
Iyyas Subiyakto (5),
“Bedanya Jokowi-Prabowo, Speda atau Squitjump !”
Koranjokowi.com, OPIni:
MAU SEPEDA ATAU SQUIT JUMP.
Baru saja kita persilakan pendukung PS memanjatkan doa agar pencapresan beliau yg ke 4 kalinya ini di ijabahi sesuai niatnya. Karena pada usia yg tidak muda ini butuh usaha ekstra untuk memenangkan sebuah pertarungan yg telah menggagalkannya sebanyak 3 kali. 1 kali gagal wapres, 2 kali gagal capres.
Dari amatan kita sebelum-sebelumnya bahwa PS itu tempramental, bagaimana cerita saat dia memaksa jadi pangkostrad zaman peralihan Soeharto ke Pak Habibie, ketegangan dgn Sintong Panjaitan, dgn Pak Wiranto. Walau akhirnya Minggu lalu baikan, Pak Wiranto mendukung PS lagi. Tapi stigma itu tak bisa pupus begitu saja.
Sejak masuk kabinet Pak Jokowi kita melihat PS cool atau lebih tepatnya tak ada gebrak meja. Dan konotasi negatifnya menteri tanpa prestasi. Bisa menahan diri bukan berarti bisa introspeksi.
Sekarang bisa di simpulkan bahwa, kalem yg semalam itu hanya pura-pura saja, dan benar mulai keluar aslinya. Dalam video yg bisa kita lihat, pada acara halal bi halal purnawirawan di Bantul kelihatan PS menghukum panitia hanya gara-gara kehabisan air minum. Dia langsung menghukum panitia dgn SQUIT JUMP. Walau kelihatan hanya lompatan biasa tapi terkesan tak pantas karena diatas pentas acara yg sdg berlangsung.
Apa mau pamer bahwa dia tegas karena bekas tentara. Ini sudah tak zamannya boss. Apa PS gak belajar dgn Pak Jokowi yg memimpin serius tapi santai. Setiap ada acara rakyat di minta naik ke panggung, ditanya nama-nama burung, nama menteri, dihadiahi sepeda. Inilah pemimpin tanpa jarak dgn rakyat. Apa mau menunjukkan bahwa dia tentara yg lebih tentara. gegara air minum lgsg di hukum. Kebayang kalau jadi presiden, tiap hari menteri di maki-maki. Apa hrs begitu memimpin.
7 presiden Indonesia yg pernah ada, 2 dari tentara 5 swasta. Yg dua, 32 tahun kita dibuat tegang ketakutan, yg satu lagi kita dikelabui pakai subsidi. Hasilnya ketahanan pangan kita rentan, korupsi kita rmerata dan menjadi budaya. Akhirnya sulit di hentikan.
8 tahun menuju 10 tahun kita diajarkan politik santun oleh Pak Jokowi, presiden yg tidak rakus dan berangasan. Naik mobil di Lampung yg mengguncang lambung saja dia bilang enak sampai tertidur. Walau intinya dia nyindir ada gubernur yg cuma tidur.
Kebayang kalau PS presidennya sang gubernur bisa kungkum di lumpur.
Siang ini saya menerima teman sepemikiran Eko Kunthadi dirumah. Ngobrol ringan masalah politik dan arah capres yg mulai hangat. Pada kesimpulannya kita tetap melihat GP yg bisa meneruskan apa yg telah di re-pondasi Pak Jokowi untuk negeri ini. Apa yg disebut TGB kita butuh kontiunitas pembangunan. Utk melakukan ini hanya GP yg ready. Yg lain hanya bisa jalan di tepi.
Kenapa kita sebuat repondasi yg telah di kerjakan Pak Jokowi, karena dua presiden yg kebetulan mantan tentara tidak meletakkan pondasi apa-apa, mereka hanya meninggalkan budaya korupsi untuk menguatkan cara berkuasa.
Kenapa yg kita cari pemimpin penerus Pak Jokowi, ya karena tongkat estafet ini tidak boleh salah tangan yg menggapainya. Begitu meleset kita bakal mengulang kebelakang. Energi kita tak cukup untuk terus tambal sulam hanya karena salah pilihan.
