
#Melawan Lupa – (1); The Smiling General, “DARAH ITU MERAH JENDERAL !”
KoranJokowi.com, Bandung : Ternyata, di bumi yang kita pijak ini hanya ada 8 orang perwira tinggi militer, dalam arti dengan pangkat Jenderal bintang lima, atau Jenderal Besar. 5 orang dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (US Armed Forces), dan 3 orang lainnya dari TNI Angkatan Darat.
Mereka adalah Jenderal Besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman, Jenderal Besar TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution dan Jenderal Besar TNI (Purn.) Soeharto. Yang ke-3 nya mendapatkan penghargaan bintang lima, pada Hari Ulang Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, 5 Oktober 1997. ‘Keren !!
Kali ini sengaja saya ingin berbagi ‘informasi yang mungkin terlupakan oleh Teman teman KoranJokowi.com dan Para Relawan Jokowi dimana saja berada, dialah ‘The Smiling General, Jenderal Penuh senyum kelahiran Desa Kemusuk, Bantul, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun.
Ya dialah Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto, ‘The Smiling General.
Sejak awal repelita 1969/1970, pemerintahan Soeharto dalam membenahi bangsa pasca G30S/PKI 1965 terpaksa menciptakan utang luar negri, dan di periode tahun 1969 kita sudah berhutang sebesar US$ 2,3 miliar atau 27 % dari PDB, dengan ...(anggap saja) .… nilai tukar rupiahnya sekitar Rp.250 -300 atau setara > Rp.5 trilyun saat itu ?
Dan karena lemahnya pengawasan bahkan memang sengaja demikian, hutang itu dikorupsi, baik oleh pejabat Indonesia bersama pejabat pihak kreditor, tak terkecuali Bank Dunia.Dan hal ini di-amini oleh Prof. Sumitro Djojohadikusumo bahwa hutang negara itu 30%-nya memang dikorupsi
Pengangguran dan kemiskinan di periode tahun 1970-1980 > 40 juta dari jumlah penduduk > 70 juta, disatu sisi, di periode yang sama ini muncul golongan kelas menengah dan orang kaya baru sehingga menyebabkan munculnya ritel modern dengan format supermarket dan departement store yang diperuntukan bagi mereka, bahkan beberapa pusat hiburan , miras, narkoba (candu/morphine dsb) dan judi pun marak.
Mereka yang kemudian disebut ‘Kelompok anak muda Borju, menikmati hidup dengan segala fasilitas orang tua. membuat ketimpangan dan sentimen sosial pun meningkat.
Orang muda yang berasal dari pedesaan dan sudut sudut kumuh berpindah ke kota untuk mencari pekerjaan, namun rupanya tidak semudah apa yang dikira, pengangguran pun meningkat dan mereka harus ‘survive di kota kota besar. Termasuk menggunakan HUKUM RIMBA !
Apakah Kusni Kasdut, Jhonny Naga, dsb dst … adalah bagian dari itu semua?
Yang jlas, … situasi makin kacau, pemerintah tetap meyakini bahwa angka kemiskinan/pengangguran turun hingga 20%, namun nyatanya banyak orang tidak bisa makan. Dan mereka pun menjadi orang orang buas. Hingga akhirnya munculah PETRUS !!, …..atasnama konstitusi !
Awalnya, Petrus adalah suatu operasi rahasia tahun 1980-an, namun kemudian menjadi ‘terbuka, show of force, dengan alibi Shock Theraphy’pada masa Pemerintahan Soeharto pada tahun 1980-an untuk menanggulangi tingkat kejahatan yang begitu tinggi pada saat itu. Operasi ini secara umum adalah operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat khususnya di Jakarta dan Jawa Tengah. Pelakunya tak jelas dan tak pernah tertangkap, karena itu muncul istilah “PETRUS” (penembak misterius)
‘Terbuka, show of force, dengan alibi Shock Theraphy’…. melegalkan bagaimana mayat2 itu ditemukan di semak – semak, sungai, tebing, pasar, dsb. dengan luka menganga dsb. Bahkan saya pernah melihat ada bangkai Petrus daerah Cipinang, Jaktim yang kemudian diseret2 anjing dari kali sekitar. ‘Ogh, my God !
Petrus berawal dari operasi penanggulangan kejahatan di Jakarta. Pada tahun 1982, Soeharto memberikan penghargaan kepada Kapolda Metro Jaya, Mayjen Pol Anton Soedjarwo atas keberhasilan membongkar perampokan yang meresahkan masyarakat. Pada Maret tahun yang sama, di hadapan Rapim ABRI, Soeharto meminta polisi dan ABRI mengambil langkah pemberantasan yang efektif menekan angka kriminalitas.
Hal yang sama diulangi Soeharto dalam pidatonya tanggal 16 Agustus 1982. Permintaannya ini disambut oleh Pangopkamtib Laksamana Soedomo dalam rapat koordinasi dengan Pangdam Jaya, Kapolri, Kapolda Metro Jaya dan Wagub DKI Jakarta di Markas Kodam Metro Jaya tanggal 19 Januari 1983. Dalam rapat itu diputuskan untuk melakukan Operasi Clurit di Jakarta, langkah ini kemudian diikuti oleh kepolisian dan ABRI di masing-masing kota dan provinsi lainnya
Apa benar korban PETRUS hingga 10,000 orang ?
Salahkah The Smiling General?
(Red-01/Foto.ill/ist)
-BERSAMBUNG-
6 Trackbacks / Pingbacks