
Kabar Jakarta (110),
“HERU ROMBAK PROGRAM ANIES & CIPINANG BESAR SELATAN
YANG MASUK KATAGORI KUMUH ?”
Koranjokowi.com, OPIni:
Selamat Hari raya Iedul Adha 1444 H/2023 untuk semua teman yang merayakannya semoga pengorbanan yang teah dicontohkan Nabi Ismail AS menjadikan semangat kita untuk terus bergerak dan berjuang bagi bangsa dan negara besar ini agar lebih baik dalam segala hal, aamiin yra.
Teman teman Ganjar Pranowo Center dimana saja berada,
Ada 2 haL yang terlewat oleh masyarakat Jakarta khususnya para Relawan Jokowi – Ahok dan Relawan Ganjar , Satu – kemarin Pj.Gub DKI Jakarta – Heru Budi Hartono telah membatalkan rencana membuat fasilitas pengolahan sampah jadi tenaga listrik, Intermediate Treatment Facility (ITF) di Sunter, Jakarta Utara yang digagas Anies Baswedan. Ke-dua, dipilihnya Kelurahan Cipinang Besar Selatan Jakarta Timur sebagai salah satu proyek percontohan untuk program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku).
Oke teman teman kita bahas ya satu – persatu,
Pembatalan proyek ITF Sunter gagasan Anies Baswedan saat Gub DKI Jakarta itu beranggaran Rp 5,2 triliun, . Karena biaya yang besar dan banyak melibatkan banyak pihak. Maka Heru Budi akan menggantinya dengan program lain, yaitu Refuse Derived Fuel (RDF)
Jika meneruskan ITF Sunter , pemprov harus membayar biaya pengelolaan sampah atau tipping fee kepada investor sekitar Rp 500 ribu/ton olahan sampah dalam jangka waktu 20 – 30 tahun.
Adapun program RDF merupakan pengolahan sampah menjadi energi pengganti batu bara yang bisa dipakai untuk berbagai kebutuhan seperti pabrik semen. Karena itu, Heru memprioritaskannya mengingat Pemprov perlu sarana untuk mengurangi tumpukan sampah dengan mengubahnya menjadi energi. RDF juga telah dilakukan di TPA Bantargebang, menyusul dua RDF di Rorotan, Jakarta Utara dan Pegadungan, Jakarta Barat yang bekerjasama dengan PLN.
Masih kata Heru, Pemda DKI bukannya tidak mau. Konsep ITF Sunter memang bagus. Tapi, Pemda DKI tidak akan mampu membayar tipping fee. Karena itu, Heru lebih fokus mengembangkan proyek Refuse Derived Fuel (RDF) ketimbang membuat ITF. Dan, dengan batalnya pembangunan ITF, modal Rp 577 miliar ini akan dialokasikan untuk proyek lain yang lebih bermanfaat. Misalnya untuk jaminan sosial kebutuhan membangun MRT, kebutuhan membangun infrastruktur LRT, terus membayar cicilan MRT yang sudah jatuh tempo
Sebelumnya, Fasilitas Landfill Mining dan Refuse Derived Fuel (RDF) Plant TPST Bantargebang, Bekasi telah selesai melaksanakan uji coba. Saat ini, fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan baku pengganti batu bara itu telah beroperasi secara komersil. Terdapat dua perusahaan yang sudah meneken kontrak untuk membeli hasil olahan RDF Plant, yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Indocement), dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI). Penjanjian itu mengatur penjualan RDF dari pengolahan sampah kepada industri semen sebagai offtaker hingga lima tahun ke depan dan bisa diperpanjang.
“Ini menjadi solusi, karena setiap harinya, sebanyak ±7.500 ton/hari sampah dari wilayah DKI Jakarta diangkut ke TPST Bantargebang sehingga TPST Bantargebang hampir mencapai kapasitas maksimalnya,” imbuh Heru lagi
Yang kedua, kemarin (28/6) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) menetapkan tiga lokasi sebagai proyek percontohan untuk program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). Yaitu Kelurahan Cipinang Besar Selatan – Jakarta Timur, Kelurahan Panjang Wetan – Kota Pekalongan, dan Kelurahan Bansir Laut – Kota Pontianak.

Satu strategi penataan kawasan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkotaan yang disebut dengan National Slum Upgrading Project (NSUP) atau biasa disebut Kotaku.
Salah satu kriteria yang menandai permukiman kumuh adalah masalah tata ruang. Selain itu, juga diperhatikan lokasi kawasan yang rentan terhadap bencana, keamanan pemukiman, dan kepemilikan hak atas tanah.
NOW, APAKAH DENGAN TERPILIHNYA KELURAHAN CIPINANG BESAR SELATAN
DALAM PROGRAM KOTAKU ITU KITA BANGGA ATA SEBALIKNYA ?
wkwkwkw..
zzzz… zzzz… zzzz
(Red-01/Foto.ist)
Lainnya,
Kabar Jakarta (109), ” KONG HAJI MESIR JAWARA BETAWI YANG TERLUPAKAN ? “
Be the first to comment