
# Melawan Lupa – (5), Para Loyalis Bung Karno yang dibuang ORBA, “ KALAU PUN LANGIT RUNTUH AKU TETAP BERSAMA BUNG KARNO !”
KoranJokowi.com, Bandung : IMAJINER > Tidak terasa dingin malam demikian menggigit kulit, gerimis pun tiada akhir. Sudut coffe shop di barat Lembang, Bandung Barat memang sepi mungkin karena Covid 19, padahal menurut beliau jika sedang vacation di Pangkalan Husein Kartanegara Bandung, beliau sering kesini bersama sejawat. Dan yang ditunggu tidak lama hadir didepan meja, tubuhnya tinggi, kulit putih indo, tinggi dan …Ya Allah… mirip aktor Herjunot Ali (Junot), aktor muda pujaan millenia saat ini. Atau tepatnya mungkin seperti Junot-lah mudanya tokoh imaji kita ini
Ya dialah , Laksamana Udara TNI (Purn.) Soerjadi Soerjadarma ,kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 6 Desember 1912 yang pernah menjabat selaku Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KASAU) thn.1946 – 1962 lalu. Kami pun langsung ketitik pembicaraan sebagaimana janji di WA bahwa waktu yang tersedia hanya 15 menit karena beliau padat giat. Ajudan beliau
Yang pertama, saya meminta beliau berceritera tentang Peristiwa tgl. 9 Maret 1960 lalu, kalau pun sebenarnya saya paham beliau enggan membuka luka lama ini, namun demi putihnya sejarah akhirnya beliau berceritera juga. Asoy.
Tiba-tiba beliau minta break karena di TV cable tampak sedang diputar video lawas si Raja Rock N Roll, Elvis Presley yang juga idola beliau, kami pun menikmati tayangan itu. Tampak beliau demikian enjoy , apalagi Elvis pun menyanyikan lagu favoritnya MY WAY. Agh…
Usai selesai, beliau pun melanjutkan ceritera, suatu siang saya pernah menghadap Presiden Sukarno di Istana Bogor. “Lapor pak, demi keselamatan jiwa bapak, kami sudah membuatkan bapak sebuah mobil anti peluru”, pastinya Bung Karno bangga Si Putra Fajar pun bergegas melihat Jeep yang telah dirombak itu. Kemudian memasukinya, tidak lama beliau keluar dengan peluh bercucuran. “Panas”, kata Bung Karno sambil tersenyum namun dia demikian hormat dan bangga atas upaya saya saat itu selaku KASAU .
Saya memang dikenal sebagai loyalis Bung Karno, “.Jika terjadi sesuatu, kalau ada orang yang mencoba membunuh Bung Karno, saya akan pasang badan di depan dia, ibarat langit runtuh pun saya akan tetap bersama Bung Karno, apa betul begitu om?”, tanya saya. “Ya ada benarnya, tapi itu sebetulnya kerap hanya saya sampaikan diinternal keluarga dan kolega saja, tidak di publik, nanti dibilang apa gitu”, jawabnya.
“Maka tidak aneh jika om Di selalu dekat dengan tubuh Bung Karno dimana pun berada, selalu berusaha mendekat. Gitu ya om?”, tanya saya lagi “Bukan begitu juga sebenarnya, bukan untuk cari muka, tapi supaya jika terjadi sesuatu, saya bisa segera pasang badan. Kayaknya heroik banget, tapi memang begitu, apalagi saya prajurit TNI kan?”, jawabnya lagi, kemudian menghirup teh jahe merah kesukaannya.
