
SUMBER BENCANA BAGI MASYARAKAT KITARAN KALDERA TOBA – (21), “PT.TPL penyebab hama dan penyakit diarea pertanian masyarakat”
Koranjokowi.com, Jakarta : Kalimat terakhir pagian 21 : …..Realitas ini dengan mudah ditemukan di Sipahutar, dikomunitas adat opu Ronggurimajuntak desa Sabungan ni Huta V. Lanjut ke bagian 21…. Hampir seluruh Komunitas masyarakat adat di tano Batak yang hidup bersama atau berdampingan dengan konsesi TPL, tercemar pupuk kimia herbisida , pestisida insektisida. Ketika hujan turun maka, sisa pestisida akan mengalir ke sungai yang dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber air.
Selain itu TPL menggunakn sludge dan boiler ash fungisid, berdosis tinggi di perkebunan eukaliptus. Sejak tahun 2010 TPL sudah massif menggunakan insektisida dan fungisida, herbisida dipakai sejak 1987 sampai umur tanaman eukaliptus 3 tahun.. Akibatnya muncul hama dan penyakit diarea pertanian masyarakat.Penggunaan insektisida bahkan dapat menyebabkan ternak milik warga mati keracunan. Diperkampungan didalam atau disekitar areal konsesi juga sangat nyata perubahaniklim mikro berupapeningkatan suhu. Penyebabnya tetu saja bukan hanya global warming ( peningkatan suhu bumi global ).
+ Infrastruktur yang dibangun tidak mempermudah dan mempernyaman :
Dibeberapa wailayah perkampungan meang ada pembukaan jalan . Namun itu hanya jalan utama untumk digunakan truk-truk mefka. Perbaikan infradtruktur oleh TPL untuk meingankan beban masyarakat tidak ada.Jalan di lintasan Pargamanan -Bintang Maria, Nagasaribu Onan Harbangan, Ompu Bollus Simanjuntak , Pandumaan- Sipitu huta,Ompu Panggal Manalu masih sangat rusak dan berlubang lubang. Fasilitas air bersih dan sanitasi yang dibangun TPL sangat sedikit , itupun tidak merata. Kehadiran Korporasi ini disekitar kampung justru lebih banyak menimbulan kerusakan fasilitas umum. Dalam pemberian bantuan pembangunan infrastruktur, mereka tidak melibatkan orang banyak. Kemubaziranlah akibatnya. Contohnya adalah Bak air yang di Tornauli , desa Manalu dolok dan di Humbang Hasundutan . yang terakhir ini berbiaya besar. Namun akhinya terbengkalai.
+ Gagal menjadi penggerak Ekonomi : Kehadiran TPL tidak menjadi pemicu perputaran ekonomi di kampung-kampung di dalam dan disekiar areal konsesi. Sebaliknya yang terjadi di beberapa kampung seperti di Matio, Sihaporas, Natumingka dan Bonan dolok tingkat pendapatan msyarakat menurun akibat kerusakan lahan pertanian , ladang atau hutan kemenyaan ,irigasi persawahan dan kolam ikan. Kerusakan parah itu akibat pembabatan hutan dan penggunaan pestisda secara berlebihan . Pada hal masyarakat tano Batak , terutama yang diToba sejak lama mengandalkan pertanian sebagai sumber penghidupan . Alhasil TPL tidak berkontribusi apapun dalam pengembangan kelembagaan ekonomi rakyat di dalam maupun disekitar konsesi perkebunan eukaliptus.
Antara harapan dan kenyataasn :”MEMPERTANYAKAN KESERIUSAN PEMERINTAH MEMBANGUN PARIWISATA DANAU TOBA” (Oleh:Dr.Dimpos Manalu;Kristin sitanggang,SH,MH;Karmel Simatupang MA; dan Prof .Dr. Posman Sibuea).
Dunia kian melirik sektor pariwisata sebagai sumber devisa dan motor pertumbuhan ekonomi. Era industry ekstraktif , mencakup gas dan minyak bumi, tak lama lagi akan berakhir, karena kian menipisnya cadangan didalam perut bumi, Begitu juga dengan eksploitasi s8mber daya alam lainnya. Pariwisata dikenal sebagai sektor yang minim modal tapi mampu mendatangkan penerimaan negara, penyerapan tenaga kerja, maupun pengurangan kemiskinan yang sangat menjanjikan. Juga terbukti mendukung masa depan ekonomi yang berkelanjutan (green economy) dan mendorong lahirnya beragam innovasi dan kewirausahaan. Pariwisata menjadi primadona seiring dengan pertumbuhan ekonomi global , meningkatnya jumlah kelas menengah, perkembangan teknologi digital lahirnya bisnis-bisnis baru kian terjangkaunya biaya perjalanan dan bebasnya ViSA
Sebelum pandemic covid-19 berdasarkan laporan United Nation Word Tourizim Organisation ( 2019), Pariwisata menyumbang US$1,7 triliun ke perekonomin global, serta menempti posisi ke 3 ekspor terbesar dunia setelah bahan-bahan kimia dan minyak bumi; diatas ekspor produk otomotif dan bahan pangan . Kawasan Eropa memperoleh pendapatan sekitar 39 %, Asia Pasipik 30%, Amerika 23 %, Timur tengah 5 % dan Afrika 3 % ( UNWTO, 2019). Sejumlah Negara sudah sejak lama menggarap inustri pariwisata secara serius,karena penyumbang besar bagi perekonomian. Berdasarakan laporan United Nation Word Tourisim Organisation (2019), 10 negara menjadi tujuan wisata tertinggi di dunia berturut-turut adalah : Perancis, Spanyol, Amerika Serikat, China, Italia,Turki, Mexiko, Jerman , Thailand
Dan Inggris.Tetangga kita Thailand misalnya mampu menghasilkan US $ 63 miliar dari pariwisata. Indonesia sendiri dengan pendapatan sekitar US $ 13 miliar, berada diposisi 30 dunia dan ke 4 Asia Tenggara setelah Thailand Singapura dan malaysia . Kini Kawasan Timur tengah juga kian berbenah agar siap berlomba merebut ceuk pasar pariwisata dunia. Setelah Mesir,Yordania , Uni Emirat Arab dan Qwatar.
Arab Saudi berhasil mencuri perhatian dunia, karena menggelontorkan dana raksasa untuk pembangunan megaproyek industry pariwisata yang menjadi bagian dari Visi 2030 Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammad bin Salman (MBS). Mereka ingin menggandakan pendapatan ibadah haji dan wisata religi dua kota suci, Mekah dan Madinah dengan wisata sekuler, serta bersiap bergeser dari ekonomi berbasis bahan bakar fosil. Untuk memperlancar rencana ini MBS pun melakukan serangkaian rekayasa sosial dan politik agar bisa menampilkan wajah negerinya yang lebih ramah bagi orang luar.
( Ring-o/Foto.sit)
Lainnya,
1 Trackback / Pingback