Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944 – 2021 – (2), “ SAAT INI KITA HARUS DAPAT “AMBEG PARAMA ARTA”

Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944 – 2021 – (2), SAAT INI KITA HARUS DAPAT “AMBEG PARAMA ARTA”

    Mohammad Guntur Soekarnoputra dilahirkan di Jakarta3 November 1944, putra sulung alm.Ir. Sukarno – alm.Hj.Fatmawati , kepada KoranJokowi.com masih menyempatkan waktu untuk berbagi bagian kecil perjalanan hidupnya. Terimakasih kepada adinda Rudy yang telah memfasilitasinya. Semoga Om Guntur, Om Gun, Mas Tok senantiasa diberikan kesehatan, Aamiin Yarabil’alamin.

—————————-

KoranJokowi.com, Bandung : Bila kita mengikuti segala macam kejadian-kejadian yang bermunculan saat ini, beraneka ragam hal dan persoalan telah terjadi dan membuat heboh. Seperti misalnya; kasus Partai Demokrat; kasus pernyataan Amien Rais mengenai perpanjangan jabatan Presiden menjadi 3 periode; kasus pengadilan korupsi Djoko Chandra; belum lagi adanya banyak tokoh maupun figur-figur yang sudah ancang-ancang pasang kuda-kuda untuk pilpres 2024 yang membuat kita-kita kaum patriotik geleng-geleng kepala. Apakah mereka fikir menjadi Presiden itu hal yang nyaman? Saya yang pernah menjadi putra Presiden selama puluhan tahun, tahu pasti betapa beratnya beban yang harus dipikul oleh seorang Presiden apalagi bila yang bersangkutan ingin benar-benar melaksanakan UUD, Pancasila dan Konstitusi.

Belum lagi harus melaksanakan pembangunan fisik dan mental bagi seluruh bangsa dan rakyat. Apalagi tidak ada jaminan bahwa di tahun 2024 setan pandemi Covid-19 dapat berakhir. Apakah Presiden Jokowi saat ini setiap harinya dapat duduk santai-santai sambil minum segelas kopi dan sedikit “nyamik-an” ? Pastinya tidak ! saya berani jamin seperti juga Bung Karno dahulu fikiran Presiden Jokowi pasti juga berputar putar laksana angin puting beliung setiap harinya.

Apalagi menghadapi berbagai masalah seperti yang sudah saya jelaskan diatas, agar tidak terlalu “pening” kalau berkenan Presiden Jokowi melakukan apa yang dilakukan oleh Bung Karno dahulu yaitu ber–Ambeg Parama Arta yakni pandai-pandai memilih hal-hal yang harus dikerjakan segera karena tidak dapat ditunda-tunda lagi dan menunda hal-hal yang masih dapat ditunda. Saat ini hal apa yang paling penting harus ditangani oleh Presiden dalam ber ambeg parama arta ?

Indonesia harus menang perang melawan siluman Covid-19

Masalah yang paling menghadang di depan Presiden saat ini adalah pilihan mana yang harus didahulukan antara kesehatan atau ekonomi. Menyelesaikan kedua-duanya sekaligus rasanya mustahil. Jadi harus ‘Ambeg parama arta yakni kesehatan harus didahulukan, dan ini berarti bila masalah siluman Covid-19 sudah dapat diminimalisasi masalah ekonomi dapat secara maksimal diatasi. Seperti yang  sudah saya kemukakan, dalam tulisan-tulisan saya yang lalu penanganan masalah siluman Covid-19 tidak dapat dilaksanakan secara efektif dan maksimal bila pemerintah tidak bertindak tegas dalam melakukan kebijakan.

 

Sejak dahulu sampai sekarang tetap saja aparat-aparat pemerintah selalu melakukan himbauan-himbauan kepada masyarakat harus begini atau begitu. Menurut hemat saya himbauan-himbauan adalah sesuatu yang boleh dituruti ataupun tidak dituruti tergantung dari selera masing-masing. Disamping itu masih saja aparat pemerintah baik pusat terutama di daerah-daerah yang coba-coba melakukan sesuatu yang jelas-jelas memperlemah “perlawanan” terhadap siluman covid-19 apalagi yang sekarang ini menurut WHO virusnya telah bermutasi kearah yang lebih canggih lagi. Misal saja sekolah tatap muka masih di izinkan walaupun dibarengi oleh protokol dan aturan kesehatan, yang sangat ketat, menurut hemat saya hal tersebut kurang tepat bila dilakukan saat ini dimana siluman Covid-19 masih merajalela, disamping itu proses vaksinasi secara keseluruhan belum tuntas selesai.

Bahkan sedang “dikebut“ pelaksanaannya yang membuat Presiden hampir setiap hari harus pergi ke daerah-daerah untuk memantau secara langsung pelaksanaan vaksinasi disana. Hal lain yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pulang mudik lebaran lalu.

