
TOKOH MUDA TIONGHOA, JURNALIS REVOLUSIONER , ASAL SUKABUMI, KESAYANGAN SUKARNO.
KoranJokowi.com, Sukabumi, Jawa Barat : Fitnah Itu keji wahai anak alay, maka jangan kau bermain disitu, terbakar kamu nanti. Ahahahah..
Kami tertawa saat disebuah coffe-shop Sukabumi seorang ‘anak alay’ kepada teman wanitanya sedang sok berceritera bahwa Presiden Sukarno pernah punya (maaf) selingkuhan orang Tionghoa bernama Szetu Mei Sen, ahahahah.. kami ingin tertawa ngakak sambil makan gelas saja saat Itu.
Anak alay ini mungkin kurang baca sejarah, nih baca !
Szetu Mei Sen Itu laki – laki, bukan Perempuan, son!, dia kelahiran Sukabumi Jawab Barat tahun 1928 dari keluarga Tionghoa revolusioner.
Ayahnya Szetu Tjan aktivis yang bergerak di bidang pendidikan, Kepala Sekolah Menengah Tionghoa Guang Ren dan Pa Zhong, juga ibunya seorang guru.
Ditahun 1946, Szetu Mei Sen baru usia 19 tahun, sudah bekerja sebagai wartawan “Tian Sheng Ri-bao” dan mendapat tugas ke Jogya untuk mengikuti sidang KNIP yang ternyata dilangsungkan di Kota Malang. Dalam perjalanan Kereta Api dari Jogya ke Malang terjadi pertemuan Mei Sen dengan Presiden RI Soekarno, yang kebetulan satu gerbong.
Pertemuan pertama dengan Presiden Soekarno itulah, menentukan jalan hidup diri Mei Sen kemudian, menjadi seorang yang luar biasa.
Szetu Mei Sen adalah seorang yang berjasa dalam mempererat Persahabatan Rayat Tiongkok dan Rakyat Indonesia,
“Sekalipun beliau (Mei Sen) telah meninggal dunia, apa yang beliau sumbangkan tetap berada di hati rakyat kedua bangsa,” kata Dubes RRT di Jakarta Zhang Qiyue. Banyak orang Tiongkok yang mengagumi peran Szetu Mei Sen dalam mensukseskan kelancaran Konfrensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung, bersama Adam Malik dia memainkan peran penting menggolkan hak RRT menjadi anggota PBB yang sah, di tahun 80-an juga berperan sebagai perantara dalam pemulihan hubungan diplomatik RI-RRT yang sejak tahun 1967 dibekukan.
Sze Tu Mei Sen juga sebagai penerjemah Presiden Sukarno untuk bahasa Mandarin. Ia pernah memberi kesaksian penting terkait keterlibatan RRC dalam pemberontakan PKI atau yang kita kenal dengan Gestok (Gerakan Satu Oktober), yang berujung pada runtuhnya kekuasaan Bung Karno.
Saat kematiannya di usia 82 tahun, Rakyat Indonesia dan Rakyat Tiongkok kehilangan seorang pejuang dan sahabat baik. Pada saat dilangsungkan Upacara Belasungkawa perpisahan terakhir pada tanggal 19 Oktober 2010 jam 11 pagi di Rumah Duka Jing Hu Macau, nampaklah kebesaran Szetu Mei Sen yang dihargai dan dihormati rakyat kedua Negara, Indonesia-Tiongkok.
Paham !, ahahah..(Red-01/Jack/RL/Foto.ist)
Be the first to comment