
Buku Putih Gunata Prajaya & Wahab Halim:
“Vox populi vox dei, Suara rakyat adalah suara Tuhan. Iya Tah? ”
(Episode ke-V)
Koranjokowi.com, Alwanmi, OPINi:
Dalam beberapa sumber hukum disebut bahwa Adagium hukum ibarat /sebagai peribahasa dalam hukum. Meski berarti peribahasa, adagium banyak digunakan sebagai dasar dalam membuat peraturan di suatu negara yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti pepatah. KBBI mengartikan adagium sebagai peribahasa atau pepatah.
Berikut contohnya,
Vox populi vox dei, Suara rakyat adalah suara Tuhan. Artinya, suara rakyat harus dihargai sebagai penyampai kehendak Ilahi. Konteks dari perkataan ini ialah ucapan hakim yang meneguhkan suara para juri dalam perkara di pengadilan
Dalam sejarah, ungkapan “Vox Populi Vox Dei” muncul pada awal berkembangnya demokrasi modern, sejak revolusi Prancis. Semboyan ini sebetulnya hendak melawan semboyan klasik yi: Vox Rei, Vox Dei (Suara Raja adalah Suara Tuhan). Semboyan ini merupakan prinsip dasar teokrasi dari bentuk pemerintahan monarki dimana Raja mendapatkan legitimasi dari klaimnya bahwa dia adalah wakil Tuhan di bumi.
Dia tidak dipilih rakyat, tetapi diurapi Tuhan, dan kekuasaannya diwariskan secara turun temurun kepada keturunannya berdasarkan klaim itu. Karena itu, raja tidak pernah bertanggungjawab terhadap rakyat, tetapi terhadap Tuhan.
Pada praktiknya, kekuasaan Raja itu absolut dan sewenang-wenang sehingga memunculkan protes dan revolusi dari rakyat. Raja beserta keluarganya dibunuh. Pada titik ini, kedaulatan rakyat betul-betul terwujud.‘Ngeri kan?
Kegaduhan Pemilu 2024 yang sebagian dikarenakan adanya ‘money politics (Serangan fajar, dsb) cukup membuat gaduh sebagaimana tahun tahun sebelumnya. Uang dipakai sebagai cara ampuh untuk mendapatkan dukungan dari rakyat. Selain itu, rakyat bisa juga tidak memilih kembali wakil rakyat yang mengabaikan mereka selama 5 tahun yang sudah berlalu.

Sampai pada derajat tertentu, kedaulatan rakyat itu tampak memiliki batasnya. Karena suaranya sudah dibeli dengan uang saat pemilu, maka biaya politik menjadi sangat tinggi. Secara logis, sang politisi terpilih akan mengembalikan biaya politiknya sambil mencari untung sebanyak mungkin selagi menjabat. Di sini, rakyat tidak lagi diperhatikan: kedaulatan rakyat kalah di hadapan kedaulatan para wakilnya.
Bahkan entah sudah berapa ratus orang kepala daerah, legislatif dan eksekutif yang terjerat kasus korupsi, narkoba, perselingkuhan, dsb. Padahal saat mereka dilantik mereka disumpah dibawah kitab sucinya masing – masing. Disini Tuhan dipermainkan bahkan dihinakan.
Jadi, demokrasi yang penuh dengan politik uang menerangkan dengan sangat jelas bahwa prinsip kedaulatan rakyat tidak betul-betul beroperasi. Juga adanya peng-ingkaran kepada Tuhan. Loyalitas dan totalitas kepada parpol dan tokohnya akan membuat kehancuran, mereka memperkaya diri dan kelompoknya.
TUHAN DILUPAKAN !
Dalam Industri Hukum pun demikian, sumpah para penegak hukum kadang hanyalah kenangan belaka, disaat ‘pemesan kasus hukum berperan bebas didalamnya. Kejanggalan terhadap proses, kronologis, histori dan penerapan Hukum yang dipaksakan dan sarat rekayasa bukan lagi barang haram, semua bisa diselesaikan dibawah meja.
TUHAN DILUPAKAN !
Mau bukti?, Tahun 2023 lalu Komisi Yudisial (KY) membuat gebrakan karena merekomendasikan 24 hakim yang terbukti melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) pada triwulan pertama tahun 2023. Dari 24 hakim yang menjatuhkan hukuman, Mahkamah Agung (MA) telah menjatuhkan hukuman Terlebih dahulu terhadap 10 orang hakim, sehingga KY hanya menyampaikan usulan sanksi terhadap 14 orang hakim kepada MA.
Jenis pelanggaran KEPPH yang dilakukan oleh 14 hakim tersebut, diantaranya: 1 hakim melakukan perselingkuhan, 2 hakim menerima gratifikasi, 1 hakim berkomunikasi dengan pihak berperkara, 9 hakim berpura-pura tidak profesional, dan 1 hakim tidak memberikan akses kepada pelapor untuk bertemu anak kandungnya.
TUHAN DILUPAKAN !
NAMUN, SEPANDAI-PANDAINYA TUPAI MELOMPAT AKHIRNYA JATUH JUGA KE KOMISI YUDISIAL, APAKAH DITAHUN 2024 INI JUMLAHNYA AKAN MENINGKAT?, TERSERAH TUHAN SAJA, AHAHAHA.
Vox populi vox dei,
Suara rakyat adalah suara Tuhan.
In du bio pro reo.
jika ada keragu-raguan mengenai suatu hal, hakim harus menjatuhkan meringankan terdakwa.
Judex herbere debet duos sales, salem sapientiae, ne sit insipidus, et salem
conscientiae, ne sit diabolus.
Seorang hakim harus mempunyai dua hal; kebijakan dan hati nurani;
kecuali dia adalah orang yang bodoh; kecuali dia mempunyai sifat yang kejam.
‘Paham?
‘Slow aja diboncengan..
(Red-01/Foto.ist)
Lainnya,
Lainnya
(Silahkan klik tautan ini)
@koranjokowi.com
Link Tiktok dibawah ini sudah dimakan ‘hantu’ sejak tgl.19 Maret 2024 lalu, ngeri ya.
@koranjokowi
Be the first to comment