
Rigel Belatrix,
“TEMPATKAN PADA TEMPAT NYA
BUKAN SEKEDAR ASAL TEMPAT YANG BEDA FUNGSI”
Koranjokowi.com, OPINi:
Teman teman relawan dimana saja berada, selamat pagi, happy nice week-end. Sehat sehat selalu kita dan keluarega tercinta dirumah ya. Kali ini saya mencoba menulis ‘apa yang ada dipikiran saya di akhir pekan ini’, sebagaimana arahan Pimred agar mulailah menulis apapun yang ada dipikiran. Kita mulai dari apa yang disebut pribahasa, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, peribahasa disebut sebagai kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan mengiaskan maksud tertentu (dalam peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan).
Bahkan dalam beberapa sumber disebutkan ada 3 (tiga) Jenis Peribahasa, yaitu:
1. Bidal
Bidal adalah peribahasa yang memiliki rima dan irama. Bidal ini seringkali digolongkan dalam bentuk puisi.
2. Pepatah
Pepatah adalah peribahasa yang memiliki isu yang ringkas, bijak, dan seolah-olah diucapkan untuk mematahkan ucapan orang lain.
3. Perumpamaan
Perumpamaan adalah peribahasa yang bermakna simbolik dan biasanya dimulai dengan kata seperti, bagai, atau bak.
Oke teman teman sampai sini paham ya, berikut adalah salah satu peribahasa populer yaitu ,“Ibarat bagai berpayung dengan daun pisang: Berlindung pada tempat yang memadai”,
Apakah peribahasa diatas ada kaitannya dengan tulisan berikut silahkan anda simpulkan sendiri, teman teman, pastinya jelas sejak kecil kita pasti tau apa fungsi atau kegunaan piring, sendok dan gelas. Yang bila dirubah kegunaannya maka akan terlihat tidak pantas atau akan dianggap melangar etika bahkan bisa dikata tidak waras. Maka persoalan penempatan dan menempatkan penting di pahami, apa lagi masyarakat Indonesia sebagai bangsa besar yang dikenal amat menghargai nilai luhur adat, budaya dan agama, didalam keseharian kehidupan yang dijalani masyarakat nya demikian ‘memantau’ atas hall ini dalam segala sektor kehidupan.
Namun ini semua tidak berlaku dengan sedang gencarnya saat ini satu produk alat untuk balita dimana diciptakan oleh produsennya sebuah sendok bayi yang juga berfungsi sebagai ‘dot bayi. Ahahaha.
Teman teman relawan dimana saja berada,
Sebentar lagi pesta Rakyat di adakan, kontelasi PILKADA serentak November 2024, ibi bukan hanya tentang pesta demokrasi saja namun juga kita akan buktikan bagaimana para parpol mencari dan menempatkan para kadernya dalam ajang ini. Kita sudah lihat pola dan gaya komunikasi dan straregi parpol telah dimulai sayang banyak yang terlihat ‘kedodoran’ lagi sebagaimana waktu waktu sebelumnya, banyak parpol yang yang tidak emunculkan kadernya sendiri namun memilih calon yang lain yang bukan kader namun ‘dianggap’ populer.
Bagaimana dengan DKI Jakarta?, Jakarta sebagai tempat pusat nya para DPP Parpol , ibu kota negara Indonesia dan pusatnya dari segala kegiatan Pemerintahan maupun swasta, jadi tolak ukur bagi daerah lainnya . Namun disayangkan dan juga semoga tidak terulang catatan buruk Pilkada 2017. di DKI jakarta ada nya penempatan yang di paksakan, antara politik dan agama (keyakinan) harapan pemilihan yang jujur dan adil justru mencedrai amanat UUD 45. kira nya kejadian itu dapat mengedukasi masyarakat Indonesia bisa menempatkan agama dan politik pada posisi nya masing masing, jika ingin digunakan musti nya parpol bisa dengan cara yang baik dan benar, tampa akibat nya harus mencoreng apa yang telah disepakati oleh pendiri bangsa Indonesia yang telah dituangkan dalam dasar negara Pancasila dan UUD. 45 , Indonesia memasuki tahun kemerdekaan ke 79 tahun, sebagai bangsa yang besar dan menghargai jasa para pahlawannya
WAKTUNYA BUKA TOPENG !
mari berpolitik yang cerdas dan mendidik.
Maka jiwa Nasionalis yang jadi syarat utama seorang pemimpin bukan sekedar kader parpol ingin berkuasa, atau karena popularitas semata , sejak thn.2012 lalu kita semua telah bicara tentang ‘rekam jejak’ para calon pejabat publik termasuk legislatif, eksekutif dan kepala daerah . Banyak kasus yang ‘ditemukan dan dipelopori netizen garis lurus, netizen garis keras’ atas hal ini silahkan saja google. Yang masih hangat adalah kasus eks.mentan SYL, Ketua KPU – Hasyim Ashari, Kasus Vina Cirebon, dsb yang dikarenakan ada peran Netizen sehingga bumi pun bergoncang. Namun untuk Pilkada Jakarta 2024 kami tidak ingin berguncang lagi, maka stop saja hal itu.Cari kader yang yang baik bukan ‘penumpang’ non-kader pastinya akan lebih sejuk.
Jakarta tidak butuh pemimpin yang bertopeng agamis , kalau pun kelak bukan lagi sebagai ibukota negara namun ada hak – hak masyarakat Jakarta yang ingin hidup nyaman tanpa kegaduhan. Kita juga punya hak untuk menolaj janji – janji palsu para partai politik yang selalu menghalalkan agama demi ambisi politik dan kekuasan di DKI Jakarta
Atau mari kita setujui saja peribahasa diatas,
“Ibarat bagai berpayung dengan daun pisang: Berlindung pada tempat yang memadai”,
(RB/Foto.ist)
Lainnya,
@koranjokowi.com
@koranjokowi https://www.instagram.com/k0ranj0k0wi/
- Budi D.Ginting, “RELAWAN JOKOWI SUMUT DUKUNG BOBBY GUBSU THN.2024-2029”
- SISKA MILENIAL TERJEBLOS RADIKALISME , “SALAH SIAPA?”
- Corny Rachmawati, SH.C.MED Mediator Non Hakim & Aktif Berorganisasi di AAI
- Ronni B.Baron, Sumsel. “Mantan Menkumham ini digugat Rp.500 miliar”
- Gasss Terus Semangat Kreativitasnya Testimoni Diri, (“Connecting Happiness bukanlah slogan kaleng-kaleng JNE Thn.1990-2024″)
- Rigel Belatrix, “JOKOWI, PRABOWO & AHOK” (PENANTIAN DI ANTARA FITNAH DAN KENYATAAN JADI PEMENANG DI 2024)
- Marwedi Sihombing, “USULAN RELAWAN UNTUK PENATAAN PUNCAK BOGOR THN.2024-2029”
- Komisi Kejaksaan RI , The Last Samurai penegakan hukum tanah air !?
- Ridy Hendrawan SH , “Mgr. Soegija, Romo Kanjeng 100% Katolik, 100% Indonesia”
- Kabar Jakarta (112), Gusmar Adnan. “Hasyim, Kamu Memang Zahara!”
Be the first to comment