
Melawan Lupa (43)
“KKB & Bakar Batu Papua”
Koranjokowi.com, Jakarta :
Sebelumnya kami mengucapkan salut dan bangga kepada gabungan TNI-Polri yang waktu lalu (27/5) berhasil ‘menggasak’ Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang melakukan penyerangan kepada warga Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua yang sedang melakukan tradisi ‘BAKAR BATU’ , bahkan menewaskan pimpinannya, Leris Murib.
Bravo, Kapolres Puncak Kompol I Nyoman Punia & tim ‘sapu jagad-nya !!
Ini sekaligus menepis tudingan jika negara tidak hadir di Papua, ahahaha.
BAKAR BATU PAPUA
Tradisi Bakar Batu merupakan salah satu tradisi penting di Papua yang berupa ritual memasak bersama-sama warga satu kampung yang bertujuan untuk bersyukur, bersilaturahmi (mengumpulkan sanak saudara dan kerabat, menyambut kebahagiaan (kelahiran, perkawinan adat, penobatan kepala suku)), atau untuk mengumpulkan prajurit untuk berperang. Tradisi Bakar Batu umumnya dilakukan oleh suku pedalaman/pegunungan, seperti di Lembah Baliem, Paniai, Nabire, Pegunungan Tengah, Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Dekai, Yahukimo dll.
Disebut Bakar Batu karena benar-benar batu dibakar hingga panas membara, kemudian ditumpuk di atas makanan yang akan dimasak. Namun di masing-masing tempat/suku, disebut dengan berbagai nama, misalnya Gapiia (Paniai), Kit Oba Isogoa (Wamena), atau Barapen (Jayawijaya).

Saat ada acara Bakar Batu di Monas lalu , saya baru paham susunan dan Ritual Bakar Batu itu, yaitu (mohon maaf jika salah) :
-Batu ditumpuk di atas perapian dan dibakar sampai kayu bakar habis terbakar dan batu menjadi panas (kadang sampai merah membara).
-Bersamaan dengan itu, warga yang lain menggali lubang yang cukup dalam.
-Batu panas tadi dimasukkan ke dasar lubang yang sudah diberi alas daun pisang dan alang-alang.
-Di atas batu panas itu ditumpuk daun pisang, dan di atasnya diletakkan daging babi yang sudah diiris-iris.
-Di atas daging babi ditutup daun pisang, kemudian di atasnya diletakkan batu panas lagi dan ditutup daun.
-Di atas daun, ditaruh ubi jalar (batatas), singkong (hipere), dan sayuran lainnya dan ditutup daun lagi.
-Di atas daun paling atas ditumpuk lagi batu panas dan terakhir ditutup daun pisang dan alang-alang.
Babi yang akan dimasak tidak langsung disembelih, tapi dipanah terlebih dahulu. Bila babi langsung mati, maka pertanda acara akan sukses, tapi bila tidak langsung mati, maka pertanda acara tidak bakalan sukses. Setelah matang, biasanya setelah dimasak selama 1 jam, semua anggota suku berkumpul dan membagi makanan untuk dimakan bersama di lapangan tengah kampung, sehingga bisa mengangkat solidaritas dan kebersamaan rakyat Papua.
Hingga saat ini tradisi Bakar Batu masih terus dilakukan dan berkembang juga untuk digunakan menyambut tamu-tamu penting yang berkunjung, seperti Presiden, menteri dan tamu penting lainnya
‘Hmm, kapan ya bisa ke Papua…
(Puang/Red-01/Foto.ist)
Lainnya,
(98) koran jokowi Official – YouTube
(98) Visual Istana News – YouTube
JENDERAL TNI MOELDOKO, “LIBAS PELAKU RADIKAL ADE ARMANDO !” – KORAN JOKOWI
Pilpres 2024 (19): “JOKOWI BEBAS PKI, BAGAIMANA PARA CAPRES 2024 YAD?” – KORAN JOKOWI
Melawan Lupa (36) “GARA GARA KASUS USTAD SOMAD, SINGAPORE PUN MENANG BANYAK !” – KORAN JOKOWI
Trisya Suherman (15), “Moeldoko Center Siap Ciptakan Ribuan Pengusaha Digital” – KORAN JOKOWI
Melawan Lupa (40), “KASUS UAS JADI VIRAL DUNIA INTERNASIONAL ?” – KORAN JOKOWI
Melawan Lupa (41), ELEKTABILITAS TINGGI BELUM JAMIN JADI CAPRES 2024 ? – KORAN JOKOWI
Melawan Lupa (42) “ALMARHUM BUYA & AHOK MANUSIA MERDEKA YANG KITA MILIKI?” – KORAN JOKOWI
1 Trackback / Pingback