
Melawan Lupa (42)
“ALMARHUM BUYA & AHOK MANUSIA MERDEKA YANG KITA MILIKI?”
Koranjokowi.com, Bandung :
Innalillahiwainalilahirajiun, Rest in Peace atas wafatnya ‘Guru bangsa’ kita , bapak Prof. Dr. KH Ahmad Syafii Maarif waktu lalu. Semua anak bangsa pasti akan merasa kehilangan sosok seperti beliau, termasuk Presiden Jokowi pun merasa penting untuk datang, mensolatkan dan mengantar jenasah beliau.
Ada yang luput dari perhatian kita semua, bagaimana seorang Basuki Tjahaja Purnama , BTP atau Ahok pun ikut merasa kehilangan belia. Ini dibuktikan dalam unggahan Instagramnya, Ahok memposting foto Buya Syafii Maarif dengan disertai tulisan duka cita yang sedalam-dalamnya.
“Turut duka cita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya Prof. Dr. KH Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafii). Semoga ditempatkan di tempat terbaik di sisi Tuhan YME. Bangsa Indonesia sangat kehilangan negarawan seperti beliau yang telah menjadi tauladan dan insipirasi bagi kami dalam merawat kebhinekaan,” demikian lanjut AHok
Kita semua masih ingat saat Ahok dalam situasi kacau atas tudingan penistaan agama waktu Pilgub Dki Jakarta thn.2017 lalu.
Teman teman Relawan Jokowi – Ahok dimana saja berada,
Almarhum Buya malah tampil kedepan, membela Ahok dengan mengatakan ika Ahok tidak melakukan penistaan agama. Hujatan pun kemudian ibarat badai kepada Buya. Namun Buya tetap pada sikapnya, bahkan Buya saat itu menyamakan saat dia menjadi saksi meringankan utk Abu Bakar Ba’asyir pada thn.2005, yang juga menjadi ‘makian’ banyak orang, mengapa Buya melakukan itu semua?, beliau hanya menjawab, “Saya adalah manusia merdeka”
Subhanallah,
JUST REMIND
Beliau, Alm. Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif yang akrab disapa Buya Syafi’i adalah seorang ulama dan cendekiawan Indonesia. Ia pernah menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke-13, thn. 1998 – 7 Juli 2005, Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP) dan pendiri Maarif Institute.
Pada tahun 1953, dalam usia 18 tahun, ia meninggalkan kampung halamannya untuk merantau ke Jawa tepatnya ke Yogyakarta. Namun, sesampai di Yogyakarta, niatnya semula untuk meneruskan sekolahnya ke Madrasah Muallimin di kota itu tidak terwujud, karena pihak sekolah menolak menerimanya di kelas 4 dengan alasan kelas sudah penuh.Tidak lama setelah itu, ia justru diangkat menjadi guru bahasa Inggris dan bahasa Indonesia di sekolah tersebut. ‘Ahahah, Bravo !
Setelah wisuda sarjana muda di Universitas Cokroaminoto , Surakarta tahun 1964. beliau melanjutkan pendidikannya untuk tingkat sarjana penuh (doktorandus) pada Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta) dan tamat pada tahun 1968. Darimana biaya kuliahnya?, beliau pun jadi guru ngaji ‘panggilan, pelayan toko kain , guru honorer di Baturetno dan Solo. dan redaktur Suara Muhammadiyah dan kemudian aktif di Persatuan Wartawan Indonesia.
Beliau tidak risih saat namanya dimasukan dalam buku ‘ 50 Tokoh Islam Liberal Indonesia: Pengusung Ide Sekulerisasi, Pluralisme, dan Liberalisasi Agama’, beliau dianggap golongan neo-modernis Islam bersama Nurcholish Madjid dan tokoh-tokoh lainya.
Beliau juga dituding aktifis gerakan Islam Liberal di Muhammadiyah , karena menyetujui 3 komunitas intelektual yaitu Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP), Maarif Institute, dan Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM).
“Semua , siapapun bebas merdeka menilai saya, saya juga bebas merdeka mengabaikannya”, kata Buya.
‘Ahahaha, Bravo !
