
SUMBER BENCANA BAGI MASYARAKAT KITARAN KALDERA TOBA – (22), “PT.TPL memang berada di daerah tangkapan air Toba, kok bisa?”
Koranjokowi.com, Jakarta : Kalimat terakhir pada bagian ke 21….. Untuk memperlancar rencana ini Mohamad Bin Salman ( MBS) pun melakukan serangkaian rekayasa sosial dan politik agar bisa menampilkan wajah negerinya yang lebih ramah bagi orang luar. Berlanjut ke bagian ke 22…..
Negara -negara yang serius meningkatkan sektor pariwisata selalu menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai bagian yang tak terpisahkan . Konservasi alam dan lingkungan pun tak hanya dijadikan objek wisata tapi juga dipromosikan sebagai nilai-nilai yang penting dalam turisme; soalnya wisatawan kian sadar lingkungan dan Kesehatan.
Pariwisata minus Lingkungan : Di Indonesia sektor pariwisata menjadi salah satu dari tiga penyumbang devisa terbesar selain minyak dan gas. Dan dari tahun ke tahun devisa dari lapangan ini meningkat.Setelah Pandemi covid-19 berakhir, sektor ini diprediksi akan segera Kembali ke posisi semula. Sementara itu devisa negara dari sektor minyak bumi menurun.Indonesia kini menjadi negara pengekspor minyak bumi. Pada tahun 2019, Pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia dengan nilai potensi devisa diproyeksikan mencapai US$ 44 miliar atau setara degan Rp.616 triliun ( asumsi kurs Rp. 14.000/ dollar AS). Sektor pariwisata menyumbang sebesar US $ 21 miliar dan ekonomi kreatif US$23 miliar.( Sindonews.com 29/01/2020). Pada hal tahun 2016 devisa pariwisata baru mencapai US$13,5 miliar/tahun.
Hanya kalah dari minyak sawit mentah (CPO) yang sebesar US$ 15,9 miliar/tahun. Tahun 2015 ia masih diperingkat ke 4 dibawah migas ( US$ 18,5 miliar ) CPO US$16,4 miliar) dan Batubara ( US$14,7 miliar) Kompas.com 17/10/2017.Pemerintah Indonesia menyadari potensi strategis ini. Berdasarkan PP 50/2011, sudah ditetapkan 88 kawasan strategis pariwisata Nasional ( KSPN) yang tersebar di 50 Destinasi Pariwisata Nasional. Salah satunya Danau Toba yang disebut-sebut sebagai The Worlds Finest Aqwatic Centre atau Pearl of Sumatera.Keseriusan Pemerintah membangun pariwisata Danau Toba, diwujudkan dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 49 /2016 tentang Badan Otorita Pengelola Pariwisata Danau Toba.
Tidak tangung-tanggung demi mewujudkn Danau Toba menjadi destinasi super prioritas pemerintah bahkan telah menganggarkan sekitar RP. 1,6 Triliun ( travel detik.com,19/7/2019 ). PP 58/2017 juga diterbitkan sebagai upaya mempercepat berbagai proyek strategis nasional seperti pembangunan ruas-ruas jalan tol diseluruh tanah air, yang diantaranya mendukung Pariwisaa Danau Toba.
Berbagai beleid diatas , sekali lagi , menunjukkan betapa pemerintah kita, telah menyadari bahwa,infrastruktur merupakan pra- kondisi penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi yang salah satu kuncinya adalah Pariwisata. Masalahnya kini kebijakan-kebijakan strategis ini masih terkesan parsial, belum diikuti oleh kebijakan-kebijakan lain yang mendukung . Akibatnya pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan sulit dicapai secara berkelanjutan. Dalam konteks Danau Toba , kini kita sedang di dhadapkan pada realitas Kian buruknya ekosistem yang mendukung kepariwisataan itu sendiri.
