
Melawan Lupa (36)
” GARA GARA KASUS USTAD SOMAD, SINGAPORE PUN MENANG BANYAK !”
Sejak viralnya kasus Ustad Abdul Somad yang ditolak kehadirannya ke SINGAPORE , sepertinya SINGAPORE menang banyak. Bahkan seharusnya , SINGAPORE mengucapkan banyak terima kasih kepada UAS dan para pendukungnya yang telah mengiklankan SINGAPORE dengan gratis .
Maklum SINGAPORE dikenal sebagai sebagai negara yang tegas dan bertanggung jawab melindungi warga negara dan tamu-tamunya dari ancaman terorisme dan paparan paham radikalisme.
Apalagi dalam 5 tahun belakangan ini SINGAPORE yang luas wilayahnya sekitar 728 km², yang lebih kecil dari Jayapura >900 Km, Subussalam Aceh 1.020 Km2, apalagi dibanding Prov.Jawa barat > 3,5 juta Ha, namun lebih luas dari DKI Jakarta yang > 662 Km2.
SINGAPORE memang 5 tahun ini sedang menggenjot investasi dibidang sumber daya alam (SDA) yang minim dan terbatas. Padahal SDA memiliki peranan strategis bagi kekayaan nasional suatu negara.
Khususnya di sektor pertambangan dan pertanian yang menjadi andalan beberapa negara dunia lain, salah satu yang diharapkan adalah impor dari Indonesia.
Presiden Jokowi & Prime Minister Lee Hsien Loong (10/2019) declared that bilateral relations between Singapore and Indonesia are in “good shape”, and that the relationship is “deep, multi-faceted and forward-looking” ‘Hobah !!
Kasus UAS ini akan mendatangkan banyak investor malah, karena SINGAPORE lebih menjanjikan tentang ‘ketatnya’ paham radikalisme dsb masuk SINGAPORE
Selain itu, SINGAPORE memiliki posisi strategis karena terletak di jalur silang pelayaran internasional. Tentu saja ini menguntungkan untuk kegiatan perdagangan dan pariwisata. Faktanya SINGAPORE merupakan gerbang ekspor impor negara-negara Eropa dan Amerika menuju Asia atau sebaliknya.
SINGAPORE menduduki peringkat negara korupsinya terendah di dunia , hanya di peringkat ke-7. Namun mampu menjadi negara terkaya ke-2 sesudah negara Luksemburg . Meski miskin sumber daya alam, juga diterpa Covid 19 selama 2 tahun ini, SINGAPORE mampu menjadi pusat perdagangan, manufaktur, dan keuangan yang berkembang pesat dengan Pendapatan per kapita diatas US$.97.000 – per-tahunnya.
Bagaimana Indonesia, Indonesia hanya di peringkat ke-101 dengan pendapatan per kapita US$ 12.222 per tahun, jauh di bawah Malaysia yang ada di urutan ke-55 dengan pendapatan per kapita US$ 27,402 per tahun apalagi dengan SINGAPORE. ‘Jauh bingit, brow.
MARI JANGAN BENCI SINGAPORE
KARENA MEREKA TELAH MENANG BANYAK !
‘Takdir !
Ahahaha…
(Red-01/Rubiah-Foto.ist)
Lainnya,
(98) koran jokowi Official – YouTube
(98) Visual Istana News – YouTube
Melawan Lupa (35), “SAYA BERSUMPAH TIDAK AKAN MEMBEBERKAN DATA KORBAN MEI 1998” – KORAN JOKOWI
4 Trackbacks / Pingbacks