Karena sebagaimana kita ketahui  berdasarkan data-data dan kecenderungan yang ada sejak ada kesempatan pulang mudik di hari-hari libur yang lalu grafik adanya siluman Covid-19 selalu meningkat bahkan melebihi 50% (berita metro TV).

Dan pemerintah telah tepat melarang mudik lebaran kemarin, kalua pun pro-kontra, itulah ‘Ambeg parama arta

Hal terakhir yang baru saja muncul menjadi kontroversi adalah rencana pemindahan makam penderita siluman Covid-19 yang belum cukup waktu ke pemakaman umum di Bandung. Disini kembali pemerintah khususnya Kemenkes harus berani ‘Ambeg parama arta untuk memutuskannya mumpung hal tersebut belum terjadi.

Berhenti menghimbau dan harus memberi perintah

Bila mulai dari Presiden dengan seluruh jajarannya sudah dapat memutuskan sesuatu khususnya masalah siluman Covid-19 dengan ber-Ambeg Parama Arta kini tinggal pelaksanaannya bagaimana ?

Menurut hemat saya untuk memenangkan perang melawan siluman Covid-19 sebaiknya pemerintah menghentikan himbauan-himbauan dan menggantinya dengan perintah-perintah yang tegas dan Jelas serta berlaku secara vertikal dan horizontal, plus sanksi–sanksi nya yang membuat efek jera.

Memang hal ini kemungkinan akan menimbulkan tuduhan-tuduhan bahwa pemerintah telah bertindak otoriter dan melanggar HAM.Bila demikian patut kita pertanyakan apakah siluman Covid-19 tidak bertindak otoriter dan melanggar adanya HAM ?

Jelas begitu ! Bahkan “dia” sudah bertindak amat fasistis dan kejam ! Dengan demikian bila kita berpegang pada ajaran-ajaran Bung Karno yang berhubungan dengan cara mengalahkan fasisme kita dapat menggunakan cara “ordinary military strategy plus mass struggle “ Stategi militer biasa dipadu dengan perjuangan massa. Untuk strategi militer adalah mudah kita dapat mempergunakan dalil dalil Carl Von Clauzewits. Yang sulit adalah melakukan perjuangan massa untuk melawan siluman covid-19.

Bagaimana caranya kita dapat memobilisasi seluruh kekuatan massa rakyat bahkan seluruh bangsa ini agar bangkit melawan siluman covid-19 ? apakah hal tersebut dapat dilaksanakan oleh kita khususnya pemerintah ? Jawabnya adalah pasti bisa! Namun sejak saat ini pemerintah harus segera melaksanakan indoktrinasi nation and character building yang sehebat-hebatnya.  Ya! Pendidikan pembangunan watak dan jiwa bangsa kepada seluruh lapisan masyarakat, kalau hendak mengalahkan siluman Covid-19 yang fasistis berbarengan dengan percepatan vaksinasi keseluruh tubuh bangsa serta pelaksanaan protokol dan aturan kesehatan yang amat ketat. Dan sanksi yang tegas !

Kalau saya menulis artikel ini sedikitpun tidak ada niat hendak menggurui atau mendikte pemerintah apalagi Presiden dalam mengambil kebijaksanaan maupun keputusan.

Lebih lagi dengan pemikiran yang sok tahu lebih tahu dari pemerintah. Sama sekali tidak ! Apa-apa yang saya kemukakan disini hanyalah sekedar pengalaman-pengalaman yang pernah saya alami dan melakukan analisa dengan metode berfikir Bung Karno yang dapat saya kuasai sejauh ini.

Semoga ada manfaatnya bagi kita semuanya .***

Jakarta, 24 Mei 2021,-

Guntur Soekarno

Pemerhati Sosial

-BERSAMBUNG-

(Red-01/Foto.ist)

Before,

Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944 – 2021 – (1)  | KORAN JOKOWI

 

Tentang RedaksiKJ 3808 Articles
MEDIA INDEPENDEN RELAWAN JOKOWI : *Alumni Kongres Relawan Jokowi 2013 (AkarJokowi2013), *Aliansi Wartawan Non-mainstream Indonesia (Alwanmi) & Para Relawan Jokowi Garis Lurus lainnya.

4 Trackbacks / Pingbacks

  1. Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944- 2021 – (5) : "PERLUNYA PARTAI MEMPUNYAI DAERAH BASIS" | KORAN JOKOWI
  2. Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944- 2021 – (5), “ RIBUT-RIBUT JOKOWI PRESIDEN 3 PERIODE “ | KORAN JOKOWI
  3. | KORAN JOKOWI
  4. Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944- 2021 – (8), "HUJAN KRITIK UNTUK PRESIDEN JOKOWI" | KORAN JOKOWI

Tinggalkan Balasan