Eko Kuntadhi :
EDY MULYADI, AZAM KHAN, PKS DAN MONYET
Oleh: Eko Kuntadhi
Namanya Azam Khan, bukan Shahrukh Khan. Kalau dia ditanya sama orang siapa namanya, dia akan menjawab dengan yakin, My Name is Khan. Tapi sekarang Azam malah mengakui dirinya sebagai monyet. Pengakuan ini agar dia terbebas dari kemarahan rakyat Kalimantan, karena omongannya yang menghina masyarakat di sana.
Kisahnya begini, Azam duduk di samping Edy Mulyadi saat konferensi pers untuk menolak ibukota baru. Isi konferensi pers Edy Mulyadi memang lebih terkesan sebagai provokator ketimbang dia ingin menyampaikan pikiran-pikiran yang jernih. Dalam salah satu pembicaraannya, Eddy bertanya, siapa yang akan tinggal di ibukota baru itu nanti? Azam dengan nada meyakinkan menjawab, “hanya monyet!”
Rakyat Kalimantan marah pada omongan Azam itu. Tapi Azam berkelit. Katanya, kalimat hanya monyet itu diperuntukkan untuk dirinya sendiri. Azam kayaknya terpaksa mengaku sebutan monyet itu untuk dirinya sendiri ketimbang ia diburu Panglima Burung yang tersinggung karena penghinaan Azam.
Monyet banget, kan Azam?
Azam Khan adalah seorang pengacara Rizieq yang juga menjadi pembela gerombolan terlarang, Hizbut Tahrir Indonesia. Dia juga aktif di Gerakan 212. Resminya jabatan Azam Khan sekarang adalah Sekretaris Jenderal Koordinator Bela Islam (Korlabi).
Di sebelah Edy dan Azam, saat konferensi pers itu duduk juga Ahmad Khozinudin. Salah seorang pentolan HTI, pengasong Khilafah yang juga pengacara Rizieq. Jadi kalau Edy dikelilingi oleh gerombolan khilafah kita maklum kalau kemudian dia dengan keras menolak ibukota baru.
Jangankan ibukota. Negara Indonesia saja juga ditolak sama gerombolan ini.
Edy sendiri adalah mantan Caleg PKS. Karena kasus ini kemudian Edy dilepehin sama PKS dengan tidak diakui sebagai kader partai tersebut.
Tapi mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring membela Edy. Tifatul bilang rakyat Kalimantan jangan baperan. Maksudnya jangan tersinggung kalau wilayahnya disebut tempat jin buang anak. Orang Jin aja gak tersinggung difitnah buang-buang anak. Jangan marah kalau disindir yang tinggal di sana hanya monyet.
Itu nasihat Tifatul buat masyarakat Kalimantan.
Apapun ceritanya, Edy Mulyadi adalah mantan Caleg PKS. Perilaku politiknya juga senada dengan perilaku politik PKS. Masa sih PKS gak mau mengakui bahwa Edy bagian dari partai itu?
Langkah PKS nglepeh Edy ini mirip cicak yang selalu memutus ekornya sendiri ketika ia sedang terancam bahaya. Padahal kalau dipikir-pikir, kebiasaan cicak memang begitu, memutus ekornya sendiri untuk menyelamatkan diri.
Tapi perilaku sapi seharusnya gak begitu. Kalau sapi memutus ekornya sendiri, kan bakalan jadi sop buntut.
Kalau kita perhatikan, sebetulnya yang selalu membuat ulah, membuat keributan, ya mereka-mereka saja. Lingkarannya gak jauh-jauh. PKS, gerombolan khilafah, 212, lingkarannya Rizieq, FPI, orang-orang yang suka mengasong agama untuk tujuan politik.
Perhatikan deh. Orangnya itu-itu saja.
Demikian juga mereka yang akhirnya terperosok ke dalam kekerasan dan aksi teror. Ya, lingkarannya juga sama. Muaranya juga sama ke sana-sana juga.
Hari ini misalnya, atau kemarin, itu digelar sidang Munarman. Munarman disangkakan sebagai dalang proses baiat kepada kelompok teror di Suriah. Dia baiat di berbagai kota. Sebagian alumni baiat itu tumbuh menjadi algojo yang kemudian membuat aksi peledakan bom di gereja Surabaya dan Filipina.
Anda mau tahu pengakuan saksi yang juga Ketua DPC FPI di Makassar ini, yang menggagas acara baiat-baiatan itu. Karena dia diinspirasi oleh ceramahnya Rizieq yang terang-terangan mendukung gerombolan-gerombolan teroris di sana.
Bukan hanya ceramah. Ada dokumen resmi dari FPI yang menyatakan dukungan pada tokoh-tokoh teroris kelas dunia tersebut. Jadi kalau ada yang bilang, FPI itu gerakan dakwah, buktinya gak begitu. Mereka adalah gerakan politik yang menghalalkan kekerasan.
Nah, lingkarannya juga itu-itu juga. Azam, pembela Rizieq, Rizieq ke Munarman, Munarman bikin baiat. Ada Edy Mulyadi, ada PKS. Muter-muter di situ-situ aja.
Kembali kepada kasus Edy. Edy dan Azam itu adalah bagian dari mereka. Mereka sebetulnya menyambut apa yang disuarakan PKS di parlemen. PKS adalah satu-satunya partai yang tidak setuju perpindahan ibukota.
Isu soal perpindahan ibukota ini sepertinya mau dijadikan landasan untuk melakukan proses pergerakan massa atau hoax secara masif.
Dari ketidaksetujuan PKS di parlemen, lalu lahirlah narasi-narasi yang bohongnya naudzubillah kasarnya. Pentolan PKS sendiri, Hidayat Nur Wahid mengompori rakyat dengan seruan referendum.
Mereka hendak menggoreng isu ini menjadi protes nasional. Syukurlah rakyat sudah makin pintar. Pembohongan model begini udah gak laku lagi.
Waktu konferensi pers kemarin kebohongan itu nyata banget. Eddy sesumbar bahwa yang akan membangun ibukota baru adalah investor dari China. Padahal orang juga ngerti yang investasi itu adalah investor dari Uni Emirat Arab.
Jadi omongan Edy soal investor China, warga negara China, itu benar-benar bullshit.
Tapi memang orang-orang kayak begini tuh gak pernah peduli dengan data dan fakta. Yang mereka butuhkan adalah isu, adalah suasana bersama untuk mencari keributan.
Yang penting, apapun isunya, yang akan dimainkan bolak-balik lagi ke situ lagi ke situ lagi, China atau PKI. Jualannya memang gak berubah-berubah. Gak pernah berkembang. Itu yang selalu dimainkan oleh para gerombolan pengasong agama ini. Gak pernah berkembang.
Untung saja masyarakat udah sedikit cerdas. Jadi kita tahu bahwa itu semua bohong dan masyarakat Kalimantan sekarang sedang marah. Menggugat, menuntut, bahkan ada yang konferensi pers dengan pakaian adat, karena mereka tersinggung atas omongan Edy ini.
(Red-01/Foto.video.ist)
Lainnya,
EDY MULYADI, AZAM KHAN, PKS DAN MONYET – Cokro TV
MARTIR DEMOKRASI & PANCASILA ITU BERNAMA HABIB KRIBO – KORAN JOKOWI
SEMANGAT BUNG KARNO ADA DI ACARA NATAL TAHUN BARU GANJARIS JAKARTA !? – KORAN JOKOWI
Be the first to comment