Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944- 2021 – (4), “ KUASANYA KERONGKONGAN MENGIKUTI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI “

Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944- 2021 – (4), “ KUASANYA KERONGKONGAN MENGIKUTI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI “

————– .

Mohammad Guntur Soekarnoputra dilahirkan di Jakarta3 November 1944, putra sulung alm.Ir. Sukarno – alm.Hj.Fatmawati , kepada KoranJokowi.com masih menyempatkan waktu untuk berbagi bagian kecil perjalanan hidupnya. Terimakasih , Semoga Om Guntur, Om Gun, Mas Tok senantiasa diberikan kesehatan,

Aamiin Yarabil’alamin.

—————.

KoranJokowi.com, Bandung : Di kitab ‘Dibawah Bendera Revolusi jilid I’,  Bung Karno menulis sebuah artikel yang berjudul : Kuasanya Kerongkongan (Tenggorokan). Isinya menjelaskan mengenai kekuatan kerongkongan dalam rangka memobilisasi massa rakyat agar mengikuti kemauan sang pemilik kerongkongan. Dalam hal ini Bung Karno mengambil contoh Hitler yang mempunyai kemampuan beragitasi dan ber-orasi sedemikian hebatnya sehingga berjuta kaum kleine burgentum (borjuis kecil) Jerman mendukung kekuatan partai Natsional Zosialismus (NAZI) dibawah kepemimpinan Hitler untuk memimpin bangsa Jerman mendirikan kerajaan ke tiga (Dritte Reich) dengan tujuan menguasai dunia, paling tidak negara-negara Eropa.

Begitu hebatnya “kerongkongannya” Hitler mayoritas rakyat Jerman mendukung secara buta apa kehendaknya sang Führer (Pemimpin) dengan semboyan Deutsland über alles dan pendirian bahwa ras Aria yang berambut jagung serta bermata biru adalah ras yang paling unggul di dunia ini khususnya dibandingkan ras Yahudi, oleh sebab itu ras Yahudi harus dimusnahkan dari muka bumi agar tidak menjadi benalu terutama bagi negara Jerman. Seperti yang sudah kita ketahui berjuta kaum Yahudi di Jerman khususnya harus masuk kamp-kamp konsentrasi dan tewas mati di kamar gas yang dibuat oleh teknisi-teknisi Nazi.

Melalui artikelnya Bung Karno hanya ingin menjelaskan secara popular betapa hebatnya kekuatan kerongkongan untuk memobilisasi massa agar bersatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Terutama tujuan politik, ekonomi dan lain sebagainya. Di era jayanya partai Sarekat Islam tempo dulu pemimpinnya H.O.S. Tjokroaminoto mendapat julukan Raja Jawa tanpa Mahkota dari kolonialis Hindia Belanda karena pengikutnya berjuta-juta orang.

Mengapa begitu hebatnya H.O.S. Tjokroaminoto ? Salah satu sebabnya adalah karena ia seorang yang dapat menggunakan kekuatan Kerongkongannya  untuk ber-orator di kala berpidato. Walaupun harus berteriak keras dihadapan ribuan massa pendukungnya karena saat itu masih jarang ada microphone dan loudspeaker (pengeras suara) suara teriakannya tetap saja seperti suara burung perkutut yang sedang manggung. Begitu pihak Kolonialis Hindia Belanda menjulukinya.

Mengapa H.O.S Tjokroaminoto dapat melakukan hal tersebut diatas? Karena hampir setiap hari ia melatih kerongkongannya dengan berpidato dikediamannya di Jl. Peneleh Gang VII dengan lantang sekencang-kencangnya  tanpa dihadiri oleh seorang massa-pun.

Bung Karno yang saat itu mondok di kediaman H.O.S. Tjokroaminoto dengan bakat yang dimiliki sebagai seorang orator mengikuti jejak induk semangnya yaitu hampir setiap hari berpidato diatas sebuah meja di kamarnya seorang diri. Hal ini membuat rekan-rekan sepemondokan mengolok-oloknya dengan mengatakan “Sukarno sedang saraf” walaupun demikian Bung Karno akhirnya dapat menjadi seorang orator ulung untuk Indonesia maupun dunia.

Ada hal lain yang menguntungkan yaitu di era Bung Karno sudah menjadi pemimpin PNI (Partai Nasional Indonesia)  sekitar tahun 1927-1928 teknologi Microphone dan loudspeaker (pengeras suara) sudah sangat dikenal sehingga Bung Karno tidak perlu bersusah payah berpidato secara berteriak-teriak menggunakan kerongkongannya agar terdengar oleh massa yang jumlahnya ratusan ribu itu. Cukup dengan suara yang lantang dan olah tubuh yang mantap massa akan “terhipnotis” mengikuti apa-apa yang dikehendaki oleh Bung Karno.