“Om ceritera dikit lagi tentang Jeep anti peluru itu bagaimana sih sebenarnya?”, “Itu begini sebenarnya, saya punya Jeep buatan Rusia masih sehat lah, saat itu percobaan pembunuhan kepada Bung Karno cukup tinggi ya, maka niatnya saya dan teman teman TNI AU di halim mau merombak jeep itu dan dilapisi plat baja untuk anti peluru , kita kan tidak ada uang saat itu”, “Apa perasaan om saat Bung Karno bilang ‘panas ?”, “Ya iyalah kan tidak ada AC-nya, Ahahahaha”
Kemudian ceritera pun mengalir, di pagi hari itu, Om Di … (panggilan akrab Bung Karno untuk beliau) …memanggil istrinya kemudin mereka berbincang menjelang matahari muncul, ia pun pamit dan memeluk istrinya dengan mesra dan mengecup kening perempuan yang telah memberinya tiga anak itu. Hal ini pastinya membuat anak dan keluarga lain ‘melongo, karena hal ini tak lazim dilakukan ayahnya. rupanya beliau hendak mengikuti upacara bersama Bung Karno. Sebagai KSAU, ia memang kerap mendampingi Presiden saat apel bersama kepala staf angkatan lain
Apalagi saat itu belum ada Paspamres maka om Di merasa penting untuk selalu dekat Bung Karno, dan di masa Indonesia baru merdeka, percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno bukan cuma sekali terjadi, apalagi beliau belum punya pasukan pengawal. Maka om Di pun dengan senang hati jadi tameng tanpa diminta.
Namun memang pagi ini terasa ‘janggal bagi istri, anak dan keluarga KASAU, saat itu beliau langsung menuju istana Merdeka Jakarta hendak lebih awal menemani Bung Karno menuju rapat Dewan Nasional di gedung sekitar Istana Belum saja rapat berjalan lama, tiba – tiba semua dikejutkan dengan suara rentetan peluru dari sebuah pesawat terbang yang menyapu halaman dan gedung istana.Semua panik, om Di setelah mengamankan Bung Karno ditemani staf dan perwira lainnya berlarian ke istana dan benar saja semua porak-poranda.
(Visual jenis pesawat MiG-15, MiG-17, dan MiG-19)
Dia mengambil selongsong peluru dan Ya Tuhan, selongsong ini jenis kanon 37 milimeter milik MiG-17. mata om Di memerah, giginya bergemeretak, dia tahu tahu, ini ulah anak buahnya. om Di pun bergegas menemui Bung Karno dan melepaskan tanda pangkat, dan menyerahkannya langsung kepada Presiden yang saat itu berada ditempat persembunyian sekitar Istana.
“Bukan seperti ini, Di, … saya tidak mau terima, pulanglah jika kamu mau pulang tapi bukan kerumah karena rumahmu di Halim (pangkalan udara TNI AU)….”, jawab Bung Karno sambil menolak itu semua. Om Di memberi hormat cukup lama, hingga Bung Karno menepuk-nepuk pundaknya, kemudian om Di pun bergegas ke pangkalan TNI AU dan menemui semua staffnya. Matanya menatap tajam semua yang ada didepannya.
Rupanya yang melakukan itu adalah . Letnan Dua Udara Daniel Alexander Maukar, yang telah terkena virus ‘Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Sebetulnya saat itu sedang dilakukan latihan terbang Skadron Udara 11 di Kemayoran, Jakarta, dengan pesawat Mikoyan-Gurevich MiG-15, MiG-17, dan MiG-19 karena adanya konfrontasi kita dengan Belanda atas Irian Barat. Dan Daniel ‘keluar jalur latihan yang ditentukan bahkan ia terbang dibawah 3600 kaki dimana itu jalur bebas radar.
(Daniel A.Maukar)
Keesokan paginya, ajudan Bung Karno menjemput om Di diminta menghadap. Di depan Presiden, pangkat Suryadarma disematkan kembali. “Di, saya masih percayakan Angkatan Udara sama kamu. Jangan sampai terjadi lagi,” kata Presiden pujaannya, om Di pun memberi hormat lama, hingga Bung Karno mengangguk dan membalas salam militer itu
Meskipun pada awalnya diseret ke pengadilan militer dan terancam hukuman mati, Daniel Maukar malah menerima pengampunan dari Sukarno setelah menjalani hukuman penjara selama 8 tahun, “Dia masih muda dan pilot terbaik. Very good pilot. Dia termakan politik saja, jaga dia, Di dengan baik” kata Bung Karno saat itu.
Sikap Bung Karno itulah yang semakin memperkuat Suryadarma mencintai Bung Karno !
(Red-01/Foto.ist)
-BERSAMBUNG-
Be the first to comment