di Fak.Kedokteran  Univ YARSI, Fak. Ekonomi  & Sospol UNSUD Purwokerto pada tahun 1974-1976. Juga  pengasuh Pondok Pesantren NU Al Falah.Dan alumni pendidikan di International Writing Program di Iowa, Amerika Serikat

Ia pernah mengalami suatu peristiwa diintimidasi oleh pemerintah orde baru lantaran karyanya yaitu Ronggeng Dukuh Paruk. Ahmad Tohari dicurigai pro terhadap ideologi kiri dalam karyanya itu. Kemudian, Ahmad Tohari menghubungi Gus Dur, sahabatnya, untuk membantunya. Akhirnya ia dapat bebas dari segala tekanan dan intimidasidan ancaman hukum yang hampir menjeratnya

SAAT KASUS INI VIRAL 

Beliau pun berceritera bahwa di masa Rasulullah SAW  lalu, beliau pernah kedatangan serombongan tamu non-muslim. Tiba saatnya beribadah, rombongan itu lantas meminta izin untuk menjalankan peribadatan di rumah Rasulullah. Dan Rasulullah pun tak mempermasalahkan ketika tamu-tamunya itu beribadat di rumahnya. Kisah Rasulullah itu adalah bentuk toleransi antarumat beragama yang mestinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

CERITERA LAIN 

1.Istri Gus Dur, Shinta Nuriyah Wahid  (Sabtu,15/9/2007) lalu berbuka puasa bersama dan shalat Maghrib di Gereja Salib Suci di Jalan Kemuning Bandung. Buka puasa bersama yang diprakarsai oleh LSM Puan Amal Hayati ini, melibatkan sedikitnya seratus anak jalanan di Bandung

“Sudah delapan tahun saya melakukan sahur dan buka puasa keliling. Saya tidak memilih apakah harus di gereja atau klenteng,” kata beliau saat itu dan tidak mempermasalahkan jika (terpaksa) harus sholat di rumah ibadah itu

See the source image

2. Saya juga pernah membaca pengalaman Zahra Amin, aktifis perermpuan / muslimah asal Indramayu, dia mengatakan Pernah bahkan sering numpang shalat di gereja. Tepatnya di Paroki Santo Michael Kabupaten Indramayu, dimana pada tahun 2017, dalam kegiatan Sahur Keliling bersama Ibu Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid. Dalam proses persiapan acara, dari rapat ke rapat berikutnya, waktu saya lebih banyak dihabiskan di paroki, sebagai tempat sekretariat panitia. Biasanya, di lantai dua paroki, di ruang depan itu, saya dan beberapa kawan menunaikan ibadah shalat.

Zahra Amin

Selain di Indramayu, saya dan kawan-kawan dari Koalisi Perempuan Indonesia Wilayah Jawa Barat, juga pernah numpang shalat di Kauskupan Bandung, usai berkegiatan di ruang aulanya. Saat itu, di tahun 2018 masih beralamat di Jl. Djawa, karena sekarang sudah pindah ke gedung baru di Jl. Moch Ramdan Bandung. Bagaimana perasaannya? Saya merasa biasa saja, tidak ada sesuatu yang aneh atau perasaan ganjil lainnya.

Sikap saya bukan tanpa alasan, karena sebagaimana disampaikan KH Husein Muhammad dalam buku “Spiritualitas Kemanusiaan: Perspektif Islam Pesantren”, menyebutkan bahwa bumi ini milik Allah. Dialah yang menciptakannya dan Dia pula yang mengaturnya. Realitas kehidupan di bumi memperlihatkan wajah manusia dan alam yang beraneka ragam. Semuanya adalah ‘iyalullah, keluarga Allah.

3.Jahrar Siahaan, blogger. Berceritera  jika Ustad Tanjung, gurunya, berkata jangankan di rumah orang nasrani atau non-muslim, bahkan di dalam gereja dan vihara pun kita orang Islam bisa melakukan salat, asalkan si pemilik tidak keberatan.

Ia mengisahkan seorang kawannya, yang juga guru agama Islam. Berpuluh tahun silam kawannya itu sedang berkunjung ke rumah familinya di sebuah desa. Di desa itu tidak ada masjid dan langgar. Suatu sore dia sedang melintas di sebuah gereja lalu berteduh di sana karena hujan lebat. Waktu salat magrib pun tiba, dan dia ingin sembahyang. Dia, yang telah kenal sebelumnya dengan pengurus gereja, meminta izin untuk masuk dan salat di dalamnya. Pengurus gereja tidak keberatan, dan dia pun melangsungkan salatnya.

See the source image

“Yang penting adalah hati kita saat berdoa, bukan tempat. Bahkan di atas pasir dan di areal sawah pun kita bisa salat bila memang tak ada lagi tempat yang lebih layak,” kata Tanjung padaku.

Maka aku terkadang “geli” bila ada kawanku muslim yang “merasa alergi” saat melintasi gereja. Mungkin mereka tak tahu bahwa Masjid Istiqlal, gedung masjid kebanggaan umat muslim Indonesia, adalah bikinan seorang nasrani — orang Batak-Kristen: arsitek handal Friedrich Silaban.

Demikianlah ajaran Islam sebagai  Rahmatan Lil ‘Alamin.

Siapapun  Ibu Shinta Ahmad Tohari, Zahra Amin dan siapapun lainnya  pastinya mempunyai keyakinan  bahwa perbedaan keyakinan/agama bukan menjadi halangan seseorang, atau sebuah kelompok untuk saling membantu dan menghargai dalam menjalankan ibadahnya.

Agama tidak menjadi alasan bagi seseorang atau satu kelompok dengan kelompok lainnya untuk saling bertikai. Salat di gereja begitu juga sebaliknya ….  (karena keterpaksaan waktu & tempat)  … justru menunjukkan bahwa antara umat beragama bisa saling menghargai dalam beribadah

Demikianlah ajaran Islam sebagai  Rahmatan Lil ‘Alamin.

(Red-01/Foto.ist)

 

Tentang RedaksiKJ 3811 Articles
MEDIA INDEPENDEN RELAWAN JOKOWI : *Alumni Kongres Relawan Jokowi 2013 (AkarJokowi2013), *Aliansi Wartawan Non-mainstream Indonesia (Alwanmi) & Para Relawan Jokowi Garis Lurus lainnya.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan