Kantor Staf Presiden & Festival HAM – (5), ” DIRUANG PUBLIK GANJAR SEPERTINYA GROGI ?”
KoranJokowi.com, Semarang : Cita cita saya sejak kecil ingin seperti Presiden Ir.H. Sukarno, jago berpidato untuk menyampaikan apapun. Maka saya pun selalu mencari referensi untuk itu, khususnya tekhnik berpidato/orasi dsb. Salah satu yang saya dapatkan adalah, “Dalam mengawali pidato dengan metode apapun termasuk naskah pidato, Orang yang berperan sebagai Orator tentu harus menyapa Audiens terlebih dahulu sebagai bentuk ‘harmonisasi, kemudian, Step pertama – mengucapkan salam dan mukadimah, selaku muslim kita mengucapkan terlebih dahulu ‘Assalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh. atau ditambahkan salam pemeluk agama lainnya’ Step kedua – interaksi dengan audien, kalau pun sekedar menanyakan kabar. Step ke-3, … masuk dalam materi yang ingin disampaikan disertai ‘gimmick menarik audien , dsb” ….
Namun seiring waktu saya mengurungkan niat menjadi Sukarno kecil, biarlah cukup jadi relawan saja. Ahahaha..
Sayang hal ini tidak dilakukan oleh Ganjar Pranowo – Gubernur Jawa Tengah saat memberikan sambutan di opening ceremony Festival Ham kemarin (17/11), hal ini baru juga saya sadari saat undangan yang duduk satu meja dengan saya menyampaikan hal serupa. Jika saja saat kemarin jumlah undangan lebih dari 400 orang, pastinya ada 50% yang mempunyai kesamaan pandang atas hal ini. Termasuk saat penutupan, bahkan kertas pidato pun sempat jatuh saat Ganjar meninggalkan podium. Ganjar tidak mengucap salam pembuka dan penutup ?
“Grogi !”, kata ibu sebelah saya, membuat teman lain satu meja tersenyum, juga saya.
Atau mungkin Ganjar tidak ingin seperti Bung Karno atau membaca teori berpidato?, Agh.. sudahlah.
Dalam Psykologi hal ini adalah bagian dari efek Kegelisahan berat disebabkan oleh kondisi yang disebut dengan attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) dan restless leg syndrome (RLS).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ‘Gelisah/ge·li·sah/ a tidak tenteram, selalu merasa khawatir (tentang suasana hati); tidak tenang (tentang tidur); tidak sabar lagi dalam menanti dan sebagainya; cemas: semua penduduk — mendengar desas-desus bahwa rumah mereka akan digusur;— resah sangat gelisah; resah sekali
Pastinya ini membuat juga apa yang disampaikan Gubernur Jateng ini jadi ‘bias dan kurang greget, padahal yang disampaikannya lumayan bagus;
1. Festival Ham melibatkan para penyandang disabilitas dan kelompok perempuan dan berharap praktik baik itu terus dilakukan dan semuanya saling belajar dan memperbaiki. Ganjar kerap dikritik dari penyandang disabilitas. Kritik tersebut berkaitan dengan tata kota yang tak ramah bagi penyandang disabilitas.
2.Ganjar menyampaikan pengalaman saat menghadapi pandemi Covid-19. sempat terharu ketika kelompok perempuan datang dan menyampaikan secara nyata kondisinya. Di antara perempuan hebat itu, lanjut Ganjar, juga ada kelompok wadon wadas, kelompok perempuan dari Desa Wadas, yang berada di kawasan pembangunan Bendungan Bener, Purworejo. Dengan komunikasi erat, hangat dan dekat ditunjang data dan fakta
3.Ganjar juga sempat menceritakan konflik keagamaan yang terjadi di Semarang dan Jepara. Yakni terkait sengketa pembangunan rumah ibadah Gereja yang akhirnya bisa diselesaikan dengan baik.
Tapi mengapa Ganjar kemudian bisa seperti itu, mungkin Ganjar perlu belajar lagi kepada Presiden Jokowi bagaimana perfomance-nya saat diruang/forum formal seperti ini. Kalau pun ada kemudian guyon ‘bagi bagi speda atau ‘menohok’ lawan politik dengan nada dingin. Namun pesan beliau selalu sampai hingga telinga orang yang di desa terpencil atau desa diperbatasan.
Atau, … (maaf), … karena Ganjar Grogi ‘cause elektebilitasnya selaku Cawapres 2024 menurun ?
May be yes, may be no.
Ahahaha..
*Namun jika semua tulisan saya diatas tidak benar, berarti saya memang Ganjar-Hatters.
‘Ahahaha….
(Red-01/Foto.ist)
www,istananews.com
Lainnya,
Be the first to comment