Kajitow Elkayeni (7), ” SOAL ABUJANDA & BBM NAIK, SEMOGA DIA BUKAN KADRUN, EHEHEHE”

Kajitow Elkayeni (7),

” SOAL ABUJANDA & BBM NAIK, SEMOGA DIA BUKAN KADRUN, EHEHEHE”
(Abu Janda Ngaco Lagi, Malunya Tuh di Sini)

Koranjokowi.com, Opini :
Sebelumnya hatur-nuhun atas kesediaannya komandan saya, ‘mas Kajitow yang sudah approved tulisannya saya share untuk ‘pencerahan’ teman teman Relawan Jokowi . mohon ijin jika ada sedikit ‘edit , biar seru aja, check it dot.
Saya tidak mengerti dengan logika Abu Janda. Boleh saja dia mengritik pemerintah karena telah menaikkan harga BBM. Tapi mestinya itu dilakukan dengan penalaran yang jernih. Abu Janda teman saya. Sama seperti Denny Siregar. Keduanya berbeda pendapat soal kenaikan harga BBM ini. Denny mencoba menjelaskan, kenapa BBM harus naik. Arahnya jelas, dia ingin mewakili Jokowi memberikan pemahaman pada publik. Bahwa kondisi pemerintah sedang sulit. Sementara Abu Janda berdiri di seberangnya. Ia mengkritik Pertamina. Dan mempersoalkan tentang efesiensi perusahaan. Nama Erick Thohir turut diseretnya.

Mengenai pendapat, semua orang punya kebebasan. Yang penting adalah dasar argumennya kuat. Dalam hal ini, Abu Janda memang sering blunder. Pertamina tidak punya kuasa menaikkan harga BBM. Itu domain pemerintah. Itu kewenangan Jokowi dan menterinya. Dalam hal ini ESDM. Jadi menyalahkan Pertamina tidak tepat. Kalau berani ya tunjuk saja langsung ke Jokowi.
.
Tapi kalau Abu Janda mengenal Jokowi, mestinya dia paham, kenaikan harga BBM itu langkah terakhir. Kondisi sudah benar-benar mendesak. Jokowi paham ada risiko besar di balik keputusan ini. Tapi tak ada pilihan lain. Atau akibatnya akan lebih buruk. Terkait kenaikan BBM, saya juga kecewa. Maksud saya, saya kecewa kenapa naiknya tidak bertahap dan tidak dilakukan sejak dulu.
.
Subsidi tidak mendidik. Dulu Jokowi sudah berani membuat gebrakan. Dan itu hebat. Tapi kemudian subsidi terus diberikan hingga membengkak sampai 500 triliun. Uang sebanyak itu hanya dibakar dan dinikmati orang kaya yang mengoleksi banyak mobil. Ini tentu tidak adil untuk mereka yang hanya punya roda dua. Itupun hasil kreditan.
Tapi okelah, kemudian pemerintah sadar. Jika ini diteruskan, kantong negara bisa jebol. Seperti Tanos, kenaikan BBM menjadi opsi yang tak terelakkan.
See the source image
Jadi meskipun saya kecewa, saya mencoba memahami, kenapa BBM dinaikkan. Dan tentu saja, saya tidak menuduh Pertamina atau pemerintah yang bukan-bukan. Tuduhan Abu Janda tentang kenaikan harga BBM ini bermasalah sejak dari pikiran. Ada dua hal yang dia persoalkan. Pertama, harga BBM produk Vivo lebih murah dari punya Pertamina. Tapi faktanya RON-nya berbeda. Lagipula, Vivo itu harganya juga fluktuatif. Makanya harganya ikut berubah ketika stok lama mereka telah habis. Kedua, Abu Janda menyebut soal Malaysia. Sejak dulu BBM Malaysia jauh lebih murah dari Indonesia. Kenapa begitu? Karena produksi mereka jauh lebih besar dari yang mereka konsumsi.
.
Atau kalaupun mereka impor, jumlahnya sangat sedikit. Jadi mereka tidak terpengaruh dengan fluktuasi harga minyak mentah dunia. Beda dengan Indonesia, impor BBM kita separuh dari kebutuhan dalam negeri. Jadi jelas, ketika harga minyak dunia melambung, Indonesia ikut limbung. Malaysia sebenarnya juga ada subsidi seperti Indonesia, tapi karena BBM hasil produksi dalam negeri besar, mereka bisa menekan ongkos. Jadi selama jumlah kebutuhan BBM kita jauh lebih besar dari kemampuan produksi, sampai kiamat kita tak mungkin bisa menyaingi Malaysia.
.
Solusinya bagaimana? Ya gunakan kendaraan listrik. Atau pakai kendaraan umum kalau mau. Beban BBM ini akan terus membengkak jika pola mobilitas kita masih sama. Dan ini tidak bisa diselesaikan hanya oleh seorang presiden. Ini harus digerakkan bersama-sama.
See the source image
Mungkin banyak yang bertanya, kenapa suara Abu Janda sekarang mirip kadrun? Atau minimal, kenapa dia berani mengkritik Jokowi? Saya kira untuk hal ini kita perlu bertanya pada Gerindra. Abu Janda memang pernah jadi pendukung Jokowi yang militan. Tapi kemudian angin berubah. Musim berganti. Dan itu biasa saja dalam politik.
Pesan saya, silakan kritik Jokowi, yang penting jangan meniru kadrun. Asal tuduh tanpa dasar argumen. Jangan ngaco, malunya tuh di sini…
.
Jakarta, Tgl.09 September 2022.
Tentang RedaksiKJ 3811 Articles
MEDIA INDEPENDEN RELAWAN JOKOWI : *Alumni Kongres Relawan Jokowi 2013 (AkarJokowi2013), *Aliansi Wartawan Non-mainstream Indonesia (Alwanmi) & Para Relawan Jokowi Garis Lurus lainnya.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan