
Kabar Deli Serdang (18),
‘DISAAT TEMBAKAU DELI GO INTERNASIONAL,
….. RAKYAT PENUNGGU PUN DILUPAKAN ?”
Koranjokowi.com, Kab.Deli serdang, Sumut :
Hari ini ada diskusi kecil saya dengan Pimp.Umum/Redaksi Koranjokowi.com mengenai yang terlupakan sejarah lain di tanah leluhur ini, yaitu “Tembakau Deli”, saya pun diminta untuk menuliskan apa yang diketahui agar kemudian disempurnakan. Berikut adalah hasilnya, mohon maaf jika masih jauh dari kesempurnaan, semoga ada sisi positip yang dapat dipetik.
Check it dot,
Dalam mengejar mimpinya, Gubernur Jenderal Van den Bosch sejak thn.1830 harus berpikir keras bagaimana program ‘Cultuurstelsel ; Kulturstelsel / Sistem Kultivasi / Sistem Budi Daya , dimana setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditas ekspor, khususnya teh, kopi, dan kakao. Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada kebun-kebun milik pemerintah yang menjadi semacam pajak
Bosch pun akhirnya menggunakan sistim ‘Tanam paksa + Kerja paksa’, sehingga keinginannya tercapai, banyak cara dilakukan, termasuk saat puluhan ribu orang Jawa diseberangkan ke Pulau Sumatera khususnya yang dikenal sebagai Kab. Deli serdang Sumut – secara bergelombang. Bosch mengejar mimpinya untuk menguasai tembakau di Indonesia khususnya di Sumatera
Pada tahun 1858, Tanah Deli menjadi milik Belanda setelah Sultan Siak, Sultan Al-Sayyid Sharif Ismail, kalah perang menyusul kemudian di tahun 1861, Kesultanan Deli pun demikian. Setelah medan perang dikuasai, Belanda pun bisa ‘ngopi cantik di Pulau Sumatera ini maka selanjutnya adalah melakukan penelitian jenis apa yang akan mereka tanam disana.
Dan sekitar tahun 1862, sebuah perusahaan Belanda, JF van Leuween,mengirimkan ekspedisi ke Tanah Deli dipimpin Jacobus Nienhuys. Setiba di Deli, mereka menemukan lokasi yang masih perawan, Deli saat itu adalah dataran rendah berawa-rawa dan mayoritas ditutupi hutan-hutan primer dan menetapkan akan ditanam ‘tembakau’.
Disebagian sumber mengatakan kedatagan ekspedisi ini diinisiasi oleh seorang Arab Surabaya yang juga ipar Sultan Deli, Said Abdullah Bilsagih, juga Van Der Falk, dan Elliot, para saudagar tembakau Belanda dari Pulau Jawa, untuk menanam tembakau di Deli.
Jacob Nienhuys dibantu tentara Belanda pun kemudian menjadi pengusaha perkebunan tembakau terhebat saat itu. kalau pun perkebunan itu milik rakyat dengan pola ‘Tanam Paksa & Kerja Paksa”.
Dia pun dengan bangganya di tahun 1863 mendirikan perusahaan “Deli Maatschappij’, bahkan pada tahun 1869 mendapat konsesi dari Kesultanan Deli melalui Sultan Mahmud Al Rasyid, Wilayah perkebunan pertama yang mereka garap adalah Tanjung Sepasi (Sepasai). Dengan demikian, ia merupakan pionir budidaya tembakau di pantai timur Sumatra, dan kemudian juga di Sumatra Utara. Kesalahan siapa ini?
Tidak ada, inilah sejarah.
Cilakanya Belanda tidak mau merekruit warga lokal bahkan mendatangkan dari Tiongkok & India, wajar jika kemudian ada konflik konflik kecil dengan warga lokal namun ini pun tidak berjalan lama.
Belanda dengan pola ‘Tanam Paksa & Kerja Paksa’ ini terus meluaskan wilayah dan teror, buruh buruh Jawa dijauhkan dari penduduk lokal, jika penduduk lokal melawan maka pasti akan ‘dihabisi, Belanda pun menciptakan perpecahan di warga lokal dengan orang orang bayaran mereka. Target Belanda adalah menjadikan Tembakau Deli sebagai komoditas unggul yang sangat bernilai jual di dunia internasional saat itu juga ‘memiskinkan’ masyarakat lokal & buruh perkebunannya.
Cilakanya lagi Belanda meg-klaim bahwa mereka membawa bibit tembakau dari Decatur County, Georgia, Amerika Serikat , mereka tidak mengakui tembakau Deli. Dan, Deli Maatschappij, perusahaan perkebunan Belanda itu pun semakin ‘mekenggang, bahkan tahun 1870 telah berhasil mengekspor tembakau sedikitnya 207 kilogram- 3,5 juta kilogram, dan ditaksir nilai kekayaan perusahaan ini mencapai 32 juta gulden pada tahun 1890. Puncaknya pada awal abad ke-20 ketika Deli Maatschappij tampil sebagai “raja tembakau Deli”. Diperkirakan lebih 92 % impor tembakau cerutu Amerika Serikat berasal dari Kesultanan Deli.