Resikonya adalah pada tahun 1929, Bung Karno harus masuk “kerangkeng” kolonialis Hindia Belanda + selama 2 tahun! Di kala itu Bung Karno juga harus rajin-rajin terjun ke lapangan di basis-basis massa di seluruh pulau Jawa terutama Jawa Barat (Pasundan). Disitulah Bung Karno bertemu dengan seorang petani miskin di desa Tjigereleng Bandung Selatan yang bernama : Marhaen. Lahirlah Idiologi Marhaenisme.

Majunya Teknologi masa kini

Ilmu teknik ternyata terus ber-evolusi dengan cepat sepanjang masa. Begitu pula teknologi dalam komunikasi massa. Saat ini berkat kemajuan teknologi kita tidak perlu repot-repot lagi untuk mengadakan rapat-rapat raksasa, mobilisasi massa yang ratusan ribu jumlahnya di sebuah lapangan untuk medengarkan pidato atau instruksi-instruksi kita. Apalagi boleh dikatakan seluruh penduduk Indonesia dari yang muda sampai dengan lansia sudah akrab dengan apa yang dinamakan HP (Hand Phone).

Dengan adanya HP dimanapun kita berada kita dapat berkomunikasi secara langsung. Sudah barang tentu hal ini sangat mempermudah komunikasi antar warga bahkan antar pimpinan dan bawahan. Apalagi untuk komunikasi dikalangan pemerintahan negara, seperti Presiden dengan aparat-aparat vertikal dan horisontalnya. Begitu juga untuk pimpinan-pimpinan di daerah-daerah, koordinasi dan komunikasi dengan anggota-anggota dibawahnya dapat dilakukan dengan mudah, tidak bertele-tele harus terjun ke lapangan.

Selain melalui HP komunikasi timbal balik dapat juga dilakukan melalui medsos (media sosial). Untuk era masa kini hal tersebut sudah jamak, lumrah dilakukan, apalagi kita yang sedang berperang melawan siluman Covid-19 yang bertambah hari bertambah ganas, media sosial sangat berguna untuk digunakan sehingga tidak perlu lagi seorang Kepala Daerah misalnya harus bersusah payah turun ke lapangan menghadapi warganya untuk memberikan instruksi-instruksi tertentu kecuali memang ada hal-hal spesifik yang sangat urgen dimana sang Kepala Daerah harus langsung turun kelapangan untuk meninjau situasinya.

Perang melawan siluman Covid-19 sekarang ini boleh dikatakan merupakan prioritas utama bagi seluruh aparat pemerintahan mulai dari Presiden hingga ke RT & RW bahkan bagi seluruh bangsa dan rakyat Indonesia. Kita sudah barang tentu tidak mau mengalami apa yang terjadi di India, Malaysia bahkan Singapura saat ini.

Untuk itu hal-hal lain yang masih dapat di tunda sebaiknya ditunda dahulu misal saja urusan pilpres 2024 yang akan datang. Hal ini masih dapat kita bicarakan 1 atau 2 tahun lagi tidak perlu terburu-buru sehingga masalah mati hidupnya bangsa ini yaitu masalah perang melawan siluman Covid-19 menjadi terbengkalai. siapa yang akan menjadi Capres dan Cawapres 2024 serahkan saja kepada pilihan massa rakyat yang saat ini sudah tidak bodoh lagi.

Saya yakin mereka tahu siapa yang akan pantas menjadi pemimpinnya dikelak kemudian hari. Untuk kalangan-kalangan atau tokoh-tokoh yang belum mengerti permasalahan tersebut diatas ada baiknya membaca dan mendalami apa yang Bung Karno guratkan dalam artikelnya di DBR jilid I : Kuasanya Kerongkongan !

Jakarta,6 Juni 2021.

Guntur Soekarno

Pemerhati Sosial

-BERSAMBUNG-

Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944 – 2021 – (1)  | KORAN JOKOWI

Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944 – 2021 – (2), “ SAAT INI KITA HARUS DAPAT “AMBEG PARAMA ARTA” | KORAN JOKOWI

Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944 – 2021 – (3), “ MACAM -MACAM VERSI PENYELESAIAN KONFLIK PALESTINA – ISRAEL “ | KORAN JOKOWI

Tentang Koran Jokowi 4159 Articles
MEDIA INDEPENDEN RELAWAN JOKOWI : *Alumni Kongres Relawan Jokowi 2013 (AkarJokowi2013), *Aliansi Wartawan Non-mainstream Indonesia (Alwanmi) & Para Relawan Jokowi Garis Lurus lainnya.

4 Trackbacks / Pingbacks

  1. Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944- 2021 – (5) : "PERLUNYA PARTAI MEMPUNYAI DAERAH BASIS" | KORAN JOKOWI
  2. Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944- 2021 – (5), “ RIBUT-RIBUT JOKOWI PRESIDEN 3 PERIODE “ | KORAN JOKOWI
  3. Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944- 2021 – (6), “YANG HARUS DIFIKIRKAN SAAT INI OLEH RELAWAN JOKOWI “ | KORAN JOKOWI
  4. Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944- 2021 – (8), "HUJAN KRITIK UNTUK PRESIDEN JOKOWI" | KORAN JOKOWI

Tinggalkan Balasan