GURU HONOR, WALI MURID DAN SISWA SDN TUALANG SUBUSSALAM ACEH TELAH LELAH MENJERIT!
KoranJokowi.com, Subussalam, Aceh : Bersumber dari beberapa masyarakat dan seorang guru yang tidak berkenan nama mereka ditulis dalam media ini guna menghindari konflik internal, mereka menduga Pahruddin Kepala SDN Tualang Kampong Tualang Kecamatan Rundeng Kota Subulussalam – Aceh menilap Dana BOS Afkin senilai 10 juta rupiah, dugaan itu muncul setelah sejumlah masyarakat mengetahui sudah 7 bulan gaji guru honor belum terbayar. Sejalan dengan laporan sejumlah masyarakat, Pulih kombih kepala desa setempat membenarkan ada beberapa guru SDN Tualang melapor kepadanya hendak mengundurkan diri sebagai guru honor disebabkan gaji mereka yang belum mereka terima.
Selain Gaji guru honor, salah seorang guru disekolah tersebut juga menyampaikan bahwa dana Program Indonesia Pintar atau PIP sejumlah beberapa siswa masih di tahan oleh kepala sekolah tanpa alasan yang jelas. Sehingga ada beberapa wali murid secara khusus memprotes dan mendatangi rumah kepala sekolah guna menagih dana PIP yang merupakan hak anak anak mereka.
Pahruddin Kepala SDN Tualang melalui via WashApp saat dikonfirmasi rabu, 4/11/2020 kepada koranjokowi.com membenarkan sejulah uang baik dari Afkin dan PIP terpakai olehnya untuk kepentingan lain. 10 juta dana BOS Afkin dan dana PIP 4 orang. Kendati demikian, Pahruddin Kepala SDN Tualang saat ini tengah berusaha mencari pinjaman guna melunasi sejumlah dana yang terpakai olehnya.
Dalam waktu dan tempat terpisah Kamis, 5/11/2020 kepada koranjokowi.com Pahruddin sebaliknya juga mengatakan bahwa sampai saat dini hari sejumlah siswa yang lulus tahun ajaran 2019/2020 belum menerima Ijazah oleh kepala sekolah sebelumnya dan beliau tidak mengetahui apa penyebabnya, dan dirinya menyarankan agar orang tua siswa langsung menghubungi kepala sekolah sebelumnya bila ingin mengetahui dan mendapatkan ijazah anak mereka. Bukan hanya sampai di situ, pahruddin selaku kepala sekolah SDN Tualang juga menyampaikan bahwa kepala sekolah sebelumnya ada mengutip uang sejumlah 160 ribu rupiah dari wali murid dari kelas 1 s/d kelas 6 guna membuat seragam batik dan seragam olah raga, namun sampai saat ini sedah hampir 2 tahun siswa hanya menerima seragam olahraga sedangkan seragam batik belum ada sama sekali.
Berkenaan dengan Ijazah dan Seragam siswa, koranjokowi.com mengkonfirmasi Faisal 5/11/2020 pukul 14 Wib belau salah seorang guru yang diduga mengetahui alur cerita yang sesungguhnya karena beliau selain wali kelas 6 ditahun ajaran 2019/2020, juga sudah mengajar di SDN Tualang dimasa kepemimpinan kepala sekolah sebelumnya yakni Idris, Syahadat, dan Pahruddin sampai saat ini. Faisal menerangkan tertahannya ijazah belum sampai kepada siswa dikarenakan belum selesai penulisan nilai dan nama oleh saudara Jontri salah seorang guru kontrak kota subulussalam di SDN Tualang. Beliau yang ditugaskan Syahadat selaku kepala sekolah saat itu dan Jontri telah menerima uang lelah dari Syahadat sebesar 500 rubu rupiah disaat itu sebagai uang lelah. Saat ditanyakan, 6/11/2020 Jontri membenarkan ucapan Faisal dan mengatakan akan segera selesai dalam beberapa hari ini untuk dibagikan kepada siswa bersangkutan. Yang membuat lambatnya ijazah sampai kepada siswa karena ada 1 blangko ijazah yang hilang A/n. SUPRIADI dengan Nomor : DN – 06/D-SD/06/001645 sesuai dengan Surat Keterangan Kepolisian Nomor : Sket/203/XI/YAN 2.4/2020 pada November 2020 dan akan ditinjak lanjuti kepengurusannya ke Kemendikbud melalui Dinas Pendidikan Kota Subulussalam.
