PRESIDEN JOKOWI, PRABOWO ATAU MENTAN YANG MAMPU MENURUNKAN HARGA SINGKONG NASIONAL TERMASUK DI LAMPUNG ?
SINGKONG DIANTARA PRESIDEN SUKARNO, JOKOWI & PETANI LAMPUNG UTARA YANG KIAN MENJERIT ! – (2)
KoranJokowi.com, Bandung : “Kalau Pemprov Lampung dan Pemkab Lampung utara terus mempermasalahkan dan alasan kepada Pandemi Covid 19 ya hancurlah kami, Para petani singkong Lampung Utara sudah masuk ‘kritis, mereka hanya perlu langkah kongkrit pemerintah, apalagi sekarang harga telah mencapai Rp.750-840/Kg. Dengan harga seperti ini mereka juga harus menanggung ongkos cabut dan angkutan pabrik. Apanya yang Sejahtera, bang !?, Apa memang harus Presiden Jokowi turun langsung!?, kata Jhony Erick,, Andi Ansori dan Chandra -Wartawan KoranJokowi.com Lampung Utara kepada Redaksi (16/10)
Pernyataan teman-teman diatas membuat ‘kening’ saya berkerut, bukankah Pemprov/Pemkab Lampung Utara selama ini telah ‘bekerja-keras’ untuk menjawab itu, rupanya belum sob. Lalu mau sampai kapan?
BUNG KARNO , DAUN SINGKONG & COLENAK
“Hampir tiap hari yang bisa kami makan sebagai lauk-pauk ialah lalapan daun singkong dan daun pepaya yang kami petik di kebun. Barangkali itulah sebabnya sampai sepanjang hidupnya Karno menyukai daun singkong dan daun pepaya,” kenang Sukarmini, kakak perempuan Bung Karno, dalam buku ‘Bung Karno Masa Muda’ terbitan Pustaka Antar Kota, halaman 15.
Kegemaran Bung Karno menyantap lalap daun singkong dan daun pepaya terus berlanjut hingga menjadi Presiden RI. Bahkan, tiap kali Bung Karno menyempatkan waktu ke Blitar, sang pemimpin besar revolusi Indonesia itu selalu minta disuguhkan dua lalapan itu.
Hal lain, konon, saat Bung Karno dipenjara di Sukamiskin Bandung, istrinya (Inggit Ganarsih) kerap memasukan ‘surat/dokumen’ yang dilipat kecil dan dimasukan kedalam ‘Colenak’ buatannya karena pemeriksaan saat itu demikian ketat oleh Belanda. Colenak ini adalah ‘cemilan’ khas urang Sunda yang bahan dasarnya terbuat dari peyeum (singkong) ditaburi kelapa dan gula merah.
JOKOWI & SINGKONG GORENG
Bukan saja Bung Karno, Presiden Jokowi pun demikian. Pada 2017, Jokowi sempat berbagi cerita soal makanan kesukaan lewat video “Cerita dari Dapur Presiden” yang diunggahnya ke Youtube. Dalam video tersebut Jokowi mewawancarai koki yang setia menemani dirinya sejak 2013, Tri Supriharjo. “Bapak itu, yang saya tahu selama ini itu orangnya sederhana sekali. Makanan juga seperti itu. Bapak memang senang masakan rumahan seperti sop ayam, sayur bening bayam, tumis pepaya muda dan tumis oseng tempe. Juuga Mie ketoprak, soto mie, soto kuning, sekarang kan di Bogor, hampir setiap hari soto kuning,” jelas Tri. Untuk camilan masih kata Tri, Jokowi gemar menyantap singkong goreng, jagung rebus, bakwan jagung, bakwan sayur, lento (ketela yang diparut dicampur kelapa dan digoreng).
Syah ya, kedua kepala negara ini demikian penyuka ‘made in dewek, sehingga mengapa hal ini merasa penting untuk disampaikan KoranJokowi.com secara berjilid-jilid. Pastinya, agar kita tahu bahwa dengan mengkosumsi makanan/panganan ‘kampung’ ,termasuk mengkosumsi singkong dan segala keturunanya., tidak kemudian menjadikan mereka cengeng, APAKAH DALAM ARTI PEJABAT YANG TIDAK MAMPU MENORMALKAN HARGA SINGKONG KEMBALI KE RP.1500-1850/KILOGRAM SEPERTI TAHUN 2014-2016 LALU KARENA MEREKA TIDAK MAKAN SINGKONG?, silahkan jawab dalam hati.
