Umah Hanifah HT. S.Sos. Ajak Seluruh Komponen Bangsa Bersinergi Membantu Pemerintah dalam Melawan Wabah Radikalisme dan Intoleransi dalam Kehidupan Berbangsa
Jakarta, Koranjokowi.com
Tokoh Muda Nahdatul Ulama (NU) Umah Hanifah HT. S.Sos.sekaligus Pimpinan Majelis Taklim Bunaya Nayong Krukut, Depok menggelar pengajian rutin pada hari Kamis malam (6/8/2020).
Dihadiri sekitar 80 orang jamaah, kegiatan Majelis Taklim Bunaya Nayong sendiri diisi dengan berbagai kegiatan antara lain Yasin Tahlil, Sholawat Tibbil, Qulub dan Belajar Kitab Suci Quran.
“Visi misi Majelis Taklim Bunaya Nayong adalah sebagai wadah perjuangan muslimat NU, mewujudkan Ahlussunah Wal Jamaah, mengabdi kepada Agama, Bangsa dan Negara,” katanya kepada para awak media di kediamannya sekaligus sekretariat Majelis Taklim Bunaya Nayong, Krukut, Depok.
Ustadzah yang akrab dipanggil Umah Hanifah ini sangat prihatin dengan kondisi umat Islam saat ini khususnya di wilayah Krukut, Depok. Terutama masih banyak umat yang tidak paham dan tidak mengikuti ajaran Islam yang benar sesuai apa yang diajarkan guru agama dan kyai khususnya dari kalangan Nadhatul Ulama (NU).
“Karena saat ini banyak kalangan umat Islam yang tidak belajar pada tempatnya, mengambil ilmu dari internet melalui situs google. Padahal referensi ilmu yang mereka pelajari belum tentu benar, seperti penggalan-penggalan ayat suci Quran yang tidak mereka pahami. Mereka terjebak, tidak bisa membedakan mana yang benar-benar Ahlussunah Wal Jamaah dengan yang bukan. Disini kita ajarkan mereka sesuai apa yang pernah diajarkan oleh para ulama dan kyai sepuh kita yakni KH M. Hasyim Asy’ari yakni mewujudkan Ahlussunah Wal Jamaah yakni tentang Fikih (4 mazhab), Tauhid, Sifat Allah (Allah mempunyai sifat-sifat dua puluh), dan Tasawuf,” ungkap Ummah Hanifah.
Lebih lanjut, Ketua Muslimat NU Krukut, Depok ini mengatakan kegiatan pengajian Majelis Taklimnya rutin dihadiri oleh sekitar 80 jamaah yang kebanyakan berdomisili di sekitar Krukut, dan beberapa jamaah ada dari luar Krukut, seperti Maruyung, Jagakarsa, karena tepat di perbatasan dengan Jakarta Selatan.
“Kalau ada tokoh agama atau pembicara terkenal yang datang seperti Kyai Aqil Siraad, Gus Miftah dan tokoh-tokoh NU lainnya, jamaah yang hadir bisa lebih banyak lagi, yaitu sekitar 200-300 jamaah. Jadi kegiatan Majelis Taklim sendiri tidak semata-mata fokus belajar agama saja, tapi sekaligus menjalin silaturahmi dan keakraban sesama jamaah,” tutur perempuan lulusan Strata 1 Komunikasi Penyiaran Universitas Attahiriyah UNIAT Jakarta Timur dan jebolan Aliyah Pondok Pesantren Dalwa Bangil Pasuruan, Jawa Timur ini.
Umah Hanifah sendiri berharap kehadiran Majelis Taklim Bunaya Nayong melalui kegiatan pengajiannya mampu mencegah paham intoleransi dan radikalisme yang saat ini begitu marak di berbagai wilayah Indonesia, sehingga keutuhan bangsa tetap terjaga.
“Tentunya kita redam dan cegah lewat syiar dakwah. Terus terang ini menjadi beban moral tersendiri bagi saya. Karena saya melihat sendiri di tempat tinggal ada masyarakat yang masih gagal paham bahwa tahlilan itu bidah. Ke kuburan juga begitu, mereka bilang itu juga itu bidah. Makanya setiap malam Jumat kita wajib tahlilan baca Yasin. Setelah Yasin Tahlil, belajar Fikih, dilanjut dengan Tahsinul Quran, kemudian belajar Rawi (Sholawatan), dan Sholat Tasbih di waktu yang berbeda setiap malam Jumat. Intinya, pembukaan itu selalu Yasin Tahlil, kemudian doa-doa kepada almarhum, keluarga kita yang meninggal lewat takziah. Itu ciri khas dari Nadhatul Ulama,”
Terakait fenomena radikalisme dan intoleransi, Umah Hanifah menegaskan,’ Islam itu agama “Rahmatan Lil ‘Alamin” yang kehadirannya di dunia ini untuk membawa pesan-pesan dan nilai nilai kebajikan, kelemahlembutan, kebaikan, perdamaian, kasih sayang, harmoni, toleransi, keindahan, keadilan, nilai-nilai Hak asasi manusia, dan kemanusian bagi seluruh alam dan umat manusia.
Penting sekali kita memahami konsep Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, karena akan merevitalisasi spirit Islam Nusantara dan wajah keindahan Islam yang sudah agak meredup.”
Tegas Umah Hanifah, ‘Nabi Muhammad diutus ke dunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam dan umat manusia. Kitapun sebagai umat Islam diutus untuk menjadi rahmat, berkat, dan agen cinta-kasih (kebajikan) bagi alam dan semua umat manusia.
Islam rahmatan lil ’alamin kehadirannya di tengah kehidupan berbangsa dan bermasyarakat adalah untuk mewujudkan keharmonisan, kedamaian, perdamaian dan rasa tentram bagi manusia dan alam semesta.”
Menurut Umah Hanifah, Islam rahmatan lil ‘alamin harus dikampanyekan kembali sebagai Spirit Islam Indonesia, sebagai cara hidup, model dan paradigma dan dipraktekkan oleh penganut agama Islam itu sendiri untuk membawa rahmat, kesejukan, ketertiban, ketenteraman, rasa saling mencintai dan saling menghargai dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta dan sesama manusia.”
“Karena itu, Saya mengajak Seluruh Komponen Bangsa Bersinergi Membantu Pemerintah dalam Melawan Wabah Radikalisme dan Intoleransi dalam Kehidupan Berbangsa, dan bersinergi dalam membantu pemerintah untuk mengatasi dampak wabah Covid-19 ini,” pungkas Umah Hanifah HT. S.Sos., Tokoh Muda NU yang dikenal gemar memakai baju Muslim berwarna hitam ini, menutup wawancara singkat dengan awak media.
Be the first to comment