Beliau ini memang unik, disaat publik mengecam Ahok sebagai penista agama, ia malah ‘bersaksi’ bahwa Ahok tidak melakukan penistaan agama. Pandangannya ini melawan pendapat mayoritas tokoh Islam lainnya termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang telah memfatwakan bahwa Ahok melakukan penistaan agama islam dan para ulama. Buya adalah ‘pemecah ombak (breaking wave/water). ‘Ahahaha.
“Ahok ini mulutnya memang kasar. Berbisa. Dia tidak bisa hifzullisan. Tapi menurut saya dia tidak punya niat melecehkan Al-Qur’an dan ulama. Dalam hal ini saya beda pendapat dengan fatwa MUI. Saya tidak membela Ahok. Buat apa? Coba Anda buka Al-Maidah ayat 8. Orang tetap harus berlaku adil kepada siapa saja yang dibencinya. Saya tidak membela Ahok. Proses hukum tetap harus jalan. Jika diputuskan bersalah. Ahok harus siap menerima hukumannya”
Saat Ahok digadang-gadang sebagai calon Menteri BUMN, Buya kepada pers mengatakan, “Cocok, karena Ahok tipe seorang pekerja keras dan orang lurus. Ahok selama ditahan sudah banyak belajar bagaimana menjaga lidahnya”
Ahahahaha. Bravo !
Saat Ahok menjabat Komut PT.Pertamina ada sekelompok orang meminta Buya untuk bicara kepada Ahok tentang Mafia Minyak yang didominasi asing-aseng. Apa reaksi Buya?, beliau menjawab sederhana, “..Yang terlibat itu bukan hanya asing, tapi juga anak-anak bangsa yang bermental asing.”, ‘JLeeebbb, ahahaha…
Teman teman Relawan Jokowi – Ahok dimana saja berada,
Saat Pilpres 2019 lalu secara kasat mata beliau tidak berpihak kepada siapapun kalau pun media banyak yang mendesak untuk membuat statemen apakah Jokowi atau Prabowo, beliau hanya menjawab.
“Yang utama, kriteria calon wakil presiden pendamping Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2019 mendatang harus punya integritas dan berusia muda. Selain itu cawapres Jokowi harus siap menjadi presiden di tahun 2024 mendatang”
Dari sini saya sudah dapat mengambil 2 kesimpulan bahwa jauh hari beliau sudah berkata, Jokowi akan jadi presiden untuk 2 periode saja, dan … (seharusnya) …yg melanjutkannya di thn.2024-2029 adalah Wapresnya.
‘Paham?, Ahahaha…
Subhanallah, alhamdulillahirabilalamiin
Semoga Buya khusnul khatimah,
Diampuni segala khilaf dan Surgalah tempatnya.Aamiin YRA.
Salam NKRI Harga Mati.
Jokowi Cukup2Periode
Bandung, 29 Mei 2022
Arief P.Suwendi
KordNas Alumni Kongres Relawan Jokowi 2013 (Akarjokowi2013)
KordNas Aliansi Wartawan Non-mainstream Indonesia (Alwanmi)
Pimp.Umum/Redaksi www.koranjokowi.com & www.istananews.com
Lainnya,
(98) koran jokowi Official – YouTube
(98) Visual Istana News – YouTube
JENDERAL TNI MOELDOKO, “LIBAS PELAKU RADIKAL ADE ARMANDO !” – KORAN JOKOWI
Pilpres 2024 (19): “JOKOWI BEBAS PKI, BAGAIMANA PARA CAPRES 2024 YAD?” – KORAN JOKOWI
Melawan Lupa (36) “GARA GARA KASUS USTAD SOMAD, SINGAPORE PUN MENANG BANYAK !” – KORAN JOKOWI
Trisya Suherman (15), “Moeldoko Center Siap Ciptakan Ribuan Pengusaha Digital” – KORAN JOKOWI
Melawan Lupa (40), “KASUS UAS JADI VIRAL DUNIA INTERNASIONAL ?” – KORAN JOKOWI
Melawan Lupa (41), ELEKTABILITAS TINGGI BELUM JAMIN JADI CAPRES 2024 ? – KORAN JOKOWI
Be the first to comment