Ani ‘Neng,G.
“CHILDFREE, ISLAM, JOKOWI & PRABOWO?”
Koranjokowi.com, OPINi:
Saya ingat PimRed berceritera bahwa hadir di acara Diskusi Publik bertema ‘Ketahanan Generasi Millenial dan Generasi Z Menghadapi Infiltrasi Budaya Global Childfree’tentang ‘ChildFree’ , dengan pemapar Dr.Wahidah R.Bulan,Msi (Sabtu, 5/10) lalu di Park5, Jl.TB.Simatupang, Jakarta selatan. Juga kemudian menjadi dasar tulisan PimRed kemudian dengan judul. “CHILDFREE, BUDAYA ATAU ISME BARU ?“, kemudian saya mengambil kesimpulan sama dengan PimRed bahwa ‘Childfree’ adalah isme, karena tidak ada sedikit pun yang disebut sebagai budaya Indonesia.
Semakin yakin lagi, setelah adanya rilis & laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 berjudul “Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia” dimana disampaikan bahwa saat ini ada sekitar 71 ribu perempuan Indonesia berusia 15-49 tahun tidak ingin memiliki anak atau childfree. Temuan ini didasari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Dimana, Perempuan berusia 15-49 tahun (usia subur) yang pernah kawin namun belum pernah melahirkan anak serta tidak menggunakan KB. Hasilnya, ditemukan bahwa 8 persen atau sekitar 71 ribu perempuan memilih childfree.
Childfree sendiri mengacu pada individu dewasa atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak, baik secara biologis maupun melalui proses adopsi. Menjalani hidup childfree tak berkaitan dengan fertilitas seseorang, tapi murni karena pilihan. Dan, jika dilihat dari perspektif hak asasi manusia, memilih untuk tidak memiliki anak setelah menikah memang suatu hal yang tidak salah, kalau pun berat namun kita harus menghargai dan menghormati prinsip hidup orang lain dengan tidak menghujat atau menebarkan ujaran kebencian. Namun bagaimana bagi umat Islam harus menyikapinya?
Islam adalah agama yang rahmatin lil alamin yang dimana segala hal sudah diatur dalam Islam dari hal terkecil sampai hal terbesar, karena ajaran Islam sudah sempurna. Dari Al-Qur’an dan Hadits segala solusi permasalahan dari zaman ke zaman tetap bisa dijadikan acuan, karena umat Islam akan selamat apabila istiqomah mengikuti pedoman dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.
Kita masih ingat apa yang disampaikan orang-tua kita dengan istilah “perbanyak anak, akan banyak rejeki” ini tidak sepenuhnya salah. Karena bisa jadi dengan memiliki banyak anak akan termotivasi rajin bekerja. Ini menjelaskan pula bahwa memiliki anak istri berarti memiliki tanggungjawab untuk menafkahi, mendidik dan tentunya memperhatikan dari sisi ekonomi.
Memiliki keturunan setelah menikah merupakan sunnah, sebagaimana sabda Nabi kita yang mulia Nabi Muhammad SAW . Dan sangat disayangkan jika ada pasangan muslim yang mengambil sikap ‘Childfree karena alasan ekonomi/finansial (non-medis) sehingga mereka lebih memilih fokus pada karier, bisnis, dan aktivitas ekonomi lainnya daripada punya anak yang juga memerlukan fokus.
Islam memang tidak melarang hal tersebut. Namun ditinjau dari hukum fiqih, memiliki keturunan adalah sunnah, sedangkan menolaknya (tidak mempunyai keturunan) adalah hal yang makruh (sebaiknya dihindari). Termasuk menyebarkan Childfree sebagai pembenaran pun itu makruh.
“…Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (QS.asy-Syura : 49-50)
‘Contohlah Jokowi dan Prabowo, sesibuk-sibuknya mereka tetap terlihat bahagia bersama anak-anaknya.
(ANG/Red-01/foto.ist)
@koranjokowi.com
@koranjokowi https://www.instagram.com/k0ranj0k0wi/
FB KORANPRABOWO : https://www.facebook.com/share/15Vf3QRqxB/
Be the first to comment