
PAPUA MEMBARA 19 AGUSTUS 2019, “VICTOR YEIMO AKAN DIHUKUM MATI !?”
KoranJokowi.com, Bandung : Sejak 19 Agustus 2019, Bangsa dan Negara besar seolah ‘panas’ karena marak unjuk rasa di beberapa kabupaten dan kota di provinsi Papua dan Papua Barat, Indonesia, yang sebagian disertai dengan kerusuhan. Aksi unjuk rasa tersebut dilakukan untuk menyikapi peristiwa penangkapan sejumlah mahasiswa asal Papua oleh aparat kepolisian dan tentara di beberapa tempat di Jawa Timur pada tanggal 17 Agustus 2019.
1.Pada 19 Agustus 2019, ribuan orang berunjuk rasa di Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat Unjuk rasa ini berubah menjadi kerusuhan yang mengakibatkan terbakarnya gedung DPRD setempat. Selain fasilitas umum, beberapa properti pribadi juga dibakar. Beberapa dari para pengunjuk rasa membawa bendera Bintang Kejora – bendera lama Nugini Belanda yang digunakan oleh Organisasi Papua Merdeka – sambil meneriakkan slogan-slogan pro kemerdekaan.
1.Mereka lupa, Di Indonesia, tindakan tersebut dapat dihukum hingga 15 tahun penjara. Ekonomi lumpuh akibat kerusuhan ini, bahkan warga luar papua banyak yang mengungsi hingga keluar Papua.
2.Di Jayapura, ibu kota Provinsi Papua, ratusan pengunjuk rasa menurunkan bendera Merah Putih di depan kantor gubernur. Para pengunjuk rasa juga memblokir jalan ke Bandar Udara Sentani.
3.Hal serupa terjadi di Sorong, beberapa pengunjuk rasa berpakaian monyet. Massa menyerbu Bandar Udara Domine Eduard Osok dan melakukan anarkisme. Penjara kota juga dibakar, mengakibatkan 258 orang narapidana serta tahanan melarikan diri dan melukai beberapa penjaga penjara.
4.Di Timika lebih dari 4.000 orang menghancurkan hotel dekat gedung DPRD Kabupaten Mimika. Termasuk menjarah toko reparasi mobil lokal untuk menyediakan ban bagi para pengunjuk rasa untuk dibakar. 3 polisi juga dilaporkan terluka akibat bentrokan tersebut.
5.Ribuan pengunjuk rasa juga berunjuk rasa di kota Fakfak pada 21 Agustus. Massa membakar pasar lokal dan gedung kantor. Selain itu, para pengunjuk rasa memblokir jalan ke Bandar Udara Torea Fakfak.
6.Kemudian demo ini menyebar hingga Merauke, Nabire, Yahukimo , Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan Denpasar, Kabupaten Deiyai berjumlah 5.000 orang, Wamena, Paniai, Yahukimo, dan Dogiyai di samping kota-kota di luar Papua seperti Makassar.
7.Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia pun melakukan perlambatan akses internet di sekitar Sorong dalam suatu langkah yang dinyatakan sebagai langkah untuk memerangi disinformasi. Juga menutup akun media sosial yang “berbagi konten provokatif”. Penutupan internet tersebut menyebabkan unjuk rasa lain terhadap kementerian di Jakarta oleh organisasi hak asasi manusia setempat.
8.Pada malam 19 Agustus,Presiden Jokowimerilis pernyataan yang mendesak ketenangan dan mengatakan kepada orang Papua bahwa “Emosi itu boleh, tapi memaafkan lebih baik. Sabar juga lebih baik”
9.Uskup Ambon Petrus Canisius Mandagi juga menyerukan protes damai dan mengatakan bahwa orang Papua “tidak boleh biadab seperti mereka yang menyemburkan rasisme”.
10.Tri Susanti, seorang anggota partai Gerindra dan pemimpin unjuk rasa di Surabaya terhadap pelajar Papua, secara terbuka meminta maaf .
11.Tokoh kemerdekaan Papua Barat Benny Wenda berkomentar bahwa insiden di Surabaya telah “menyalakan api unggun rasisme, diskriminasi, dan penyiksaan orang Papua Barat selama hampir 60 tahun oleh Indonesia”.
Kemarin (9/5) , Victor Yeimo ditangkap jam 19.15 WIT di Jayapura. Dia diduga sebagai salah satu ‘sutradara’ kerusuhan tgl.19 Agustus 2020 lalu. Dia disangkakan melakukan MAKAR dan atau menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan pemberitahuan yang dapat menimbulkan keonaran di masyarakat.
(Red-01/Foto.ist)
-BERSAMBUNG-
Be the first to comment