Dan mereka tetap mengakui Tembakau Deli adalah dari Amerika dan Belanda. Ahahahah…
Sultan Ma’moen Al Rasyid (1873–1924) melihat ada yang tdak beres, dia pun melakukan negosiasi dengan pihak Belanda , hasilnya kesultanan memberikan ijin lahan lain dengan bagi untung dengan kesultanan yang cukup signifikan. Dana melimpah kesultanan saat itu digunakan untuk meperbaiki fasilitas pemerintahan, pertanian, perkebunan, dan lainnya.
Dalam beberapa versi disebut bahwa terjadi pro-kontra hal ini,
1.Bagi sebagian orang, Cultuurstelsel itu positip karena dengan inilah dimulainya penanaman tanaman komoditas pendatang di Indonesia secara luas. Khususnya di Sumatera saat itu penghasil rempah-rempah seperti lada, pala, dan cengkih. Kemudian ditambahkan dengan Kopi, teh, jagung, jeruk, sawit dan tembakau
Saat itu Pulau Jawa sedang mengalami kemiskinan parah akibat konflik konflik sosial politik juga merosotnya produksi beras dan beberapa hasil perkebunan & pertanian, maka Belanda harus mengatur strategi zig-zag. Pulau Sumatera, khususnya Sumatera timur adalah salah satunya
2.Kalau pun kemudian berkembang ‘Tanam Paksa & Kerja Paksa’ itu memang siasat mereka, upah murah, peredaran candu meluas, prostitusi di lingkungan perkebunan meningkat, penyakit kusta/lepra mulai menjangkit dsb
Mereka tidak saja dijadikan buruh perkebunan namun lebih tepat ‘Pekerja paksa/Pekerja Rodi’, mereka dilibatkan dalam pembangunan seperti; jalan-jalan raya, jembatan, waduk, rumah-rumah pesanggrahan untuk pegawai pemerintah kolonial, dsb hingga memelihara dan mengurus semua itu.
3.Nasib buruh di perkebunan Belanda semakin mengharukan, karena kerja Rodi banyak yang mencoba lari namun mati ditembak/gantung, banyak buruh yang mati kelaparan namun dibiarkan sehingga dimakan macan.anjing hutan. Selain itu Belanda pun membuat rumah rumah bordir/pelacuran dan hiburan lain.
BURUH & PRIBUMI HIDUP DALAM PENDERITAAN & KEMISKINAN, KHUSUSNYA PARA BURUH PEREMPUAN YANG HARUS MENJUAL DIRI UNTUK MELANJUTKAN HIDUP KARENA UPAH MURAH
4.Keserba-salahan kesultanan kepada Belanda ini akibat ‘kemerdekaan’ yang diberikan Belanda sehingga mereka pamrih berupa kepemilikan lahan untuk dikelola Belanda dan swasta yang ditunjuk.
Teman teman Relawan Jokowi Ahok dimana pun berada,
Tembakau Deli merupakan komoditas unggul yang sangat bernilai jual di dunia internasional saat itu.Dan profesi ‘Werk’ – Agen pencari buruh/kuli pun semakin meluas khususnya di pulau Jawa untuk
dipekerjakan di perkebunan di Sumatera Utara. Sebagian besar dari mereka juga
tidak kembali lagi ke pulau Jawa. Mereka menetap dan meneruskan generasi hingga saat ini.
Yang diantaranya kemudian ada yang menyebutnya ‘Rakyat Penunggu’
Perkebunan Belanda tidak semata di Deli tetapi meluas hingga Langkat dan Serdang. Kemunculan perkebunan tembakau juga bukan hanya terjadi di Sumatera Timur tetapi juga bermunculan di Pulau Jawa. Pertumbuhan industri perkebunan tembakau ini sejalan dengan kenaikan angka ekspor tembakau ke Rotterdam. Kualitas tembakau Indonesia dikenal sebagai salah satu tembakau terbaik di dunia.
Setelah Tembakau Deli maju, Jacob pun kembali ke-kastilnya di tengah kota Amsterdam yang dirancang oleh arsitek Gerlof Salm, yang berlokasi di Herengracht menghabiskan masa tuanya. Nyantai, ngopi cantik … hingga wafat thn.1928 dalam usia 92 thn.
Disatu sisi muncul trend baru khususnya di pulau Jawa yaitu ‘Rokok Kretek’ perpaduan cengkeh dan tembakau, maka lambat laun Tembakau Deli dan cerutunya itu tinggal kenangan.
Rumah Nienhuys di Herengracht, Amsterdam
Hikayat lahan Tembakau Deli dari lebih 130-an hektar konon saat ini tersisa tidak lebih dari 5 hektar, Belanda telah memiliki apa yang mereka mau, lalu bagaimana nasib ‘Rakyat Penunggunya’ pasca kemerdekaan 1945 lalu.
Hal lain adalah adakah upaya pemerintah pusat/provinsi/daerah yang meng-optimalkan karya2 jaman Tembakau Deli baik bangunan, pabrik, dsb sebagai ‘destinasi wisata’?
Agh sudahlah…
Alfatehah untuk para pejuang tokoh Rakyat Penunggu, Aamiin YRA.
(Red-01/BudiDG/Foto.ist)
BERSAMBUNG
Lainnya,
Kabar Deli Serdang (17), “KOTA DELI MEGAPOLITAN & RAKYAT PENUNGGU-NYA” – KORAN JOKOWI
Melawan Lupa ( 28), “Ahok Adalah Inspirasi” – KORAN JOKOWI
Be the first to comment