RELEVANSI KE ARIFAN LOKAL “ MARSIADARI” di ERA PANDEMI COVID-19
KoranJokowi.com, Jakarta : Menurut Kamus Batak Toba- Indonesia karangan Richard Sinaga, arti kata marsiadapari,adalah bekerja secara Bersama dan bergiliran ; bergoyong royong. Kata bermakna gotong royong diberbagai daerah berbeda-beda. Misalnya, Di Minahasa disebut : Mapalus, Belale atau pengerih di Kalimantan Barat, Alak Tau dari Suku Dayak, Subak di Bali.
Marsiadapariatau marsirumpa dari Batak Sumatera Utara. Dan lain- lain. Marsiadapari seperti judul diatas, merupakan sebuah kerja sama antara petani untuk melakukan tugas bersama dan bergiliran seperti mencangkul ketika mulai menggarap sawah, setelah selesai masa intirahat usai panen , yang disebut mangombak balik atau mecangkul untuk membalikkan tanah .Artinya, tanah yang dibawah menjadi diatas.
Demikian pengertian sederhananya. Bisa juga marsiadapari dilakukan pada saat menanam padi. Pengalaman penulis pernah melakukan marsiadapari dengan tiga orang teman sekampung dan satu kelas di kelas empat Sekolah Rakyat ( SR) tahun 1959 bersama tiga orang lainnya .Terlebih dahulu disepakati, ke ladang /kebun siapa duluan, secara bergiliran ke ladang saya (A/Ringo-penulis-red)_duluan besoknya keladang si B hari ketiga ke ladang si C dan hari ke empat.Kembali lagi ke ladang saya hari kelima , dan seterusnya sehingga pengerjaannya le sendiri. Hal ini juga berlaku waktu musim menanaman padi, dan waktu panen. bih cepat selesai, dari pada dikerjakan sendiri dalam waktu 4 hari. Dikerjakan degan metode marsiadapari (gotong royong ) secara bergiliran hasilnya lebih luas yag dikerjakan ketimbang dikerjakan sendiri
Istilah Siadapari diambil dari istilah adat Batak Toba. Ada pepatah mengatakan “ Sisoli-soli do uhum, Siadapari gogo” Artinya, ini hukum memberi dan menerima yang Bahasa kerennya take and give.Apa yang ditanam itulah yang dituai. Tanam Tuai. Jika seseorang melaksanakan acara adat, kita hendaknya menghadiri sesuai dengan peran kita, agar kalo kita mengadakan acara serupa ( acara adat-red) akan dihadiri orang lain pula. Istilah dan nilai adat tersebut diadaptasi dan di implementasikan dalam dunia kerja masyarakat adat itu,,yaitu para petani . Jadi marsiadapari dilakukan secara bersama-sama dan bergiliran.Menurut hasil penelitian Salli Sipahutar yang disusun menjadi Sikripsi berjudul , “ Kearifan lokal marsiadapari dalam aktifitas etnik Batak Toba di desa Gempolan Siku Kabuaten Serdang Bedagai Kecamatam Sei bamban” ( Program Study Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial , Universitas Medan ,2017). Marsiadapari adalah pemberian tenaga kerja atau jasa yang tidak memberikan upah. Marsiadapari membuat masyarakat desa Gempolan Siku meningkatkan solidaritas yang tinggi; salah satunya saling membantu seperti dalam hal menanam padi.
Kegiatan marsiadapari dalam penanaman padi ditengah masyrakat tidak lupa membawa peralatan-persltsn dalam pennaman padi.Setiap pesrta lengkap dengan eralatan masing-masing. Mereka tidak membebanitun rumah. Menurut informan yang diwawncarai penuis, kegiatan yang dilakukan dalam kearifan lokal marsiadapafik sangat ,,bantu men diatas , marsiadapari yang diadaptasi menghemat uang dan mempercepat pekerjaaan pada saat menanam padi. Dan apa yang disampaikan diatas,marsiadapari yang diadaptasi dan di implementasikan kedalam metode ke petani, menjadi kearifan lokal yang terpelihara dalam masyarakat yang berani. Dampak yang lebih luas adalah , solidaritas dan soliditas masyarakat. Ada persamaan senasib dan sepenanggungan yang terbangun dengan baik.Kenapa ? biasanya petani menghadapi serangan hama atau tikus.Jika musim tanam tidak serempak, kemungkinan besar, tanaman merek akan mudah eiwerqng hama atau tikus. Jika mereka sempak memulai musim tanam, kemungkinn hama atau tikus bisa dihindari.