Deforestasi yang berlangsung masif disekitar Danau Toba selama 3 dekade terakhir telah berdampak secara luas. Terjadinya bencana lingkungan seperti banjir bandang yang menewaskan sejumlah penduduk, merusak harta benda dan lahan pertanian masyarakat, merupakan imbasnya. Contohnya, adalah yang yerjadi di Kabupaten Samosir. Desa Sabulan dan Ransang Bosi Kecamatan Sitio-tio ( 29 April 2010); desa Bonan Dolok, Kecamatan Sianjur mula-mula ( 8 Maretn20180, Desa Habeahan Naburahan , desa Aek Sipitudai, dan Desa Sari marihit, kecamtan Sianjur mula-mula (21 Mar5et 2019 ); Desa Buntu mauli I dan Ransang Bosi , Kecamatan Sitio-tio ( 3 Mei 2019); dan desa Holbung, Kecamatan Sitio-tio ( 8 Desember 2019).
Deforestasi di hulu Danau Toba juga mengakibatkan banjir bandang dikabupaten Humbang Hasundutan . Pada 19 November 2019 air Bah menghantam Desa Marbun Tonga dolok dan desa Si unong-unong Julu, Kecamatan Bakti Raja pada 4 November 2020 itu berulang. Penyebab banir-banjir bandang ini merupakan kombinasi dari berbagai factor seperti curah hujan atau perubahan iklim, lahan kritis, kondisi sungai dan lain-lain. Namun berdasarkan investigasi ,Kelompok Study dan Pemgembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) ), bencana ini terjadi karena berkurangnya secara drastis luasan hutan selama ini berfungsi sebagai resapan air. Dan bukan suatu kebetulan yang kaitannya perlu diteliti lebih mendalam. Lokasi banjir-banjir bandang ini berada dihilir atau lokasi yang tidak terlalu jauh dari konsesi dimana 4.817 Ha konsesi PT.TPL berada di daerah Tangkapan Air (DTA atau Catthment area ) PT.TPL beroperasi.
Sebagai catatan . sekitar 34.817 Ha Konsesi PT.TPL berada di daerah Tangkapan Air ( DTA atau Cathment area ) Danau Toba . DTA merupakan area atau titik tempat air hujan ditangkap dan ditampung dan bagian terpening dari suatu kawasan Daerah Aliran Sungai ( DAS).Air hujan inilah yang nantinya akan mengalir melalui lereng-lereng bukit dan bergerak menuju aliran sungai dan akan membentuk Kawasan DAS. Hutan alam di DTA Danau Toba telah berubah menjadi lahan perkebunan eukaliptus.
Dalam 30 tahun terakhir , pemukaan air Danau Toba juga mengalami penyusutan.Saat ini muka air Danau Toba rata-rata 903,30 meter dengan perkataan lain telah mengalami penyusutan sekitar 1,7 – 2 meter ( Kompas.com, 10/10/2016). Hal ini dipengaruhi olh rusaknya hutan di hulu Danau Toba yang secara langsung mengurangi suplai air dari ratusan sungai di sekitarnya. Dampaknya bukan hanya ekologis.
Kehidupan Sosial dan ekonomi masyarakat juga terimbas . Kebutuhan air minum kian terganggagu dan kebutuhan untuk irigasi pertanian menjadi terancam . Menurut petani lokal pada tahun 1970-an hingga 1980-an hasil panen padi mereka bisa cukup untuk kebutuhan hidup selama enam bulan.Namun sekarang hanya bertahan 2 bulan, karena usaha pertanian mengalami krisis air. Sistem irigasi yang dulu dikelola Raja Bondar sudah tidak berfungsi lagi sebab sumber air semakin mengering.
Penurunan permukaan air juga mengganggu kelancaran transportasi air di Tano Ponggol, Pangururan . Sedang disulap menjadi jembatan artistik yang dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara( APBN ) tahun 2020 – 2022 senila Rp. 157 miliar. Terusan ini dipermak tentu untuk mendukung Program Pariwisata super prioritas Danau Toba.
MARI KITA SALING INGATKAN BAHWA PAK JOKOWI AKAN DATANG KE TOBA, KAWAL DAN JAGA BELIAU !
(Ring-o/Foto.ist)
Lainnya,
1 Trackback / Pingback