Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944 – 2021 – (1) 

Diary, GUNTUR SUKARNOPUTRA 1944 – 2021 – (1) 

RELLY MOBIL DI TAHUN 1960 – AN

———————————-

Mohammad Guntur Soekarnoputra dilahirkan di Jakarta3 November 1944, putra sulung alm.Ir. Sukarno – alm.Hj.Fatmawati , adalah pribadi sederhana dan egaliter buktinya kepada KoranJokowi.com pun beliau masih menyempatkan waktu untuk berbagi ‘bagian kecil perjalanan hidupnya. Terimakasih kepada adinda Rudy yang telah memfasilitasinya. Semoga Om Guntur / Om Gun / Mas Tok senantiasa diberikan kesehatan, mohon maaf lahir bathin, Aamiin Yarabil’alamin.

—————————

KoranJokowi.com, Bandung : Atas prakarsa Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bandung diadakanlah Jawa Barat Pariwisata Relly (Jabarpar Relly) untuk menggalakan dunia pariwisata di Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya. Panitia pelaksana di Bandung dimotori serta dipimpin oleh seorang pakar di dunia automotive Jawa Barat     TB Drajat Martha. Minat dari para pencinta dunia automotive ternyata luar biasa terdiri dari berbagai kalangan dari pemuda, mahasiswa;pejabat, selebriti dan lain sebagainya

Tercatat nama nama beken seperti  Ali Sadikin, Tinton Suprapto, Tien Samantha, Tuti Suprapto dan yang lainnya. Ketika itu aku turut partisipasi sebagai seorang mahasiswa jurusan tehnik mesin ITB dengan Purnomo Santoso sahabatku dari jurusan Geodesi ITB. Aku bertindak sebagai pilot (pengemudi) dan Purnomo sebagai co-pilot.

Sedangkan mobil yang ku kendarai adalah sebuah mobil Fiat Sport 850 yang di sponsori oleh Daha Motor. Aku mendapat sponsor dari Daha Motor berkat jasa Ibu ku yang mengenal baik pemilik Daha Motor yaitu pengusaha tenar Dasaad dan Hasyim Ning, sebenarnya Ibu ku tidak setuju aku turut ajang relly karena khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti mogok di jalan, kecelakaan dan lain-lain, namun setelah ku bujuk dan ku jelaskan apa relly mobil itu dan factor-faktor keamanan nya akhirnya Ibu ku menyetujui.

Adapun co-pilot ku, Purnomo memang seorang pengemudi yang sangat handal dan dapat dipercaya. Ia adalah putra dari Mayjen (Purn) Santoso yang jabatan terakhirnya adalah Sekretaris Militer Presiden. Sejak sama-sama duduk di SMA memang kita sudah sering ngebut berdua sampai keluar kota Jakarta, seperti ke Puncak, Cianjur, bahkan Sukabumi, Garut dan seterusnya.

Start relly dilakukan oleh Mashudi Gubernur Jawa Barat saat itu di Jalan Asia Afrika; trayek pertama adalah Bandung, Lembang dan lanjut ke Maribaya untuk menikmati keindahan air terjunnya dan sumber mata air panas. Dalam etika relly mobil perally baik pengemudi (pilot) maupun co-pilot maksimal boleh mengemudi selama 4 jam setelah itu harus bertukar pengemudi untuk beristirahat (sedapat mungkin tidur). Relly biasanya dibagi beberapa trayek dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu

Misalnya ada trayek sejauh 40 km yang harus dilalui dengan kecepatan konstan 30 km/jam, ada juga trayek jalan yang berlumpur atau berbatu batu dengan kecepatan tetap (konstan) 50 km bahkan 70 km /jam. Ada juga trayek khusus dengan kecepatan : ngebut dengan kecepatan maximal kecepatan dapat mencapai 120 km/jam bahkan lebih.

Adapun kota-kota yang dilalui seingatku adalah Cianjur, Sukabumi, Bogor, Banten juga Purwakarta. Di Purwakarta rombongan relly menginap di komplek waduk Jati Luhur untuk beristirahat.

Trayek kecepatan maximal

Di Jatiluhur ada sebuah trayek khusus untuk kecepatan maximal artinya untuk mencapai titik finish peserta relly harus “ngebut-ngebut” secepat mungkin, siapa yang tercepat waktunya dialah yang menjadi pemenang. Ternyata di trayek khusus ini aku adalah yang mencapai waktu tercepat. Ketika sedang melaju kulirik speedometer mobil menunjukan angka 130 km/jam. Saingan beratku saat itu adalah Tinton Suprapto yang dikenal sebagai jago “Ngebut” dijalan raya Jakarta.

Malam harinya kita sempat ngobrol-ngobrol dengan Bang Ali Sadikin yang punya ide untuk membuat relly di Jakarta. Keesokan harinya dilanjutkan dengan trayek yang cukup berat yakni melalui jalan-jalan yang berlumpur kemudian jalan berbatu-batu, masuk keluar perkebunan-perkebunan karet.

(Bang Ali Sadikin)

Di jalan yang berbatu-batu aku rasanya terbanting-banting di tempat duduk ku walaupun safety belt sudah kugunakan seerat mungkin. Setelah terbanting banting selama + 2 jam terus menerus aku merasa kelelahan dan kuminta ganti pengemudi sehingga aku dapat beristirahat untuk selama 4 jam perjalanan.

Pengalaman lain yang menarik adalah ketika melaju kearah Sukabumi ternyata jalan kesana banyak patok-patok tanda kilometer di pinggir jalan yang hilang sehingga kita tidak dapat menghitung waktu dengan tepat ibaratnya terbang bebas, jadi perkiraan jarak dan waktu hanya dapat dilakukan dengan perkiraan saja. Perhitungan jarak hanya dapat dilakukan dengan melihat terus menerus penunjuk jarak yang ada pada dash board mobil. Disinilah perlunya ada seorang co-pilot yang handal dalam menghitung jarak tempuh sehingga kita dapat mencapai titik henti secara tepat waktu.

Kejadian lain yang menarik adalah ketika kita melewati peserta wanita yang ban mobilnya kempes dimana mereka terpaksa setengah mati mendongkrak mobilnya dan mandi keringat. Jangan tanya nasib tata rias wajah mereka. Hal ini dialami oleh Tuty Suprapto yang selebritis dengan co-pilotnya. Apa boleh buat kita tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong mereka, paling paling kita melambaikan tangan sambil senyum-senyum pepsodent!

Melihat kelakuan kita mereka hanya bisa menggerutu dengan muka yang masam!

Ibu-ibu selamat kerja bakti !!

Jakarta, 18 Mei 2021.

Guntur Soekarno

Pemerhati Sosial

-BERSAMBUNG-

Tentang Koran Jokowi 4104 Articles
MEDIA INDEPENDEN RELAWAN JOKOWI : *Alumni Kongres Relawan Jokowi 2013 (AkarJokowi2013), *Aliansi Wartawan Non-mainstream Indonesia (Alwanmi) & Para Relawan Jokowi Garis Lurus lainnya.