
Ngopitainmen (7),
“DI MASAYU CAFE TAMKUL ADA SOLIDARITAS & MAAF MAAFAN”
Koranjokowi.com, Bandung :
Malam itu (20/6), saya bertemu rekan ‘seperjuangan’ yang juga alumni SMAN 53 Jakarta Timur di Taman Kuliner , Kalimalang, Jakarta Timur. Kami banyak berceritera masa lalu, disaat banyak saudara dan teman yang meninggalkan disaat kami dalam kesulitan ekonomi juga saat Pandemi Covid 19.
Kami juga bicara tentang Solidaritas sosial, satu kesamaan perasaan emosional dan moral antar individu atau kelompok berdasarkan rasa saling percaya, kesamaan tujuan dan cita-cita, adanya kesetiakawanan dan rasa sepenanggungan.
Solidaritas adalah sifat (perasaan) solider, sifat satu rasa (senasib), perasaan setia kawan yang pada suatu kelompok anggota wajib memilikinya. Sedangkan sosial adalah berkenaan dengan masyarakat,atau orang lain; Sahabat, dsb.
Menurut Emile Durkheim Thnh.1858 lalu , solidaritas merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka.
“Namun kita selalu memaklumi dan memaafkan jika kita menemui hal seperti itu, kalau pun itu mungkin menyakitkan, dan selama itu pula pintu maaf kita akan berikan selalu”, itu pemikiran dan pendapat saya dan Agus Dimen malam itu dan mungkin untuk selamanya.
Dari hal ini saya teringat kisah seorang Sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Bilal Ibnu Rabah. Check it dot
Suatu hari disebuah majlis, waktu itu berkumpul Khalid Bin Walid, Ibnu ‘Auf, Bilal dan Abu Dzar. Kalau pun tidak disengaja pernyataan Abu Dzar ada yang kemudian ‘menyinggung Bilal karena berkaitan dengan ras , kulit hitam/budak. Sehingga Bilal pun marah dan keluar masjid tanpa salam. Khalid dan Auf pun menyusulnya, dan meminta agar Bilal kembali ke Majelis. “Saya merasa ini sudah menyakitkan, saya akan laporkan kepada Rasulullah”, dan Bilal meneruskan langkahnya kerumah Rasulullah SAW.
Saat Bilal mengadukan hal itu, wajah Rasulullah SAW memerah, kalau pun tetap tersenyum, ditepuk-tepuknya bahu Bilal agar tenang. Tidak lama kemudian datang Khalid, Auf dan Abu Dzar. Mereka memberi salam dan tetap berdiri didepan pintu rumah, Rasulullah menyuruh mereka masuk. Khlaid dan Auf masuk, namun Abu Dzar tetap diluar.
“Mengapa tidak masuk wahai Abu?”
“Saya tidak pantas masuk karena saya telah bersalah menghina dan memfitnah saudaraku Bilal”
Rasulullah SAW masih tersenyum, Khalid, Auf dan Bilal menjadi serba-salah.
Abu kemudian bersimpuh dan berkata lagi, “Wahai Rasulullah, mintalah kepada Bilal mau memaafkanku, bolehlah dia juga menginjak-injak wajahku”
Rasulullah menatap Bilal dan tersenyum, Bilal yang dilahirkan di Afrika (Habasyah) itu pun menghampiri Abu dan memeluknya dan berkata “Demi Allah, aku tak akan menginjak wajah yang pernah sujud kepada Allah”. Mereka berdua lalu berdiri, berpelukan sambil menangis.
“Meminta maaf merupakan tradisi orang yang mulia, meski sebagian menganggapnya menghinakan diri. Semoga Allah memaafkan kita semua. Tak ada kebaikan pada diri kita jika kita meninggal dalam keadaan belum saling memaafkan.”
‘Ngopitainmen bukan melulu hura hore, banyak manfaat yang kita dapat apalagi untuk sebuah kebaikan. Saling menghargai, menghormat juga saling memaafkan. Begitulah idealnya komunitas ‘Ngopitainmen. Kalau pun mungkin sulit dilakukan namun cobalah untuk memaafkan. ‘Ayeee !
Selamat tinggal kasih
Sampai kita jumpa lagi
Aku pergi…Takkan lama..
Hanya sekejap saja ku akan kembali lagi
Asalkan engkau tetap menanti
Ku akan pergi meninggalkan dirimu
Menyusuri liku hidupku
Janganlah kau bimbang
Dan janganlah kau ragu
Berikanlah senyuman padaku…
(Red-01/Foto.ist)
Lainnya,
Ngopitainmen (6), ‘GARENG COFFESHOP BUKAN SEKEDAR NONGKY NGOPI BIASA” – KORAN JOKOWI
Ngopitainmen (5), ‘AYO KAWAN, DUKUNG SEKTOR NGOPITAINMEN PASCA COVID-19″ – KORAN JOKOWI
Ngopitainmen (4), “KEMBALI, KEMBALI KITA KE ISTANA & SAYANGI DIA” – KORAN JOKOWI
Kopitainmen (3), “Nada Aku Kembali Koesplus Untuk Hadi Tjahjanto” – KORAN JOKOWI
Ngopitainment (2), “KAMI LEBIH KHATAM SOAL PANCASILA, WOY !” – KORAN JOKOWI
Ngopitainment (1), “HANGGAR CAFE PONDOK KELAPA DIGOYANG, UHUY…!!’ – KORAN JOKOWI
Be the first to comment