Marsiadapari ialkukan secara Bersama-sama dan bergil.iran dan juga dalam rangka supaya bisa elakukan musm tanam yang sama. Jadi jarak menanam di satu lahan swah yang berdekatan , diuat waktunya hampir bersamaan . Mereka menghilangkan ego, dan memikirkan kepentingan kepentingan bersama menghadapi hama atau tikus. Berdasatkan pengalaman marsiadapari dan kerja berama ,mereka jauh lebih kuat karena dengan semangat bersama, mefreka tidakmudah letih dan daya tahan kerja lebih lama.Mereka saling menyemangati dan seakqn ada kekuatan tambahan Ketika mereka bekerja besarma. Lalu apa relevansi nilai kearifan lokal marsiadapari yang mengembagkan sikp gotong royong, sebagaimana diamnatkan Pancasila kepada kita., masyarakat Indonesia? Mungkin learifamn lokal marsiadapari ini bisa menjadi contoh konkrit pelaksanaan nili gotongroyong berdasarkan Pancasila , dasar negqra kita. Bagaiman menghilangkan ego sectoral dan membangun kebersamaan dengan bergootong royong ; Bagaimana membangun perasaan senasib dan sepenanggungan memghadapi hamq dan masalah bangsa, sepertri pandemic corona ini. Jika semua komponen dan elemen bangsa, in bisa bekerjasama an bergotong royong , menghilangkan kepentingsn diri sendiri dan golongannya ,
Pandemi ini akan lebih mudah kita atasi.. Jika kita bisa membangun solidaritas dsn soloiditas xebagai anak bangs yng berdasarkan Pancasila, ini teus kita kumandangkan , dan implementasi dalam kehidupan sehari-hari, kita akan kuat bahkan lebih kuat, karena bekerja Bersama-swama. Penulis berpikir dan berandai-andai, sekiranya prinsip dan metode marsiadapari ini dilakukan oleh Ibu Risma Harini walikota Surabaya, dan ibu Kofifah Gubernur Jatim dala enggunakan mobil PCR Lab di Jawa Timur akan sangat baik.. Hari ini semua dimaksimalkan di Surabaya, dua hari lagi I Tulung Agung, lanjut di Lamongan . Kerjasama yang baik dan saling mendukung dalam semangat gotong royong , betapa indahnya, Tidak perlu marah-marah dan saling menyalahkan . Tidak perlu diviralkan sehingga ditonton masyarakat dan menjadi contoh ego sectoral dan kurangnya koordinasi antara pemerintah Provinsi dan pemerintah Kabupaten/kota.
Semangat Kerjasama dan gotong royong akan membuat rakyat tenang dan akan ikut bergotong royong juga. Jika para pemimpin tidak dapat marsiadapari dan bergotong royong , bagaimana rakyat mengikutinya?, Mungkin nilqi dengan prinsip gotong royong seperti marsiadapari ada juga dalam budaya Jawa Timur atau daerah lain yang bisa kita gali dan pelajari serta kita aktualisasikan dimasa pandemic ini. Dengan demikian masyarakat Indonesia bisa belajar dari kearifan lokal yang merupakan warisan budaya leluhur kita untuk meghadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sudah saat nya kita mau belajar dan mau menggali nilai-nilai luhur budaya untuk membantu kita membangun persatuan , kebersamaan dan gotong royong menghadapi masalah pandemic. Pandemi covid-19 adalah musuh Bersama kita harus kita hadapi bersama cadngan Kerjasama yang baik dengan nilai-nilai luhur yang Pancasila. Sekecil apapun yang dapat kita lakukan kepada bangsa ini sangat berarti untuk kepentingan Bersama. Lakukanlah itu.( Ring-o)
Be the first to comment