
Melawan Lupa (100),
” LIM BAK MENG, SPIONASE DAYAK KALBAR YANG TERLUPAKAN ? “
Koranjokowi.com, Bandung :
Sangat sedikit orang yang tahu akan sosok bernama Lim Bak Meng ini, kelahiran Kubu, Kalimantan barat tgl. 22 September 1908 dan wafat tgl. 30 April 1981 lalu adalah seorang pejuang dari Kalimantan Barat dan politisi Partai Persatuan Dayak. Namanya terkenal pada tahun 40 sampai 70an,
Pada 1941, didirikan sebuah partai bernama Dayak in Action (DIA) di Putussibau dengan ketua pada awalnya adalah F.C.Palaoensoeka dan seorang pastor Jawa Adikarjana dan Lim menjadi bagian dari partai ini. Lalu, partai ini dipindahkan ke Pontianak dan namanya diubah menjadi Partai Persatuan Dayak pada 1 November 1945.
Pada masa Revolusi Kemerdekaan, perannya begitu penting dan menonjol. Maka, pada 12 Mei 1947, ia menjadi anggota dewan administratif Daerah Khusus Kalimantan Barat yang disebut ‘Dagelijk Bestuur atau Badan Pemerintah Harian (BPH)’ Kemudian bersama Dr. Soedarso, Thomas Blaise, Hasan Fattah, Ismail Hasan, dan tokoh-tokoh lainnya mendirikan Badan Pemberontakan Indonesia Kalimantan Barat dan tokoh seperti Thomas Blaise melakukan gerakan bawah tanah di daerah pesisir Kalimantan. Perjuangan itu terus dilakukan hingga persetujuan Konferensi Meja Bundar tahun 1949.
Pada tahun 1950, Partai Dayak kekurangan dana untuk kongres partai. Lim Bak Meng membuat sebuah perusahaan perdagangan kecil, NV Tjemara. Perusahaan ini ia buat untuk mendanai kongres Partai Dayak .yang melahirkan suatu kebijakan yakni 3% gaji mereka untuk pendanaan ini.
Pada 1951 ia menjadi anggota KMK Kalbar. Tahun 1952 ia mendirikan Partai Katolik Komisariat Kalbar dan memegang jabatan Ketua I. Partai ini kemudian menjadi salah satu yang paling diperhitungkan di Kalbar saat itu. Kemudian, pada 20 Mei 1958 dia menjadi anggota Dewan Pleno Front Nasional Pembebasan Irian Barat di daerah Kalimantan Barat. Dia juga tercatat sebagai pendiri klinik “Kharitas Bhakti”, yang sekarang dikenal sebagai RS Kharitas Bhakti di Pontianak.
(Setelah Koranjokowi.com telusuri di website http://www.kharitasbhakti.co.id, kok nama beliau kok tidak ada ya?)
Teman teman Relawan Jokowi dimana saja berada,
Pada tanggal 6 November 1958, ia dilantik oleh Mendagri sewaktu itu, Sanusi Hardjadinata sebagai anggota DPRD Kalbar bersama kesebelas kawannya yang lain dari PPD. Dan pada tahun 1960, sewaktu Konfrontasi Indonesia-Malaysia, ia diutus ke Sarawak untuk menjadi spionase , kemudian saat bergolak G30SPKI dia pun ditunjuk oleh Pangdam Tanjungpura – AS Witono untuk memimpin misi sosial dan gerakan pembauran etnis Tionghoa. Peralihan Orde Lama ke Orde Lama
Pada masa Orde Baru, ia diharuskan mengganti nama, menjadi Petrus Limbung. Petrus adalah nama baptisnya, sedangkan Limbung adalah desa kelahirannya. Ia masih aktif di perpolitikan sampai pertengahan tahun 1970-an. Jabatan terakhirnya adalah Ketua V Golkar Kalbar.
Pada masa tuanya, ia tak pernah menerima penghargaan, materi, atau piagam apapun. Bahkan saat pihak keluarga ingin mengambil uang pensiun, mereka pun ditolak. Keluarga Lim masih memegang SK itu, tetapi SK tersebut ditolak dengan berbagai alasan. Penolakan itu pun hingga tahun 1981 dimasa kepemimpinan wali kota T.B. Hisny Halir, pemerintah Kota Pontianak tidak pernah memberikan pengakuan atau santunan seperti tokoh pejuang Kalbar lainnya. Hingga meninggal pada 30 April 1981 di rumahnya, jl. H.Juanda, Pontianak.
Pada 2011 yang lalu, Ketua Dewan Angkatan Pejuang 45 Nasional – Syafaruddin Usman menyerahkan penghargaan kepada 5 tokoh pejuang dari Kalimantan Barat. Penyerahan untuk Lim Bak Meng diserahkan melalui Ketua Umum Majelis Adat Budaya Tionghoa Kalbar – Harso Utomo Suwito dan selanjutnya diserahkan kepada satu di antara anak almarhum Lim Bak Meng yaitu Andreas Hadi Limbung
(Red-01/Asiong – Foto.ist)
Lainnya,
Be the first to comment