
Melawan Lupa (91),
” PAK MENTERI, BERAS DI DEPOK ITU CUKUP MENUHI KAMAR KOST WARTAWAN.INGAT #BOIKOTJNE !?”
Koranjokowi.com, Jabar 2:
Ditemukannya karung yang diduga beras entah berapa ton dikubur oleh JNE di wilayah Sukmajaya, Depok (30/7) lalu dimana beras beras itu bagian dari paket Sembako Bantuan Presiden saat Covid 19 akan menghilang begitu saja, pasti itu.
Semua pihak tidak mau disalahkan termasuk Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) – Muhadjir Effendy, kepada pers beliau mengatakan bahwa beras bansos yang rusak itu menjadi tanggung jawab transporter dan juga Badan Urusan Logistik (Bulog).
Mengenai paket bansos presiden yang dikubur, Muhadjir menegaskan kalau hal tersebut bukan urusan pemerintah melainkan pihak yang melakukannya yakni JNE selaku transporter.
“Soal itu ditimbun itu urusan dia, bukan urusan Kemensos, karena beras rusak itu sangat mungkin sudah diganti.”
Ini satu ya gaes,
Yang ke-2, Eri Palgunadi, VP of Marketing JNE pun menjawab bahwa pihak JNE memang senagaj mengubur beras karena kondisinya rusak. “Tidak ada pelanggaran yang dilakukan, karena sudah melalui proses standar operasional penanganan barang yang rusak sesuai dengan perjanjian kerja sama yang telah disepakati dari kedua belah pihak,” itu klarifikasinya.
Beda lagi dengan keterangan Kabidhumas Polda Metro jaya – Kombes Endra Zulpan, usai memeriksa Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Non Alam Kemensos RI – Mira Riyati Kurniasih (1/8) lalu dengan Kemensos hanya menjalin kerja sama dengan Bulog dan tidak tahu jika Bulog menggandeng pihak lain untuk menyalurkan beras bansos tersebut.
Maruli & Saor
Teman teman Relawan Jokowi dimana saja berada,
Maka hari ini (2/8), Stafsus Koranjokowi.com Jabar 2 (Maruli H) ditemani wakil (Saor S) saya minta ke-TKP. kemudian saya mendapatkan beberapa catatan dari mereka, al :
- Kasus ini diawali oleh PT.DNR yang memenangkan tender dari Bulog, dan untuk menyalurkan paket beras bansos sejak 2020 itu PT. DNR menunjuk JNE menyalurkan ratusan ribu ton beras bansos termasuk di Depok.
2.Peristiwa itu berawal dari kecurigaan seorang warga bernama Rudi Samin yang mengaku sebagai ahli waris pemilik lahan tersebut yang mendapat kabar dari mantan pegawai JNE ada pemendaman sembako. Hingga 3 hari lamanya Rudi menggali lahan itu dengan beko
3.Dihari ke-2 Rudi menemukan itu benar adanya, beras Banpres yang dipendam itu jumlahnya bukan satu, namun patut diduga satu kontainer yang sudah membusuk, dan menimbulkan aroma yang cukup menyengat. Bentuknya berupa beras, ada ditemukan masih berada dalam satu karung. Juga ada sagu.
“Ada tulisannya, bantuan presiden yang dikoordinir Kemensos (Kementerian Sosial),”kata Rudi lagi.
4.Masih kepada Pers, Menteri Muhadjir tidak menampik kalau kerusakan beras cukup banyak terjadi pada saat penyaluran yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19 khususnya karena menggunakan mobil bak terbuka dan terkena hujan. Atas dasar kondisi tersebut, maka pemerintah kala itu memutuskan bahwa semua beras yang terkena hujan tidak boleh dibagikan.
“Kenapa? Karena mungkin yang waktu itu tampaknya baik, besoknya rusak. Beras itu kan sensitif dengan air,” ucapnya.
Teman teman Relawan Jokowi dimana pun berada,
Pasti belum hiang dari ingatan kita, Desember 2020 lalu Tanda pagar (Tagar) Boikot JNE menjadi trending topik di media sosial Twitter. Netizen ramai-ramai menyerukan gerakan untuk berhenti menggunakan jasa JNE. Ternyata tagar ini bermula dari postingan ucapan ulang tahun yang ke-30 untuk JNE dari Ustadz Haikal Hassan.
“Alhamdulillah di #jumatberkah hari ini JNE mendapat ucapan dari Ustadz Haikal Hasan. Terima kasih atas doa-doa penyemangatnya, Ustadz. Aamiin ya Rabbal alamin…,” tulis JNE di Twitter saat itu
Alhasil postingan tersebut memancing netizen mengaitkan JNE dengan istilah KADRUN dan menuding JNE mendukung Ustadz Haikal Hasan. Sayangnya, postingan tersebut hilang setelah ramai di retweet oleh pengguna Twitter.
APAPUN NEGARA DIRUGIKAN ATAS HAL INI PAK MENTERI !
Jika 1 ton beras = 1.333 liter karena 1 Kg beras = 1,3 liter
Jika Harga beras kampung Rp.9.000/literbulan September 2020
Maka beras kampung sebanyak 1 ton itu nilainya hanya sekitar Rp.11, 9 juta
Karena ‘hanya’ Rp.11, 9 juta maka kubur saja, diamkan saja ?
Atau jika uang Rp. 11,9 juta itu dibelikan kerupuk kampung @Rp.500
maka akan didapat 23.800 kerupuk kampung
yang cukup memenuhi 1/4 kamar kost wartawan dimana saja berada.
Mengapa BULOG tidak bekerja-sama dengan TNI-POLRI ?
Agh sudahlah !
(Red-01/MR/SS/Foto.ist)
Lainnya,
Be the first to comment