Dalam beberapa sumber disebutkan Singkong (Ketela pohon/ Manihot utilissima) memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, senyawa bioaktif yang dipercaya dapat meningkatkan kesehatan tubuh manusia, termasuk dalam pencegahan kanker dan penyakit jantung. Lainnya?, Check it dot ; Singkong merupakan salah satu tanaman terbaik yang mengubah energi matahari menjadi karbohidrat larut. Jika dalam bentuk tepung, 1 kilogram singkong dapat menghasilkan sampai sekitar 3750 kkal. Dimana nilai gizi yang terdapat dalam singkong setali tiga uang dengan kentang. Karbohidrat yang terdapat dalam singkong dan kentang memiliki manfaat sebagai sumber energi dan sumber bahan bakar utama tubuh. Paham dong; NAH, PERTANYAAN KEDUA, APAKAH DALAM ARTI PEJABAT YANG TIDAK MAMPU MENORMALKAN HARGA SINGKONG KEMBALI KE RP.1500-1850/KILOGRAM SEPERTI TAHUN 2014-2016 LALU KARENA MEREKA TIDAK MAKAN SINGKONG?, silahkan jawab dalam hati. Ahahah.
JOKOWI , PRABOWO & TANAM SINGKONG 60.000 HEKTAR. MENTAN ?
Tgl.28 September 2020 lalu, ‘ujug-ujug Presiden jokowi meminta Menhankam Prabowo Subianto menggarap tanaman singkong pada proyek food estate atau lumbung pangan di Kalimantan Tengah seluas 60.000 hektar dengan singkong. Pertanyaan kita kenapa seorang Menhankam yang harus diminta Jokowi, kenapa bukan Mentan RI?, biar saja, itu hanya Allah, Jokowi dan Menhankam yang tahu. Ahahah..
Bagi Jokowi jelas Singkong saat ini dan kedepan merupakan media terciptanya Ketahanan-pangan yang telah dilupakan pemerintahan sebelumnya. Langkah ini dilakukan Jokowi sebagai ‘pilot-project untuk disebarkan ke daerah lain.Atau Jokowi melihat jika selama ini Kementan memang ‘mamasa-bodokan’ Singkong dan para petaninya, may be yes, may be no.
Padahal sebelumnya, Mentan RI – Syahrul Yasin Limpo (Sabtu (8/8/2020) disebuah acara mengatakan bahwa ubi kayu (Singkong) beserta olahan turunannya, seperti mie, dapat menjadi pendorong perekonomian dan sumber ketahanan pangan negara. “Kita punya tepung, sagu dan tapioka itu, kemudian sekarang sudah masuk kepada mie. Dimana mie itu kan menjadi pilihan-pilihan makanan orang Indonesia. Dan kita berharap memang menjadi kekuatan Indonesia ke depan,”
Teman, menurut data Badan Pusat Statistik pada kuartal II/2020, sektor pertanian tumbuh paling kencang di masa pandemi yakni sebesar 16,24%. tercatat pertanian yang menyumbang pertumbuhan positif tertinggi. Bagaimana dengan Singkong & Para Petaninya?. Perlu diketahui bahwa luas panen ubi kayu di Indonesia tahun 2019 seluas 0,63 juta hektar dengan produksi 16,35 juta ton. Varietas yang umum digunakan Adira 1, 2, 4, UJ 3, 5, Malang 1, 2,4,6, Darul Hidayah, Litbang UK 2. Ubi kayu banyak ditemukan pengembangan skala luas di sentra-sentra di wilayah Lampung Tengah, Lampung Utara , lanpung Timur, Wonogiri, Gunung kidul, Serdang Bedagai, Simalungun, Sikka dan lainnya.
Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, baik luas maupun hasil produksi terlihat ada ‘penurunan’, tentang luas pastinya karena ter-gusur oleh kepentingan properti lain, yang otomatis berpengaruh kepada jumlah produksi nasional. Apakah ini juga mempengaruhi harga?. Bagi saya yang awam, selayaknya tidak demikian, produksi akan tetap stabil dengan segala ‘rekayasa-tekhnologi pertaniannya’, karena kita mampu untuk itu. BAGAIMANA DENGAN HARGA YANG TERUS MEROSOT SEBAGAIMANA YANG TERJADI DI LAMPUNG !?. Itu yang harus dipertanyakan, Sob ! – BERSAMBUNG – (Red-01/Foto.ist)
Edisi sebelumnya, klik link dibawah ini;
SURAT TERBUKA UNTUK PRESIDEN JOKOWI DARI PETANI SINGKONG LAMPUNG UTARA _(1)
https://koranjokowi.com/2020/09/30/1722/
SURAT TERBUKA UNTUK PRESIDEN JOKOWI DARI PETANI SINGKONG LAMPUNG UTARA _(2)
https://koranjokowi.com/2020/10/17/singkong-diantara-presiden-sukarno-jokowi-petani-lampung-utara/
Be the first to comment