
Demi Masa Depan Danau Toba – (5), “AKANKAH PRESIDEN JOKOWI BERTEMU MEREKA?”
Koranjokowi.com, Jakarta : Togu Simorangkir titisan dari pahlawan tano Batak Sisingamangaraja sebagai ketua rombongan TIM 11 melakukan Napak tilas dari Toba berjalan kaki sejauh 1758 km yang ditempuh selama 44 hari. Aksi mereka pun menjadi ‘viral dan isu nasional’ karena pers lokal, nasional dan asing pun ikut andil ‘mensosialisasikannya’, juga kami di KoranJokowi.com yang hampir 30%-nya Etnis Batak kalau pun Pimp.Umum/Redaksi kami etnis unda, namun proporsional , profesional dan ber-keadilan – lah yang melandasi mengapa kami demikian ‘perduli dengan TIM-11 ini.
“Kita tidak bicara politik ya, ini dukungan moral karena kemanusiaan, dan merupakan kewajiban bagi KoranJokowi.com untuk mendukung aksi mulia ini”, demikian yang saya kutip dari Arief P.Suwendi Pimp.Umum/Redaksi.
Apalagi setelah wartawan Kab. Dairi,Sumut (Fery Sihombing) stafnya dari Delon SInaga – Stafsus KoranJokowi.com Kab. Dairi merestui Fery sebagai relawan dan peserta aksi TIM 11 itu. Karena keterlibatan di aksi itu juga bagian terkecil dari ‘kontrol sosial kepada pemerintahan Presiden Jokowi.
… Delon kiri & Fery kanan ..
Teman teman Relawan Jokowi dan KoranJokowi.com dimana pun berada,
Aksi damai tutup PT.TPL yang digelorakan TIM 11 ke Istana negara, pastinya membuat pro-kontra , The Show must go on. Karena ini adalah bagian dari AKUMULASI SOSIAL & KEJIWAAN (Social and Psychological Accumulation) atas kerapnya terjadi berbagai kekerasan,Kriminalisasi bahkan perbuatan bar-bar selama puluhan tahun yang dirasakan oleh masyarakat Natumingka, Matio,Pandumaan sipituhuta, Pollung Dolok sanggul dan masyarakat lainnya di Kabupaten Toba, Sumatera Utara,
AKUMULASI SOSIAL & KEJIWAAN (Social and Psychological Accumulation/SPA) atas prilaku PT.Toba Pulp Lestari (TPL) selama ini dan mulai ‘viralnya disosmed adanya dugaan pengalihan keuntungan dari Pajak > 1 Triliunan rupiah ?, ini yang salah satu materi yang akan dibicarakan langsung dengan Presiden Jokowi?
Mereka kini telah tiba di Ibukota Jakarta, seolah tamu asing di negaranya sendiri?, mereka dilecehkan?, mereka dianggap angin lalu? , namun nyatanya mereka telah ada di Jakarta.
Sepertinya banyak yang ‘kebakaran jenggot, sehingga mereka belum juga dapat bertemu Presiden Jokowi sampai saat tulisan ini tayang. “Kenapa?, Ada apa?
Apapun yang dilakukan Togu Simorangkir, Anita Martha Hutagalung (Oni), Bang Rait, Jevri Manik, Lambok Siregar, Agustina Pandiangan, Christian Gultom, Erwin Rico Hutabarat, Yaman Munte, Bumi Simorangkir , Ferry Sihombing dsb yang menjadi pro-kontra ini telah tercatat dalam tinta emas perjalanan sejarah DANAU TOBA . Puji Tuhan, semoga kalian semua tetap sehat , semangat dan tercapai atas harapannya, Amin.
Teman teman Relawan Jokowi dan KoranJokowi.com dimana pun berada,
Sebenarnya sudah pernah ada audiensi dengan Menteri lingkungan Hidup/kehutanan – Siti Nurbaya waktu lalu, namun semua teori dan belum ada implementasinya. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Ketum RPN – Rakyat Permata Nusantara ; Jan Ferry Manurung bahwa PT. TPL pilih kasih dalam bermitra. Ada beberapa perusahaan putra daerah yang di tolak TPL tanpa alasan yg jelas. Sementara perusahaan luar milik orang luar toba di pertahankan. Adapun saaat ditanya oleh Pimp.Umum/Redaksi kami akan arti kedatangan Menteri LHK saat itu , Jan Ferry menjawab ‘TEORI”.
Klik saja,
.. ini saya yang sebelah kiri …
Seolah senada, Ketua AMAN Tano Batak Roganda Simanjuntak menyebut, jika terjadi konflik masyarakat adat dengan korporasi seperti PT Toba Pulp Lestari (TPL) di Kawasan Danau Toba, KLHK selalu melindungi pemegang konsesi, dengan dalih perusahaan telah mendapatkan izin dari pemerintah. Dan menyebut, guna menghindari dan mengeliminir konflik masyarakat adat dengan korporasi,
Dan saya yang juga yang Putra Batak memahami kegeraman tokoh muda dan aktifis Danau Toba , maka saya berpikir sederhana saja. “BIARKAN TIM 11 BERTEMU PRESIDEN JOKOWI, KARENA MEREKA ADALAH ANAK ANAKNYA JUGA SEBAGAIMANA ANAK LAINNYA. MENGAPA SEMUA JADI REPOT?”
Bagi saya juga, “Seharusnya KLHK dengan kewenangan yang dia miliki, mengeluarkan wilayah adat dari konsesi perusahaan. Agar konflik antara masyarakat adat dengan pemilik konsesi tidak berkepanjangan. Apalagi selama ini masyarakat adat sangat rentan terjerat hukum. Apalagi setelah terbitnya UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Perusakan Hutan. Yang menjadi alasan untuk ‘menuduh warga sebagai pembegal kawasan hutan negara dan merusak tanaman milik perusahaan tanpa izin”
JADI BIARKAN MEREKA BERTEMU DENGAN PRESIDEN JOKOWI
Sehingga semua terang berderang
Kecuali jika ada yang merasa ‘kenyamanannya terganggu selama puluhan tahun ini.
Siapa dia?, Siapa mereka?
Kita tunggu ceritera selanjutnta, Horas !
(Ring-O/Foto.ist)
Sebelumnya,
1 Trackback / Pingback