
Melawan Lupa (87),
“ROBIN HOOD ASAL SIDIKALANG SUMUT THN.1945 – 2008”
Koranjokowi.com, Bekasi, Jabar :
Tidak terasa tgl. 20 Agustus 2022 yad adalah tahun ke-14, Donald Djatunas Pandiangan kembali kepangkuan Tuhan YME. Mantan atlet panahan era 1980-2008 ini tutup usia dalam usia 62 tahun, di RS M.H. Thamrin Jakarta Pusat akibat serangan stroke pada pukul 07.00 WIB lalu. Lalu dimuiakan di Rumah Duka PGI Cikini. dan dimakamkan Kamis (21/8/s008) siang di Taman Pemakaman Umum Pondok Rangon Jakarta Timur
Donald meninggalkan istri – Paulina Saune, serta 4 putra/i-nya; Lusiana Ruth Pandiangan, Pataar Abraham Pandiangan, Maria Octoba Bethania Pandiangan dan Naftali Afril Naldo.
Donald mendapatkan serangan stroke selama 3 hari menjelang Tuhan memanggilnya, dia yang dikenal sebagai ‘Robin Hood Indonesia’ ini berada dalam perawatan di ruang I.C.U RS Thamrin. Dalam perawatan tim dokter menemukan gangguan pada ginjal dan otak Donald. Di mata keluarga, para kolega, dan anak asuhnya, Donald dikenal sebagai sosok yang sederhana, bersahaja, tegas dan disiplin.
Sebelum kita baca yang berikut, ini cuplikan film ‘3 Srikandi’ dimana disana diceritakan perjalanan si Robin Hood Indonesia itu….
3 Srikandi – Promo Trailer – Bing video
Donald dilahirkan di Sidikalang Kab. Dairi Sumatera utara tgl. 12 Desember 1945 ini telah tinta emasnya bagi Indonesia sebagai juara Sea Games sebanyak 4 kali. Sebagai pelatih, Donald berhasil membawa Trio Srikandi Indonesia (Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman dan Kusuma Wardhani) merebut medali perak Olimpiade Seoul 1988 yang merupakan medali pertama bagi Indonesia sepanjang sejarah partisipasinya dalam Olimpiade.
Pria kelahiran Sidikalang 12 Desember 1945 merantau ke Jakarta setelah SMP. Anak ke-10 dari 11 bersaudara ini tinggal bersama kakaknya yang menjadi pendeta. Donald lulus dari SMA Taman Madya dan keinginan belajarnya sangat kuat namun terbentur masalah biaya, sehingga cita-citanya meneruskan kuliah di fakultas teknik otomatis terhenti.
Donald kemudian bekerja sebagai staf urusan humas pada Perum Angkasa Pura. Di tempat inilah, melalui klub karyawan Panahpura, ia mulai mengenal olah raga panahan pada 1971. Tak dinyana, prestasinya berdatangan, menjadi juara Sea Games sebanyak empat kali, setelah sebelumnya memecahkan rekor atas nama pelatihnya, Suhartomo pada PON VIII di Jakarta pada 1973. Segudang medali pun diraihnya, sebut saja, Kejuaraan Panahan Negara Bagian New York, di Green (1978), Kejuaraan Panahan Singapore Air Force Sport Association, Singapura (1978), Kejuaraan Panahan Asia Pertama, di Calcutta, India (1980).
Pengalaman paling berkesan bagi Donald adalah ketika mengungguli pemanah kaliber dunia dari Jepang, Takayosi Matsushita pada 1980. Dunia pun bergoncang, diluar dugaan banyak orang.
Saat dirumah duka lalu, Teman lama Donald mantan Sekretaris Jenderal PB Persatuan Panahan Seluruh Indonesia – Udi Harsono menilai sebagai atlet, Donald sangat gemilang. “Sayang sekali dia terlambat masuk cabang panahan, jika dia masuk lebih awal pasti prestasinya bisa lebih tinggi,” kata Udi yang telah mengenal Donald sejak awal tahun 1970 ini.
Udi menilai Donald pribadi yang keras dan penuh disiplin tinggi. “Bahkan dia yang menyusun program latihan untuk dirinya sendiri dalam berlatih,” katanya. Tak mengherankan jika Robin Hood Indonesia ini bisa mempunyai kesempatan unjuk gigi di Olimpiade Montreal 1976 bersama seorang rekannya Leane Suniar (Srikandi Panahan Nasional pertama) berlaga di sana. Donald berhasil mencapai peringkat 16 dunia. Sedangkan Leane mencapai peringkat 11 dunia.
Di mata anak asuhnya, Donald terkenal sebagai pelatih yang keras. Indrie H.P Koentjoro – yang juga merasakan sistem kepelatihan Donald, merasa di lain sisi Donald adalah sosok yang kontroversial. “Jika kita tidak terlalu kenal pasti kita merasa dia orang yang terlalu keras,” katanya mengenang.
“Unang hosom roham tujolma nahasea, ala dang taboto aha na dikorbanhon lao mencapai hasonangon i.” (Jangan engkau iri dengan orang yang berhasil karena kita tidak tau apa yang telah dikorbankannya untuk mencapai kebahagiaan itu.)
RIP
(M.Aruan/Foto.ist)
Lainnya,
Melawan Lupa (86), “Alumni Jawa Barat Peduli Pancasila Dukung RUU BPIP Sebagai Roh Pancasila !”
Be the first to comment