
Setiana, Sahabat Setiana.
“Lady with the lamp”
Koranjokowi.com, Profil :
Kemarin (15/9) kami , Koranjokowi.com & Ganjar Pranowo Center (Gran Center) menghadiri silahturahmi ‘Sahabat Setiana’ disebuah kedai makan kawasan Kelapa gading, Jakarta utara. Yang kebetulan dikordinir oleh Jimmy J.Hongarius , Dewan Redaksi Koranjokowi.com & Sekjen Gran Center.
Disini pula kami bertemu teman dan saudara saudara yang pernah aktif sebagai Relawan Jokowi-Ahok sejak thn.2013 lalu yang kini pastinya ‘pendukung capres Ganjar Pranowo tahun 2024, yaitu ;Kelompok Flobamora Jakarta utara, Paguyuban Pegangsaan Jakarta Utara, M1R – Maluku Satu Rasa, Ganjaris Jakarta Utara, Alumni Vincencius Jakarta, Herman, Pieter, Nana, Gereja Katolik Salib Suci, Rumah Kebangsaan Ganjar, FX.Xaverius Tanjung Priuk, dsb.
Selaku ‘Tuan Rumah , Setiana , kelahiran 16 Desember 1972 ini dikenal lama sebagai pemilik puluhan sekolah yang disebut st Anna, yang dikenal dengan program membiayai sekolah gratis untuk anak-anak tidak mampu. Juga sosok perempuan Indonesia yang demikian ‘concern dalam dunia pendidikan nasional khususnya soal akses, pemerataan dan kualitas pendidikan, juga memastikan dunia pendidikan yang ramah terhadap anak.
“Setia kepada pribadi, setia kepada keluarga, setia kepada masyarakat, setia kepada bangsa dan negara dan setia kepada agama’, seperti itulah sosok Setiana yang kami sampaikan saat diberikan waktu untuk memberikan sambutan. Setiana saat ini tercatat sebagai Caleg DPRD DKI Jakarta 2 dari partai PDI Perjuangan, dengan No urut 9 khususnya untuk kecamatan Cikoding 1000 (Cilincing, Koja & Kelapa gading + Pulau 1000), yang disediakan 9 kursi disana untuk tahun 2024-2029 yad. Bertarung sesama kader PDIP diantaranya Agustina H (Tina Toon), Johny Simanjuntak, SH dsb. Bukanlah perkara mudah.
Kalau pun belum mengenal dekat, namun kami yakini Setiana mampu menuju mimpinya. Kami telah berani simpulkan jika sosok Setiana ini telah berada dalam kehidupan yang dalam Islam disebut dengan “Kesalehan Sosial” satu dimensi & jenjang rohani orang yang sangat peduli dengan nilai-nilai relijius & bersifat sosial. Bersikap santun pada orang lain, suka menolong, sangat concern terhadap masalah-masalah ummat, memperhatikan dan menghargai hak sesama; mampu berpikir berdasarkan perspektif orang lain, mampu berempati, mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan seterusnya.
Florence ‘Lady with the lamp
Saat break di smoking-room, seorang rekan relawan asal Pagaralam Sumsel mengirim link tentang sosok perempuan dahsyat dunia, namanya Florence Nightingale, entah apa maksudnya, Namun menarik untuk dibaca. Check it dot.
Florence hidup disekitar tahun 1820-1910, dikenal sebagai pelopor perawat modern, dikenal dengan nama Bidadari Berlampu ( The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
Florence-lah yang menginisiasi konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetail menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.
Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam keluarga sederhana, namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan, Florence, merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
Menjelang remaja ekonomi keluarganya demikian baik sehingga disegani masyarakat sekitar, namun Florence tetaplah Florence yang sederhana dan dekat masyarakat kecil sekali pun. Sedangkan saat itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan. Dia benar benar jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan,

Namun keinginan ini ditentang keras orang tua dan keluarga, karena menganggap profesi perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Namun dia tetap ‘keukeuh, bahkan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati di sana. Selama empat bulan ia belajar banyak ‘humanism’ kalau pun dia bekerja di rumah sakit untuk orang miskin baik di Jerman hingga Prancis.
Saat perang tahun 1854 di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara Prancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, tetapi yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka. Dan hanya Florence satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri sebagai relawan medis. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, tetapi karena tidak adanya perawatan yang maksimal. Bahkan tampak potongan tubuh hasil amputasi yang menumpuk seolah sampah. Dia pun memimpin gadis-gadis sukarelawan medis
Kemudian dia pun memimpin ‘pasukan medisnya’ 21 Oktober 1854 berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal. Dimana ditemui banyak prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan dijalanan dan tanpa ada yang merawat.
Ya saat itu para Dokter dalam kepanikan melakukan pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja di luar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya mengeluarkan bau tak sedap.
Keberadaannya disana bukan membuat simpati, khususnya para ibu di Inggris, semakin menentang anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya di mana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada di bawah pengawasan Biarawati Kepala.
Seiring waktu karena ;keteguhan dan kenekatannya, Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah perawat dan ini terjadi sejak thn.1882 . Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini. “Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya.”
Florence meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris. Florence adalah sosok perempuan dunia sederhana yang hidup matinya untuk Tuhan. Dimuliakanlah dia dalam surga-Nya,amin.
‘Sampai tulisan ini tayang, kami , Koranjokowi.com & Gran Center berharap bahwa Indonesia punya Florence- Florence lain dalam bidang masing-masing. Semoga Setiana semakin termotivasi menjadi ‘Pelayan Tuhan dalam bidang dan karirnya, karena dia dikelilingi sahabat – sahabat setianya. Amin Yarabil’alamiin.
(Red-01/Bi2b/Rahma/Empy/Doly/Lina-Foto.ist)
Lainnya,
Melawan Lupa (148), ” TRAGEDI MANGKOK MERAH BUKAN SEKEDAR MANGKOK BIASA “
Be the first to comment