Ingat setelah reformasi Pak Habibie dan Gusdur di sleding Amin Rais dkk. Belum sempat nafas, dibuat terhempas. Megawati hanya dikasi gula-gula diujungnya. Tak bisa berbuat apa-apa. Setelahnya dirampok lagi melalui SBY. Untung Tuhan masih sayang kepada Nusantara, sehingga kita dihadiahi Pak Jokowi, kalau tidak entah apa jadinya di pimpin DNA Cendana.
GP bukan sekedar penerus, dia punya style untuk berkembang diluar yg sudah dikembangkan. Meneruskan itu baik, karena yg diteruskan sudah baik. Jangan bicara perubahan kalau yg berubah dari baik malah melakukan pemerataan kerusakan. Jakarta contohnya.
Saya menulis fakta ttg PS karena kebetulan saya tidak memilih beliau sebagai capres. Saya mungkin satu dari sekian juta rakyat Indonesia yg trauma atas masa lalu bersama orba dan klan Cendana. Dan ini sah saja.
Bukan dikotomi tentara dan swasta, tapi inilah pilihan saya, atau kita.
Pagi ini saya juga dikirimi video laporan harta kekayaan PS tahun 2022. Nilainya naik menjadi Rp.2,03 triliun. Penambahan itu didapat dari 8 jenis usaha yg kesemuanya menyangkut bisnis SDA, dari mulai hutan, kertas, batubara dan gas. Ini perlu di catatkan karena kalau PS jadi presiden apakah dia bisa menghindar dari konflik kepentingan.
Kalau Pak Jokowi sudah terbukti, usaha mebel saja beliau serahkan kepada keluarga begitu dia menjabat presiden.
Tidak mengatakan bahwa PS tidak bisa, tapi cukup mengkhawatirkan karena budaya lama sejak zaman mertuanya hal begituan dianggap biasa. Kemudian jadi kebiasaan.
Daripada ruwet memakan pikiran dan menaruh curiga, paling enteng milih GP luweh aman dan nyaman. Kalau kelak ini juga salah jalan ya kita serahkan kepada Tuhan, daripada sekarang kita milih PS malah disalahkan Tuhan. Buktinya sudah 3 kali dia didoakan, tapi tidak di kabulkan. Hehe Jibril ketawa di balik jendela.
Tapi bukan berarti PS di benci Tuhan, yg buruk menurut kita, belum tentu buruk menurut Tuhan. Sengaja Tuhan tidak menjadikannya presiden, daripada dia salah jalan. Awas Pak jangan terulang sebelum selesai hitungan Bapak sujud duluan. Itu memalukan.
Mohon maaf ini pemikiran #Progan.
Jakarta, Tgl. 10 Mei 2023
Iyyas Subiyakto
(Red-01/Foto.Video.ist)
Lainnya,
Iyyas Subiyakto (4), ” PARTAI ITU BUTUH FIGUR. BAGAIMANA GANJAR ? “
Iyyas Subiyakto (4), ” PARTAI ITU BUTUH FIGUR. BAGAIMANA GANJAR ? “ Koranjokowi.com, OPIni : Saya lagi baca2 hasil pemilu sejak 2004-2019. Perolehan suara partai bervariasi dan sangat nyata membutuhkan figur. Bukan ketum ya. Sejak […]

Iyyas Subiyakto (3), “KITA TAK AKAN PERNAH MEMILIH PRABOWO SUBIJANTO !”.
Iyyas Subiyakto (3), “KITA TAK AKAN PERNAH MEMILIH PRABOWO SUBIJANTO !”. Koranjokowi.com, OPini : (Untuk yang kesekian kalinya, saya mohon maaf kepada relawan senior – bung Iyyas Subiakto karena tulisannya ini saya kutip kalau pun […]

Iyyas Subiakto (2), ” Surat Terbuka & Ketum PDIP Sudah 2 Kali Kalah Nyapres “
Iyyas Subiakto (2), ” Surat Terbuka & Ketum PDIP Sudah 2 Kali Kalah Nyapres “ Koranjokowi.com, OPini: Awalnya saya ragu apakah ini benar tulisan dari relawan senior Iyyas Subiakto namun setelah crosscheck kesana kemarin terjawab […]
Be the first to comment