
Kabar Deli serdang (26),
” SUKARNO, GOTONG-ROYONG & WARGA SAMPALI SUMUT “
Koranjokowi.com, Sumut :
Kita akan selalu mencatat dengan tinta emas bahwa Kelahiran Pancasila – 1 Juni 1945 disertai Pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang disampaikan di Sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai di Jakarta lalu.
Kata Bung Karno saat itu , “Gotong Royong” adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan”, Saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu faham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo satu karyo, satu gawe. Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-sama! Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong!”
77 tahun sudah usia bangsa dan negara besar ini, diantara majunya peradaban manusia karena tekhnologi adakah semangat gotong royong itu kita miliki, jawabnya masih !
Tradisi gotong royong memang sudah menjadi ciri bangsa Indonesia. Gotong royong memiliki arti kerja sama, berkumpul dan bermusyawarah mengerjakan sesuatu untuk kemaslahatan bersama. Gotong royong memiliki istilah tersendiri pada setiap daerah di Indonesia.
Gotong royong bukan saja pada kegiatan memenuhi kebutuhan hidup, akan tetapi sudah lebih luas lagi, antara lain dalam membangun rumah, sarana ibadah, membangun/membuat jalan, membuat fasilitas umum, kegiatan upacara, dan lain-lain.
Saya pernah mendengar bahwa Marakka’ Bola merupakan tradisi gotong royong memindahkan rumah pada Masyarakat Bugis Barru Sulawesi Selatan. Tradisi gotong royong di tengah masyarakat Desa Lalabata, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru tersebut masih hidup dan mengakar sampai sekarang.
Di Jakarta?, ada, khususnya suku Betawi, istilah gotong royong disebut dengan ‘Paketan’. Yang secara harfiah memiliki arti berkumpul dan bermusyawarah untuk melakukan kerja bakti atau gotong royong. Sedangkan secara metafora artinya bekerja bersama-sama secara sukarela untuk menyelesaikan semua persoalan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Maka ada guyonan orang Betawi atas hal ini, ‘kalo mao samè-samè, semut aje bisa mindain gunung’. Misalnya, saat membuat dodol, dsb.
Nah ‘Gotong royong pun kerap dilakukan oleh warga Kp.Jatirejo Sampali Kab. Deli serdang, kalau pun tidak punya nama khusus sebagaimana contoh diatas. Namun warga terbiasa ‘bergotong-royong’. Sebagaimana kemarin (16/10) warga turun membenahi saluran, jalan, sampah , menanam pohon, dsb.
Warga melakukan itu secara bergantian karena banyak juga warga yang ke ladang , ke pasar dsb. Namun itulah semangat yang diwariskan oleh Presiden Sukarno yang hingga kini tetap lestari disana.
Presiden Jokowi sejak menjabat Gubernur DKI Jakarta, Presiden 2 periode hingga saat ini mengedepankan semangat ‘gotong – royong’dan semangat ‘optimisme’ memang tidak sempurna karena toh masih ada saja para menteri, Dpr/d, kepala daerah, oknum TNI, oknum Polri, Jaksa, BUMN/D yang ditangkap karena korupsi, narkoba, judi, dsb.
Ini sulitnya menegakan kesejahteraan, keadilan sosial – ekonomi, ketenangan dan kenyamanan bagi bangsa dan negara besar ini, namun yakinlah Allah SWT – Tuhan YME senantiasa melindungi beliau & keluarganya.
Aamiin Yarabil’alamiin
(BudiDG/Rub/Foto.ist)
Lainnya,
Kabar Deli serdang (25), “WATIMPRES KE DELI SERDANG TIDAK BICARA TENTANG BPRPI ? ” – KORAN JOKOWI
Be the first to comment