Terkait seragam, Faisal membenarkan apa yang utarakan Pahruddin Kepala SDN Tualang. Benar ada pengutipan uang baju dari wali murid dan dipergunakan untuk membuat baju seragam Batik dan seragam Olahraga. Namun ujar Faisal, gagasan pengutipan uang membuat seragam siswa saat itu tanpa musyawarah sekolah dengan wali murid dan bahkan tidak pula dengan sesama guru. Itu mutlat atas ide kepala sekolah lama yakni Idris dan meminta guru buk Ulan untuk mengumpulkan uangnya dari wali murid. Harga per baju seragam sebenarnya 100 ribu rupiah namun yang di kutip dari wali murid hanya 80 ribu rupiah, kekurangan 20 ribu per seragam di cukupkan dengan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah atau BOS. jadi 2 seragam persiswa kutip 160 rubu rupiah ditambah 40 rubu rupiah dari dana BOS. Seperti yang disampaikan oleh Pahruddin kepala sekolah hanya seragam olah raga yang di terima siswa sedangkan seragam batik belum ada sampai saat ini sejak hampir 2 tahun yang lalu.
Penelusuran kiranjokowi.com berlanjut dari informasi yang diperoleh dari beberapa guru SDN Tualang, tersebut nama Jontri dan Idris penanggung jawab baju seragam. Melalu via WhatsApp kepada koranjokowi.com pada 5/11/2020 pukul 17 Wib membenarkan ada pengutipan ditahun ajaran 2019/2020 atas perintah Idris selaku kepala sekolah saat itu. Namun lanjut Jontri, saya lah yang ditugaskan untuk mengurus sampai selesai seragam karena uang yang dikutip diserahkan kepada saya oleh buk Ulan atas perintah pak Idris kepadanya. Dalam pesan WhasApp itu juga Jontri mengakui akan mempertanggung jawabkan seragam yang belum siap itu kepada siswa dan wali murid paling lambat bulan 12/2020 karena dirinya sampai saat ini masih berstatus guru kontrak di SDN Tualang.
Tentang setatusnya sebagai guru kontrak Jontri mengakui kurang aktif karena di berhentikan oleh kepala sekolah baru Pahruddin dari tugasnya sebagai operator sekolah tanpa ada basa basi sama sekali dan digantikan langsung oleh Pahruddin, sehingga Pahruddin rangkap jabatan selain sebagai kepala sekolah dia juga sebagai operator sekolah.
Pada 6/11/2020 Jontri mengatakan sebagai kepala sekolah Pahruddin tidak menampakan sikap yang baik. Sebelum saya di berhentikan, gaji sebagai operator selama 7 bulan hanya dibayar 400 ribu rupiah, padahal di data Dapodik jelas tertera saya operator sekolah 3 bulan dimasa Syahada sebagai kepala sekolah dan 4 bulan dimasa Pahruddin sebelum di bergentikan. Selain itu, sejak Pahruddin rangkap jabatan sebagai operator sekolah, para guru yang mendapatkan BLT 600 ribu per bulan belum bisa ditarik oleh para guru karena Pahruddin tidak memahami mekanisme persyaratan penarikan hingga saat ini.
7/11/2020 tepat pada hari sabtu, koranjokowi.com mengunjungi SDN Tualang yang berjarak kiloan meter dari pusat kota kecamatan rundeng serta mendapati kondisi sekolah yang gersang tanpa adanya tanaman hias berupa bunga atau taman bunga seperti banyak sekolah lainnya, siswa berhamburan dan guru yang hadir hanya tiga orang dari 13 orang jumlah guru termasuk kepala sekolah. Kepala sekolah tidak datang ujar seorang guru saat ditanya koranjokowi.com. dari hasil perbincangan koranjokowi.com dengan para guru yang hadir tersebut dapat disimpulkan bahwa SDN Tualang membutuhkan pembinaan khusus dari dinas pendidikan dan kebudayaan kota subulussalam. Tidak hanya itu, terlontar dari ucapan Munandar bahwa kapasitasnya sebagai bendahara SDN Tualang tidak difungsikan sebagaimana mestinya, tanda dirinya bendahara hanya ada dalam struktur dan saat menandatangani slip penarikan uang yang masuk ke rekening sekolah, setelah itu uang ditarik, dipegang, dibelanjakan kemana dan untuk apa, berapa tersisa dan dimana disimpan, saya tidak tahu sama sekali tegas Munandar.
Melalui koranjokowi.com segenap guru honor yang belum terbayar gajinya, wali murid yang belum mendapatkan seragam batik anaknya, siswa lulusan kelas 6 yang belum mendapatkan Ijazahnya, 4 orang siswa yang belum dikembalikan dana PIP nya, ketidak jelasan perbelanjaan dana BOS Afkin dan BOS Reguler. Segenap Wali murid dan guru honor meminta agar persoalan ini dapat di selesaikan dalam minggu ini. Karena mereka sudah merasa lelah dengan janji janji yang selalu di ingkari oleh kepala sekolah yang sebelumnya dan yang sekarang.
Sampai rilisa ini naik ke meja redaksi koranjokowi.com Syahadat mantan kepala SDN Tualang membenarkan urusan ijazah sudah diserahkan kepada Jontri sebelum dirinya pindah tugas, sementara Idris yang juga sudah pindah tugas belum dapat terhubung.(Sabirin Siahaan)
Be the first to comment