
S.Yusup S, Surabaya
“PELABUHAN TJ.PERAK TH.1899 – 2024”
Koranjokowi.com, OPINi:
Pagi ini (16/10) saya berkomunikasi dengan PimRed sekedar kangen-kangenan dan menyatakan sejak semalam saya ada disekitaran Pelabuhan Tanjung Perak , Surabaya, Jawa Timur. karena ada pekerjaan melakukan maintenance navigasi kapal cargo (feeder) dengan berat 5000 ton yang biasa mengangkut semen dsb , PimRed memahami ‘main-job’ saya selaku mekanik CV.Jombang Tekhnik yang mempunyai klien papan-atas, seperti Bosowa Grup ,dsb.
Dalam pembicaraan itu PimRed juga mengingatkan agar jika telah kembali kedarat, untuk mampir ke Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria , Jl. Kepanjen ,Surabaya dan minta dikirimkan foto saya dengan background gereja tertua di Surabaya ini/ Gereja ini mulai dibangun pada tahun 1899 dengan bantuan arsitek W. Westmaas dari Semarang, dan diresmikan pada 5 Agustus 1900 yang mampu menampung lebih dari 3000 orang.
Gereja ini pernah terbakar hebat karena pertempuran Surabaya yang terjadi pada 1945 silam. Atap hancur, ukiran kaca enggak lagi berbentuk, hanya pondasi gereja saja yang tersisa. Namun, 5 tahun kemudian dengan semangat gotong-royong di th.1950 berhasil di renovasi dibawah pimpinan Pastor Bastiansen.
Permintaan PimRed ini entah yang sudah keberapa kali, dan menyisakan pertanyaan untuk saya selaku umat Katolik bagaimana bisa sedangkan PimRed adalah muslim?, Ya, sudahlah. Dua jempol tangan untuk ini.
Kembali ke Pelabuhan Tanjung Perak (PTP) , PTP pun disebut sebagai pelabuhan besar dan tersibuk kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok – Jakarta dan juga pintu gerbang lintas jasa & orang Indonesia Timur. Nama Tanjung Perak sendiri pertama kali muncul pada peta buatan insinyur Belanda bernama Ir. W. de Jongth, yang diterbitkan tahun 1920 oleh Otoritas Pelabuhan Belanda dengan tulisan Tandjoeng Perak Boom
Seiring waktu PTP pun dilengkapi dengan dibangunnya Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara (GSN), Terminal ferry untuk pelayanan penumpang Surabaya Madura yang beroperasi 24 jam , Terminal Petikemas Surabaya, dan fasilitas publik lainnya. Sebagaimana Presiden Jokowi harapkan jika PTP adalah Gerbang Laut Nasional (Gateway Port) th.2014-2024 dan Transhipment Port yang akan menangani lebih 72 jalur pelayaran peti kemas domestik
Pada tanggal 25 Oktober 1945, atau 79 tahun yang lalu , PTP merupakan salah satu pintu masuk Sekutu /Brigade 49 dibawah pimpinan Brigadir Jenderal AWS Mallaby masuk Surabaya dan Jawa timur dengan alasan melucuti tentara Jepang dan menyelamatkan pasukan Sekutu yang ditawan. PTP dan beberapa gedung vital sekitar pun dikuasai mereka dengan kekuatan sekitar 6.000-12.000 tentara , 24 tank, pesawat tepur dan senjata berat lainnya telah standby untuk menggempur Surabaya.
Namun Presiden Sukarno lebih jeli dari mereka sehingga ‘menyetujui’ rakyat & TNI untuk mengawasi sekaligus melawan jika kebalikannya. Pertempuran awal terjadi tgl.28 Oktober 1945, cukup membuat sekutu gentar, Sukarmo tidak lagi perduli negara sahabat dan PBB yang hanya diam. Beliau kemudian juga meminta fatwa kepada KH. Hasyim Ashari dengan pertanyaan, “Apakah hukumnya membela Tanah Air. Bukan membela Allah SWT, membela Islam, atau membela Al-Quran?”
Mendapati pertanyaan itu, pada 21 hingga 22 Oktober 1945 KH. Hasyim Asyari pun mengumpulkan konsul-konsul NU Jawa dan Madura di kantor PB ANO (Pengurus Besar Ansor Nahdlatul Oelama) di Jalan Bubutan VI, Surabaya. Dalam rapat yang dipimpin ketua besar KH Abdul Wahab Chasbullah, Hasyim menetapkan fatwa bertajuk Resolusi Jihad Fii Sabilillah hingga kemudian meletus hebat di tgl.10 November 1945 dimana ribuan santri, laskar rakyat dan TNI bersatu padu bertempur dengan sekutu yang bersenjata modern.
Surabaya berguncang, lebih dari 6.300 orang gugur dari pihak kita dan 200.000 orang lebih mengungsi keluar Surabaya namun dipihak sekutu pun lebih dari 295 orang tewas termasuk Brigadir Jenderal Mallaby tewas digranat rakyat. Dan secara berangsur sejak 10 November – 20 Desember 1945 sekutupun terbirit-birit keluar Surabaya baik yang melalui TPT dan jalan lainnya.
PRO-KONTRA REKLAMASI PELABUHAN TANJUNG PERAK
Sejak tahun 2023 lalu kita semua selaku relawan Jokowi pastinya ikut ‘mengawasi’ rencana proyek ‘Surabaya Waterfront Land – SWL ‘ yang merupakan bagian dari Pengembangan kawasan pesisir khususnya akan adaya reklamasi 1.084 hektar Pantai Timur Surabaya dengan nilai investasi Rp 72 triliun ini berjalan baik mengingat memang kebutuhan akan percepatan barang dan jasa Bandar Udara Juanda-Pelabuhan Tanjung Perak mendatang di-era Presden Prabowo & Wapres Gibran Rakabuming raka.
Dan diujung percakapan sebelum menutup seluler, PimRed mengingatkan bahwa PTP telah banyak mempunya andil besar sebagai bagian dari Tol Laut menuju Indonesia Bagian Timur khususnya NTT, Maluku & Papua. “Salah satu tolak ukurnya adalah adanya kenaikan tingkat keterisian muatan atau load factor tol laut PELNI diantara 70-90%/tahun sejak tahun 2015 lalu. Dan didominasi oleh bahan pokok dan penting (bapokting) , juga BBM sebagai supply paling primadona. Dan memberikan kontribusi ke negara Rp.2-3trilun/tahun sehingga jika SWL berjalan baik maka akan menaik Rp.3-7 trilun/tahun, kenapa tidak mungkin? “, kemudian menutup seluler.
(SYS/Red-01/Foto.ist)
Lainnya,
Letjen TNI Purn Ibrahim Adjie
Pangdam VI/Siliwangi Thn.1960-1966
@koranjokowi.com
@koranjokowi https://www.instagram.com/k0ranj0k0wi/
S.Yusup Saputra, “Kota Surabaya & Kota Layak Anak UNICEF 2024”
“7 MENTERI DAN KASTAF PRESIDEN PILIHAN KORANJOKOWI THN.2024-2029”
Melawan Lupa – (9), “MAUNG SILIWANGI YANG DIHEMPASKAN ORDE BARU & NASIB RUMAH MAKAN RINDU ALAM”
Be the first to comment