
Melawan Lupa (28),
“GUS DUR MEMANG TIADA TANDINGNYA”
Koranjokowi.com, Bandung :
Pagi ini saya sempat melirik siaran sebuah televisi swasta yang sedang memutar acara ‘Cahaya Hati Mengenang Gus Dur’, dengan pembicaranya Inaya Putri Gus Dur, Ferry keponakan Gus Dur, dsb. Ya Allah dengan rutinitas kita selama ini kita tanpa sengaja bahwa bangsa dan negara besar ini pernah mempunyai seorang Gus Dur, manusia setengah WalilahuAllah, Guru Bangsa & Tokoh Toleransi
Dr. (H.C.). K.H. Abdurrahman Wahid , yang dilahirkan dengan nama Abdurrahman ad-Dakhil; tgl.7 September 1940 dan wafat 30 Desember 2009 ini adalah Presiden Indonesia yang ke-4 . Beliau menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999.
Masa kepresidenannya dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat nya tgl.23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Selain selaku Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama beliau adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan dirinya untuk masa jabatan Ke-3 kalinya sebagai Ketua NU. Mendengar hal itu, Presiden Soeharto berupaya menggagalkannya dengan segala cara. Termasuk mengerahkan Harmoko dsb bahkan ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat oleh ABRI dalam tindakan intimidasi. Bahkan ‘suap menyuap’ pun beredar agar anggota NU untuk tidak memilihnya.
Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati yang menggunakan nama ayahnya memiliki popularitas yang besar dan berencana tetap menekan rezim Soeharto. Gus Dur menasihati Megawati untuk berhati-hati dan menolak dipilih sebagai Presiden untuk Sidang Umum MPR 1998. Megawati mengacuhkannya dan harus membayar mahal ketika pada Juli 1996 markas PDI-nya diambil alih oleh pendukung Ketua PDI yang didukung pemerintah, Soerjadi.
Melihat apa yang terjadi terhadap Megawati, Gus Dur pada November 1996, menemui Soeharto namun pertemuan itu tidak berhasil menggagalkan Orba untuk menekan PDIP bahkan Gus Dur ikut dalam rencana Reformasi bersama Megawati, Sri Sultan HB X, Akbar Tanjung, Amien Rais (ICMI) dan beberapa tokoh politik lainnya.
Juli 1997 merupakan awal dari Krisis Finansial Asia. Soeharto mulai kehilangan kendali atas situasi tersebut. Gus Dur didorong untuk melakukan reformasi dengan Megawati dan Amien, tetapi ia terkena stroke pada Januari 1998. Dari rumah sakit, Gus Dur melihat situasi terus memburuk dengan pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden dan protes mahasiswa yang menyebabkan terjadinya kerusuhan Mei 1998 setelah penembakan enam mahasiswa di Universitas Trisakti.
Pada tanggal 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama dengan delapan pemimpin penting dari komunitas Muslim, dipanggil ke kediaman Soeharto dengan membentuk Komite Reformasi yang ia usulkan. Namun Gus Dur dan lainnya menolak, Gus Dur lebih memiliki pendirian yang lebih moderat dengan Soeharto. Gus Dur meminta mahasiswa untuk berhenti demo selain takut tersusupi juga ingin melihat tindakan Suharto apakah akan menepati janjinya.
Harmoko dan lainnya yang diawal menjanjikan Suharto akan ‘baik baik saja, bahkan meninggalkan Suharto menyelesaikan masalah dan tekanan publik. Hingga kemudian Suharto pun mengundurkan diri tgl. 21 Mei 1998.
Saat Pilpres 2004 Gus Dur dari PKB gagal lolos karena KPU menolak dengan alasan beliau ‘sakit’, beliau pun memilih ‘Golput’ dan apakah ada pengaruh atau tidak yang jelas angka Golput thn.2004 > 23,3% padahal di Pilpres 1999 hanya sekitar 10,1%. ‘Ahahahah…
Pada Agustus 2005, Gus Dur menjadi salah satu pemimpin koalisi politik yang bernama Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu. Bersama dengan Try Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati, koalisi ini mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). ‘Ahahaha….
Hari Rabu, 30 Desember 2009, di RSCM pukul 18.45 beliau wafat akibat berbagai komplikasi penyakit , kemudian dimakamkan di Jombang Jatim.
(Red-01/Foto.ist)
Lainnya,
Be the first to comment