
Melawan Lupa (135),
” HARI IBU DAN 118 PEREMPUAN DI DPRRI THN.2019 – 2024 “
Koranjokowi.com, OPini :
Jika saja saat ini jumlah penduduk lebih dari 273 juta, dan jumlah perempuannya mencapai 49% atau 135 juta jiwa, memang lebih sedikit dari jumlah laki laki yang mencapai > 138 juta jiwa atau 50.058% dari jumlah penduduk. Namun keberadaan perempuan tidak dapat dipandang sebelah mata dalam ikut serta membangun bangsa dan negara besar bernama Indonesia ini.
Jumlah penduduk paling banyak berada dalam rentang usia
1.Usia 5-9 tahun dengan jumlah 24,03 juta jiwa
2.Usia 10-14 tahun dengan jumlah 24,13 juta jiwa.
3.Usia 20-24 tahun sebanyak 22,98 juta jiwa.
4.Usia 70-74 tahun yaitu 4,27 juta jiwa.
Jika saja jumlah ibu di Indonesia saat ini sekitar 40% dari jumlah perempuan Indonesia diatas maka diperkirakan ada sekitar 40-50 juta perempuan /ibu yang telah menikah yang kemudian kita sebut juga sebagai istri / ibu.
Teman – teman Relawan Jokowi – Ahok dimana saja berada,
Peringatan Mother’s Day atau Hari Ibu di Indonesia mengacu pada pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia I yang dihelat 22-25 Desember 1928, atau hanya beberapa pekan setelah Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Hari Ibu adalah hari besar yang diperingati setiap tahunnya
Sejarah Hari Ibu 22 Desember sebagai peringatan Hari Ibu mengacu pada pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia I yang dihelat tanggal 22-25 Desember 1928, atau hanya beberapa pekan setelah Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda.
Kongres prempun perempuan tangguh Indonesia dilangsungkan di Yogyakarta, tepatnya di Ndalem Joyodipuran. Sekarang, gedung itu digunakan sebagai Kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta. Hadir lebih dari 600 perempuan Indonesia saat itu berasal dari berbagai macam latar belakang suku, agama, pekerjaan, juga usia.
Mereka mewakili sejumlah organisasi perempuan , yaitu : Wanita Oetomo, Poetri Indonesia, Wanita Katolik, Aisyiyah, Wanita Moeljo, Darmo Laksmi, Wanita Taman Siswa, juga sayap perempuan dari berbagai organisasi pergerakan seperti Sarekat Islam, Jong Java, Jong Islamieten Bond, dan lain-lain.
Selain itu, para perwakilan dari perhimpunan pergerakan, partai politik, maupun organisasi pemuda juga datang ke Kongres Perempuan Indonesia perdana ini, termasuk wakil dari Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Muhammadiyah, Partai Nasional Indonesia (PNI), Jong Java, Jong Madoera, Jong Islamieten Bond, dan seterusnya.
Sejarah Hari Ibu dan Kesetaraan Perempuan Panitia Kongres Perempuan Indonesia I dipimpin oleh R.A. Soekonto yang didampingi oleh dua wakil, yaitu Nyi Hadjar Dewantara dan Soejatin. Dalam sambutannya, R.A. Soekonto mengatakan: “Zaman sekarang adalah zaman kemajuan. Oleh karena itu, zaman ini sudah waktunya mengangkat derajat kaum perempuan agar kita tidak terpaksa duduk di dapur saja. Kecuali harus menjadi nomor satu di dapur, kita juga harus turut memikirkan pandangan kaum laki-laki sebab sudah menjadi keyakinan kita bahwa laki-laki dan perempuan mesti berjalan bersama-sama dalam kehidupan umum.” “Artinya,” lanjut R.A. Soekonto, “perempuan tidak [lantas] menjadi laki-laki, perempuan tetap perempuan, tetapi derajatnya harus sama dengan laki-laki, jangan sampai direndahkan seperti zaman dahulu.”
Selain diisi dengan pidato atau orasi tentang kesetaraan atau emansipasi wanita oleh para tokoh perempuan yang terlibat, kongres ini juga menghasilkan keputusan untuk membentuk gabungan organisasi wanita dengan nama Perikatan Perempuan Indonesia (PPI).
” Laki-laki dan perempuan itu butuh kerja sama. Keduanya harus saling membantu suatu masyarakat yang bisa menguntungkan satu sama lain. Kalau masyarakatnya bisa berperan aktif secara bersama-sama, mereka juga bisa berperan aktif dalam bernegara”, demikian Ir. Sukarno


Be the first to comment